Nadia balas mendengus dengan dingin, lalu membungkuk dan menggandeng tangan kedua anaknya sambil berkata, " Di dunia ini ada banyak sekali orang-orang yang memiliki fitur wajah dan alis yang mirip!""Tolong Tuan nggak usah bertanya hal sembarangan seperti ini lagi!"Setelah berkata seperti itu, Nadia pun menggandeng anaknya pergi meninggalkan Gio.Gio menatap punggung ketiga orang itu dengan sangat dingin.Sekalipun wanita itu tidak mengakuinya, Gio yakin wanita itu adalah Nadia!Akan tetapi, Gio juga tidak berani melepas kacamata hitam itu!Karena Gio takut ujung-ujungnya akan melihat wajah yang asing!Di luar gedung sekolah.Nadia bergegas kembali ke mobil bersama anak-anaknya.Dia menyalakan mobilnya dan hendak melaju pergi, tetapi terus-terusan salah memasukkan gigi saking gugupnya.Mona pun bertanya sambil mengernyit, "Ibu kenapa? Kok gemetar? Paman tadi itu siapa? Teman Ibu?"Begitu mendengar pertanyaan Mona, Nadia refleks menjawab dengan panik, "Bukan teman! Ibu nggak kenal!"Ti
Nadia menatap Bibi Ratih, lalu akhirnya mengaku, "Kukira dia akan langsung mengenaliku."Bibi Ratih sontak tertegun, lalu bertanya dengan kaget, "Pak Gio?"Nadia mengangguk dan memberi tahu Bibi Ratih apa yang terjadi di TK hari ini.Bibi Ratih pun menghela napas. "Nadia, kamu nggak bisa terus-terusan menghindar begini.""Lagi pula, menurutku nggak masalah juga kalau sampai Pak Gio tahu.""Aku takut Gio akan mencegahku balas dendam. Gimanapun juga, Yuvira 'kan ibu kandung anaknya," jawab Nadia dengan cemas."Kamu nggak boleh bilang begitu," tegur Bibi Ratih sambil menarik Nadia untuk duduk di kursi, lalu melanjutkan, "Sudah kubilang, Tuan itu selama ini menyimpan rasa pedih dalam hatinya.""Orang itu kalau sudah cinta, akan selalu mendukung keputusan apa pun yang pasangannya ambil.""Walaupun tetap merasa khawatir dan ragu, ujung-ujungnya Pak Gio pasti akan memihak padamu."Nadia tidak menjawab apa-apa. Sekalipun Bibi Ratih berkata seperti itu, tetap saja Nadia tidak bisa memaafkan apa
Tangan mungil Ivan meremas pakaiannya dengan erat, dia tidak menjawab pertanyaan Mona.Sesungguhnya, Ivan tidak mau Mona dan Timmy sampai tahu bagaimana Yuvira memperlakukannya.Karena Ivan tidak kunjung menjawab pertanyaannya, Mona pun sengaja memutar bola matanya dengan kesal."Sepertinya, kamu nggak mau berteman denganku. Kalau aku tahu, waktu itu aku nggak akan membantumu!"Timmy berusaha menahan senyumannya. Wah, ternyata adiknya pintar main tarik-ulur begini.Ivan sontak mengernyit, sorot matanya terlihat bersalah dan panik."Aku tinggal di Pondok Asri. Kalian bisa datang hari Sabtu besok."Mona langsung tersenyum dengan senang. Dia mengulurkan jari kelingkingnya yang putih ke arah Ivan."Janji, ya! Besok Sabtu kami akan main ke rumahmu!"Ivan tertegun menatap jari Mona.Dia mengepalkan tangannya dengan gugup sebelum akhirnya mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Mona."Iya."Malam harinya.Yuda memberikan semua informasi yang berhasil dia gali kepada Gio.Satu informasi ten
Mona pun turun dari kasur dengan penuh semangat. Dia mandi sebentar dan berganti pakaian, lalu berjalan turun. Tiba-tiba, Mona merasa agak takut.Dia mengernyit dan menatap Timmy dengan gugup, lalu bertanya, "Kak, apa Ibu nggak bakal marah kalau sampai tahu?"Timmy yang mulai memakai sepatu pun melirik adiknya sambil balik bertanya, "Kamu nggak mau cari tahu paman itu ayah kita atau bukan?""Mau!" jawab Mona, tetapi kemudian melanjutkan dengan nada agak ragu, "Tapi ... Ibu bilang Ayah itu orang jahat."Timmy yang sudah selesai memakai sepatu pun bangkit berdiri sambil berkata, "Kalau kamu takut, kamu diam di rumah saja dan bantu Kakak bohongi Ibu.""Nggak mau! Kak, Mona takut kalau sendirian!" jawab Mona, lalu segera memakai sepatunya dan mencengkeram ujung pakaian Timmy.Timmy mengusap-usap kepala Mona sambil berkata, "Kalau Ibu marah, juga pasti marahin Kakak dulu. Kamu tenang saja, Mona."Mona mengangguk, lalu pergi bersama Timmy ke Pondok Asri.Sekitar 20 menit kemudian.Timmy dan
Ivan refleks menoleh dan menatap Yuvira, lalu melompat turun dari sofa dengan gugup dan mengikuti Yuvira.Mereka berdua pun menaiki satu per satu anak tangga. Beberapa saat kemudian, Yuvira baru menyadari bahwa Ivan sedang mengikutinya.Yuvira berbalik badan dan menatap Ivan dengan kesal sambil bertanya, "Kenapa kamu mengikutiku?"Ivan mengepalkan tangannya erat-erat, lalu menjawab dengan sorot mata ketakutan, "Aku mau kembali ke kamar.""Kalau mau kembali, ya kembali saja! Jangan berjalan di belakangku tanpa suara begitu seperti hantu!" seru Yuvira.Seruannya sontak membuat Timmy dan Mona yang berada di dalam kamar Ivan terkejut."Kak! Ada seorang wanita yang berseru di luar! Apa dia ibunya Ivan?" tanya Mona dengan kaget."Dari caranya bicara sepertinya dia galak banget. Apa dia akan masuk ke sini?"Timmy pun menengadah menatap ke arah pintu, lalu berkata, "Kunci pintunya.""Tapi, 'kan ada suaranya kalau kunci pintu?" tanya Mona dengan ketakutan."Nggak akan. Model kunci pintu itu ngg
Wanita di luar itu pasti adalah wanita yang bertunangan dengan si pria bajingan dan bukan ibu kandung Ivan!Timmy pun menundukkan kepalanya dan berbisik, "Oke, Kakak akan membantunya!""Tapi, kita nggak bisa keluar sekarang. Kalau nggak, nanti Ivan makin dipukulin!"Mereka hanya anak kecil, tidak mungkin bisa menang melawan orang dewasa. Mereka harus mencari cara lain untuk membantu Ivan!Timmy pun mengeluarkan laptopnya, masuk ke komputer Ivan, mencari alamat email Gio dengan secepat mungkin, lalu mengirim pesan menggunakan nama samaran.Tepat pada saat itu, di luar Bandara Kota Mesia.Begitu Gio masuk ke dalam mobil, ponselnya bergetar dua kali.Begitu melihat email dari pengirim anonim di kotak masuknya, Gio pun membukanya sambil mengernyit kebingungan."Gio! Putramu sedang dipukuli oleh ibunya!"Kalimat itu langsung membuat sorot tatapan Gio mematung.Dia menjawab email itu, "Siapa ini?"Timmy membalas, "Nggak masalah aku ini siapa. Kalau kamu nggak percaya, cepat kembali ke Pondok
Gio melangkah perlahan menuju Yuvira dengan aura yang sangat mencekam.Wajah Yuvira sontak menjadi pucat pasi karena ketakutan.Bukannya Gio lagi perjalanan bisnis? Kenapa pria itu pulang secepat ini?Yuvira refleks melangkah mundur dengan takut sambil berkata, "Gi ... Gio, to ... tolong dengarkan aku dulu .... Ugh!"Belum sempat Yuvira selesai bicara, Gio sudah mencekik leher wanita itu."Kamu sudah bosan hidup, ya, Yuvira? Selama ini aku nggak melakukan apa-apa kepadamu karena kamu ibunya Ivan!" maki Gio dengan marah."Nggak kusangka kamu sekejam ini!""Ivan baru berusia lima tahun, tapi kamu sudah memukulinya begini? Kamu itu manusia atau bukan, hah!"Yuvira kesulitan bernapas hingga wajahnya merah padam. Dia hanya bisa menangis dan berusaha menjelaskan, tetapi cekikan Gio terlalu kencang hingga Yuvira sama sekali tidak bisa bersuara.Begitu wajah Yuvira berubah menjadi pucat pasi dan bola matanya berputar, barulah Gio menarik tangannya.Setelah Yuvira bisa bernapas, dia sontak terb
Ucapan Alva membuat Nadia merasa malu.Selama lima tahun ini, Nadia memang kurang memperhatikan anak-anaknya karena sibuk bekerja.Akibatnya, sekarang Nadia juga tidak tahu akun media sosial anaknya sendiri.Nadia mengusap hidungnya, lalu bertanya, "Kamu punya akun media sosial Timmy, Alva?""Punya," jawab Alva sambil mengeluarkan ponselnya, lalu membuka kotak obrolannya dengan Timmy dan menyodorkan ponselnya kepada Nadia."Timmy, kamu di mana? Cepat balas Ibu begitu baca, ya!" tulis Nadia.Setelah mengirim pesan itu, Nadia mengambil kunci mobilnya lagi.Dia menatap Bibi Ratih yang tampak bersalah dan cemas, lalu berujar menghibur, "Tenanglah, Bibi Ratih. Nanti aku lapor polisi.""Maaf, Nadia, aku lalai menjaga anak-anakmu," ujar Bibi Ratih dengan mata yang tampak berkaca-kaca."Ini bukan salah Bibi Ratih. Mereka berdua pasti punya rencana tersendiri, biar kucari dulu mereka ke mana," hibur Nadia.Setelah berkata seperti itu, Nadia pun berujar kepada Alva, "Alva, tolong temani Bibi Rat
Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb
"Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar
Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem
Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian
Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug
"Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore
Malam harinya.Nadia bergegas pergi ke restoran terbuka itu untuk menepati janjinya.Sesampainya di sana, ternyata Alva sudah duduk menunggu.Begitu melihat Nadia, Alva langsung menarik kursi supaya Nadia bisa duduk dengan gaya yang sudah seperti pria sejati sambil berkata, "Nah, silakan duduk, G-ku sayang."Nadia hanya balas menatap Alva dengan tidak berdaya. "Jangan begini, Alva, aku belum terbiasa.""Gimana? Penampilan dariku boleh juga, 'kan?" tanya Alva sambil terkekeh.Penampilan?"Penampilan apa?" tanya Nadia dengan bingung.Alva pun mengedikkan bibirnya ke suatu arah. "Itu, tuh. Bukannya itu pria yang kamu cintai sekaligus kamu benci?"Nadia sontak tertegun, lalu mengikuti arah pandangan Alva.Nadia langsung melihat Gio yang sedang duduk tidak jauh dari sana bersama Yosef. Gio balas menatap Nadia dengan dingin.Sudut mulut Nadia sontak berkedut. Ya ampun, dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio dan main masuk!Seandainya dia tahu ada Gio di sini, sampai mati pun Nadia tid
"Dasar orang gila," komentar Nadia sambil langsung berjalan menuju gedung sekolah. Dia merasa terlalu malas untuk meladeni Yuvira."Oh, kamu nggak berani mengaku, ya? Kalau kamu nggak berani, akan kubuat kamu mengaku secara paksa!" seru Yuvira dari belakang Nadia.Jantung Nadia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia teringat akan mimpi buruknya.Nadia pun berbalik badan menatap Yuvira dengan ekspresi yang terlihat serius. "Mau apa kamu?""Kenapa? Kamu takut aku membawa anak-anakmu pergi, hah?" sindir Yuvira.Nadia berusaha menenangkan dirinya. "Kamu belum bisa melakukan sesuatu seperti itu!""Bukan kamu yang berhak menentukan aku bisa atau nggak, Nadia. Aku sudah pernah mengalahkanmu, jadi aku bisa melakukannya lagi!" sahut Yuvira sambil tersenyum dingin.Nadia hendak menyahut lagi, tetapi dia tiba-tiba melihat seseorang yang bertubuh tinggi dan tegap.Nadia pun tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan tenang, "Yuvira, memangnya kamu bisa melakukan apa terhadapku? Mau
Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah