Happy Reading
Naya Pov
Aku menatap wajahku sekali lagi di depan cermin, dengan pita rambut berwarna pink dan baju casual seadanya aku akan berkunjung ke darat untuk melaksanakan niatku.
Tekatku sudah bulat untuk pergi dari sini, aku akan membeli rumah kecil di perdesaan sana dan tinggal bahagia bersama anakku. Soal Aska-- entah lah mungkin pilihan yang paling mudah adalah pergi dari kehidupan lelaki ini.
Dengam mengambil tas ransel kecil yang berisi ponsel dan kartu kartu penting aku berjalan keluar. Sembari sarapan aku akan meminta izin pada Aska untuk pergi dengan Mbak Hana.
Perjanjian dan rencana pergiku ini sudah aku bicarakan baik baik dengan kakak iparku itu. Dia awalnya memang menolak dan tidak mau menggabulkan permintaanku, tapi dengan segala bujuk rayu dan sedikit paksaan akhirnya Mbak Hana mau juga.
Sulit sekali membujuk wanita itu, dia sama keras kepalanya seperti Aska. Memang sesama adik kakak itu tidak ada bedanya, mungkin sifat itu sudah turun temurun dari ibu mereka. Merujuk pada ibu mertuaku yang juga sangat keras kepala, fakta itu aku ketahui saat beliau menceritakan masa mudanya padaku beberapa bulan yang lalu.
Kami sangat dekat, tentu saja beliau juga sangat suka bercerita. Dia seakan punya banyak kosa kata untuk menyalurkan betapa bahagianya dia dulu bersama ayah Aska, masa muda yang indah sekali. Aku bahkan sedikit iri saat mendengar kisah mereka, tentu saja hal itu bersangkutan dengan masa mudaku yang benar benar sangat buruk.
"Pagi semua," sapaku dan duduk di meja makan.
Aska dan kak Ahra duduk berdampingan layaknya suami istri, ibu dan ayahku juga berdampingan. Sedangkan aku duduk di samping mbak Hana yang menatapku dengan sorot wajah meminta maaf.
Mungkin dia merasa bersalah karena posisi dudukku sekarang. Bukannya berada di samping Aska, aku malah duduk di depannya. Seakan aku hanyalah adik ipar suamiku itu, demi tuhan Naya kau kuat kan? Tidak mungkin hanya begini saja kau ingin menagis.
Aku membalas tatapan Mbak Hana dengan senyum maklum, aku harus terbiasa tanpa Aska. Dia akan segera menikah dengan Kak Ahra, maka otimatis semuanya harus sesuai dengan tugasnya yang 24 jam harus bersama wanita itu. Naya tenang lah jangan terlalu berfikir sempit dan membuatmu sendiri sakit hati.
"Untuk apa kau berpakaian rapi? Kau mau pergi?" tanya ibuku sinis.
Dia menatapku dengan tatapan tajam dan sinis. Aku berusaha maklum, bukankah ibuku memang suka begitu. Anaknya kan hanya Ahra, lalu kenapa kamu tidak juga terbiasa Naya. Selama ini kan kau memang sudah sering di perlakukan seperti itu, lalu apa masalahnya dengan ini.
"Apakah salah jika Naya ingin pergi keluar bersamaku Nyonya?"
Bukan aku yang menjawab, tapi Mbak Hana. Dia sama sinisnya menatap tatapan tajam ibuku, siapa yang percaya jika di balik senyum manis dan wajah imut Mbak Hana, dia itu adalah wanita yang sinis dan misterius.
Dia tidak suka mengusik kehidupan orang lain, tapi jika ada yang mengusik daerah tutorialnya dia tidak akan pernah tinggal diam.
Ibuku kicap, siapa yang berani dengan Mbak Hana memangnya. Tatapan tajam dan mengintimidasinya benar benar menyeramkan, apa lagi dengan adanya Mas Andre di sampingnya. Ah aku pasti lupa menggenalkan dengan kalian, Mas Andre itu suami Mbak Hana. Mereka menikah beberapa tahun sebelum aku, mereka bahkan sudah memiliki dua buah hati yang sangat cantik dan tampan.
"Aaah hahaha tentu saja tidak. Saya hanya bertanya saja tadi," ucap ibuku canggung.
Sudah di bilangkan kalau Mbak Hana itu memang sedikit menyeramkan, aku kembali bersyukur karena ada di belah pihaknya.
"Mau kemana?"
Sekarang gantian Mas Aska yang bertanya padaku, tatapannya masih sama seperti sebelumnya. Tajam dan penuh intimidasi jika bicara denganku, apakah dia benar benar berfikir kalau aku ini egois karena melarangnya menikah dengan Kak Ahra.
"Jalan jalan Mas," jawabku pelan.
Mungkin jawaban sibgkat dan terkesan sopan itu jauh lebih penting dari pada menjelaskan panjang lebara pada suamiku itu. Kalau dia perduli dia akan bertanya lebih atau bahkan melarang, tapi kalau tidak ya udah diam diam saja.
"Kenapa tidak meminta izinku dulu?" tanya Mas Aska tidak suka. Dia meletakkan sendok dan garpu di atas piring, tanda kalau dia tidak suka dengan apa yang baru saja aku lakukan.
Aku berusaha maklum, cara kerjanya memang seperti itu Naya. Dia boleh memerintah dan melarangku ini itu dan kau tidak, dia bisa menyudutkanmu sedangkan tugasmu hanya pasrah akan semua itu. Hal seperti ini sudah sering aku alami, tapi entah kenapa aku masih saja tidak terbiasa dengan ketidak sukaan mas Aska atau pun penolakkannya atas permintaanku.
"Maaf aku tidak ada waktu untuk membicarakannya dengan Mas Aska, bukan kah Mas sibuk dengan Kak Ahra. Aku mana sempat untuk bicara walau cuma sebentar," ucapku pelan.
Aku tidak menyidir, aku hanya bicara fakta. Melihat perubahan wajah Mas Aska yang merasa bersalah dan tatapan canggung kak Ahra sedikit mengurangi kegugubanku. Aku tidak salahkan? Dua hari ini Mas Aska memang sibuk dengan calon istrinya itu, bahkan tidur saja aku tidak tau dia jam berapa. Mungkin saja dia malah tidur di kamar Kak Ahra.
"Ak---"
"Sudahlah Naya juga perginya denganku, apakah kamu tidak percaya dengan kakakmu ini? Jadi berhentilah bertanya pada adik iparku seakan dia ingin selingkuh dan menikah lagi dengan lelaki lain seperti yang ingin kau lakukan sekarang," sela Mbak Hana angkat bicara.
Dia menatap tidak suka pada Mas Aska, nafasnya sedikit tidak beraturan yang menandakan kalau dia sedang di landa emosi. Mungkin kalau tidak ada Mas Andre di sampingnya, Mbak Hana akan semakin emosi dan meledak-ledak.
"Bukannya aku tidak percaya dengan mbak Hana, tapi Naya istriku mbak. Apakah dia tidak bisa sedikit saja meluangkan waktu untuk bertanya dulu denganku,mau bagaimanakan aku ini suaminya. Apakah dia tidak bisa memghargai itu?" tanya Mas Aska masih tidak mau kalah.
Aku tertawa miris mendengar ucapannya itu, menghargai suamiku? Apakah Mas Aska tidak berfikir kalau sebenarnya dia lah yang tidak menghargai aku? Memangnya bagaimana caranya aku bisa meminta izin dan berbicara padanya kalau dia saja 24 jam bersama Kak Ahra dan tidak bisa aku ngangu.
Bagaimana caranya aku berbicara padanya? Bagaimana? Setidaknya tolong jelaskan padaku bagaimana caranya aku melakukan hal itu.
"Tidak menghargaimu sebagai suami?" tanya Mbak Hana sinis. "Kalau kau cukup pintar, coba berfikir dengan sedikit saja otakmu itu di bagian mana Naya tidak menghargaimu sebagai suami?" desis Mbak Ahra sinis dan menarikku untuk ikut dengannya.
"Mas kami pergi dulu sepertinya helepkoternya sudah datang," ucap Mbak Hana sebelum menarikku pergi untuk ikut dengannya.
Mungkin dia terlalu marah dan kesal dengan Mas Aska makannya melakukan hal itu. Sekali lagi aku berusaha mengabaikan wajah keras Mas Aska yang menahan amarah, aku yakin dia pasti kesal sekali karena aku pergi tanpa pamit dengannya.
Dulu pernah sekali aku melakukan hal ini, tapi saat itu posisiku masih wanita yang dia cintai atau lebih tepatnya tanpa ada Kak Ahra di sini. Aska marah besar padaku karena pergi tanpa seizinnya, dia bahkan mendiamku seminggu lebih. Sejak saat itu aku tidak pernah pergi tanpa meminta izin dulu pada Aska.
Tapi mungkin hari ini pengecualian lagi, setelah sekian lama aku tidak pernah membuat kesalahan aku kembali mengulang masa lalu sekarang. Aku bahkan berani oergi dari hadapan Aldreas tanpa meminta izin dulu padanya, demi Tuhan aku benar benar sangat merasa bersalah pada suamiku itu.
Tapi melihat betapa eratnya ngengaman tangan mbak Hana pada lenganku membuat aku tersadar, bahwa dari pada ngengaman itu lebih sakit lagi saat Mas Aska sama sekali tidak menahanku untuk pergi. Jadi untuk semua alasan itu, apakah aku pantas merasa sakit hati dengan ketidak perdulian Mas Aska padaku?
Hola hola selesai guys, jangan lupa like, comen and share ya makasih atas partisipasi kalian semua.
Salam Sayang
Mrs TulalitHappy ReadingAska PovTanganku menggepal karena geram, bukan karena kepergian Naya yang tidak sopan itu, tapi karena ucapan Mbak Hana yang baru aku yakinin kebenarannya sekarang.Naya memang tidak pernah berlaku tidak sopan padaku, demi semua itu aku mengatakan dia tidak sopan hanya karena dia tidak meminta izinku untuk pergi.Oke aku memang tidak bisa mengkondisikan sedikit saja rasa cemburuku itu. Aku terlalu takut kalau Naya akan pergi dan meninggalkan aku sendirian, aku mencintainya bahkan untuk membayangkan kalau wanita itu akan pergi saja aku sudah tidak sanggup.Aku ingin egois dengan hanya menjadi satu satunya lelaki dalam hidup Naya, aku tau aku jahat. Aku bahkan tidak bisa menjadikan Naya satu satunya istriku, fakta kalau aku akan segera menikahi Ahra benar benar membuatku sakit kepala.Aku yang tidak bisa apa apa ingin egois dengan menjadikan N
Happy Reading Naya Pov Aku menatap rumah sederhana di depanku dengan tatapan kagum, rumah minimalis berwarna putih sederhana. Tidak besar, hanya memiliku satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Halamannya juga tidak luas, tapi setidaknya rumah ini cukup nyaman untuk di tinggali. "Harga rumah ini berapa bu?" tanyaku pada seorang wanita cukup berumur pemilik rumah ini. "Kau yakin akan tinggal di sini Naya? Rumahnya kecil dan eggg--- kau tau sendiri ini jauh dari kediaman orang orang," ucap Mbak Hana berkomentar. Aku tau dia khawatir, tapi mataku sudah terpusat pada rumah ini dari awal. Walau ini jauh dari kediam tetangga tetangga yang lain tidak papa, setidaknya rumah ini nyaman. Menurutku itu sudah lebih dari cukup, aku paham dengan kekhawatiran Mbak Hana. "Tidak papa Mbak, aku suka rumah ini. Aku akan membelinya," ucapku dengan senyu
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Aska Pov Pertanyaanku masih belum di jawab oleh Naya, dan detik detik penantian itu benar benar membuatku kesal. Percayalah aku bukan lah lelaki sabaran, aku ingin tau cepat dan tidak suka menunggu. Dan Naya baru saja membuatku menunggu. Aku ingin meledak, benar benar meledak dan memarahi semua orang. Nafasku tidak beraturan karena mengkhawatirkan Naya, berkali kali aku menelfonnya tadi. Tapi tidak satu panggilan pun yang di jawabnya, tentu saja hal itu membuat aku kesal bukan main. Apakah istriku sedang bermain belakang dariku, benarkah dia selingkuh. Tidak bisa, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Sekali saja, sekali saja pikiran seperti itu terbit di otak Naya aku akan benar benar membunuhnya. Entahlah emosiku terkadang memang tidak bisa terkontrol, apa lagi jika hal itu bersangkutan dengan Naya. Aku benar benar tidak bi
Beri dukungannya ya gusy.Semoga suka dan jangan pernah bosan buat baca.Happy ReadingAska Revaldo AngglioAku kehilangan dia gara-gara seseorang yang pernah menyakitiku. Aku juga pernah membencinya gara-gara orang yang telah menyakitiku. Kalau kalian bilang aku ini bodoh. Itu benar, aku memang bodoh. Lelaki bodoh yang dengan gampangnya mengiyakan permintaan orang itu untuk membahagiakan anaknya. Membuat dia kehilangan orang yang begitu berharga untuknya.Kini aku hancur, tidak ada lagi yang tersisa. Gadis itu sudah mengambil semua. Dia mengambil senyumku, kebahagianku, jiwaku, hatiku, dan hidupku. Tapi tidak dengan ragaku. Dia mengambil semuanya dariku kecuali tubuhku. Aku masih hidup disini. Sedangkan dia...Dia cantik, manis, dia adalah seorang gadis yang sangat berharga untukku. Tapi, hanya karena satu permintaan dari orang itu. Aku menghancurkan masa depanku yang indah. Dan sekarang, aku kehilangan dia. Kehilangan sosok rumah tempatku pul
Jangan lupa dukungNaya anggela povAku tertawa miris melihat pemandangan di depanku. Kakakku dan suamiku sedang tertawa dan bermain air bersama. Harusnya aku senang, kakakku yang biasanya tampak murung kini memancarkan senyumannya. Tapi, saat tau apa yang membuat kakakku senyum hatiku berdenyut nyeri. Alasan kakakku tersenyum adalah suamiku. Ha ha ha hidupku benar-benar miris. Apakah Tuhan tidak cukup menghukumku, tidakkah cukup aku diasingkan oleh kedua orang tuaku. Apakah sekarang aku harus diduakan juga oleh suamiku? Haruskah.Kakiku berjalan menjauh dari taman dan berjalan masuk kerumahku. Aku berjalan kebelakang rumahku dan pemandangan yang aku lihat adalah hamparan laut. Ya ayo aku jelaskan. Rumahku berada ditengah-tengah laut. Benar-benar tengah laut. Rumah ini hidup sendiri. Mengerikan, aku jadi berfikir apakah semuanya memang sengaja aku tinggal disini agar aku tidak kabur. Jika ingin pergi kedaratan harus menggunakan helepkoter. Tidak bisa jika menggunak
Happy Reading Author Pov Naya tersenyum lelah. "Mbak sudah dengarkan kabar kalau Aska akan segera menikah dengan Kak Ahra, aku tidak mau di madu Mbak. Maka kalau Aska ingin menikah lagi ya silahkan, tapi ceraikan aku dulu. Dengan begitu dia sudah bisa menikah dengan siapa pun wanita di luar sana, tanpa ada penggangu lagi seperti aku." Kata kata Naya malam itu benar benar menggangu Hani, harusnya dia bisa biasa saja kalau seandainya Aska tidak mencintai Naya. Tapi adik bodohnya itu sangat mencintai istrinya itu, hanya saja dia terlalu bodoh dengan juga menyayangi Ahra selaku mantan sekaligus cinta pertamanya itu. Aska ingin menikahi Ahra? Adiknya itu pasti begitu bodoh dan tolol kalau sampai melakukan itu. Ibunya, benar selain ibunya, Hani sama sekali tidak bisa melakukan apa pun. Setidaknya ibunya sangat menyukai Naya dari pada Ahra, Hani memang tidak tau Ahra pernah membuat kesalahan apa sampai ibunya
Happy Reading Aska Pov Pertanyaanku masih belum di jawab oleh Naya, dan detik detik penantian itu benar benar membuatku kesal. Percayalah aku bukan lah lelaki sabaran, aku ingin tau cepat dan tidak suka menunggu. Dan Naya baru saja membuatku menunggu. Aku ingin meledak, benar benar meledak dan memarahi semua orang. Nafasku tidak beraturan karena mengkhawatirkan Naya, berkali kali aku menelfonnya tadi. Tapi tidak satu panggilan pun yang di jawabnya, tentu saja hal itu membuat aku kesal bukan main. Apakah istriku sedang bermain belakang dariku, benarkah dia selingkuh. Tidak bisa, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Sekali saja, sekali saja pikiran seperti itu terbit di otak Naya aku akan benar benar membunuhnya. Entahlah emosiku terkadang memang tidak bisa terkontrol, apa lagi jika hal itu bersangkutan dengan Naya. Aku benar benar tidak bi
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Naya Pov Aku menatap rumah sederhana di depanku dengan tatapan kagum, rumah minimalis berwarna putih sederhana. Tidak besar, hanya memiliku satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Halamannya juga tidak luas, tapi setidaknya rumah ini cukup nyaman untuk di tinggali. "Harga rumah ini berapa bu?" tanyaku pada seorang wanita cukup berumur pemilik rumah ini. "Kau yakin akan tinggal di sini Naya? Rumahnya kecil dan eggg--- kau tau sendiri ini jauh dari kediaman orang orang," ucap Mbak Hana berkomentar. Aku tau dia khawatir, tapi mataku sudah terpusat pada rumah ini dari awal. Walau ini jauh dari kediam tetangga tetangga yang lain tidak papa, setidaknya rumah ini nyaman. Menurutku itu sudah lebih dari cukup, aku paham dengan kekhawatiran Mbak Hana. "Tidak papa Mbak, aku suka rumah ini. Aku akan membelinya," ucapku dengan senyu
Happy ReadingAska PovTanganku menggepal karena geram, bukan karena kepergian Naya yang tidak sopan itu, tapi karena ucapan Mbak Hana yang baru aku yakinin kebenarannya sekarang.Naya memang tidak pernah berlaku tidak sopan padaku, demi semua itu aku mengatakan dia tidak sopan hanya karena dia tidak meminta izinku untuk pergi.Oke aku memang tidak bisa mengkondisikan sedikit saja rasa cemburuku itu. Aku terlalu takut kalau Naya akan pergi dan meninggalkan aku sendirian, aku mencintainya bahkan untuk membayangkan kalau wanita itu akan pergi saja aku sudah tidak sanggup.Aku ingin egois dengan hanya menjadi satu satunya lelaki dalam hidup Naya, aku tau aku jahat. Aku bahkan tidak bisa menjadikan Naya satu satunya istriku, fakta kalau aku akan segera menikahi Ahra benar benar membuatku sakit kepala.Aku yang tidak bisa apa apa ingin egois dengan menjadikan N
Happy ReadingNaya PovAku menatap wajahku sekali lagi di depan cermin, dengan pita rambut berwarna pink dan baju casual seadanya aku akan berkunjung ke darat untuk melaksanakan niatku.Tekatku sudah bulat untuk pergi dari sini, aku akan membeli rumah kecil di perdesaan sana dan tinggal bahagia bersama anakku. Soal Aska-- entah lah mungkin pilihan yang paling mudah adalah pergi dari kehidupan lelaki ini.Dengam mengambil tas ransel kecil yang berisi ponsel dan kartu kartu penting aku berjalan keluar. Sembari sarapan aku akan meminta izin pada Aska untuk pergi dengan Mbak Hana.Perjanjian dan rencana pergiku ini sudah aku bicarakan baik baik dengan kakak iparku itu. Dia awalnya memang menolak dan tidak mau menggabulkan permintaanku, tapi dengan segala bujuk rayu dan sedikit paksaan akhirnya Mbak Hana mau juga.Sulit sekali membujuk wanita i
Happy ReadingAska PovBadanku sedikit mematung saat melihat Naya dan Ibuku berpelukkan erat dengan Naya yang menagis hebat. Apakah ada sesuatu yang membuat istriku sampai seperti itu? Tapi apa, adakah orang yang berbuat jahat padanya tanpa sepengetahuanku.Aku ingin mendekat tapi tidak seberani tega itu untuk berjalan ke arah Naya yang baru pertama kali menagis hebat seperti itu. Dari bibir tipisnya dia juga terus mengatakan kalimat sakit, demi Tuhan apa yang terjadi pada istriku?Tangis pilunya benar benar membuat badanku merinding, suara isakkan tagisnya sungguh sangat memperihatinkan. Sejauh menggenal Naya baru pertama kali ini aku mendengar dia menagis sehebat itu.Tubuhku terlalu kaku untuk jalan mendekat, dan mentalku terlalu lemah jika sudah berhubungan dengan Naya."Kau sudah puas sekarang?"Aku menoleh ke arah samping saat menden
Happy ReadingAuthor PovHani menarik tangan Naya sampai ke belakang rumah, tempat santai untuk melihat hamparan laut yang luas. Tangan wanita itu sedikit keras menggengam tangan Naya, mungkin beliau masih kesal karena perkataan Aska barusan.Menikahi Ahra? Ya Tuhan betapa gilanya itu. Mungkin otak Aska sedikit kongslet makanya berfikir begitu, bagaimana bisa astaga. Dia saja sudah menikah dengan Naya, ini Naya lo. Bukan hanya berstatus istri Aska tapi juga berstatus sebagai adik dari Ahra.Wanita itu pasti sudah hilang akal karena meminta menikah dengan suami adiknya sendiri, mungkin otaknya hilang entang ke mana sampai meminta hal gila seperti itu."Naya," panggil Hani dengan menatap menantunya dengan tatapan sedih.Naya tersenyum, tapi bukan senyum bahagia seperti yang selama ini Hani lihat. Ini malah lebih ke senyum kepedihan dan keputus asaan, seolah
Happy ReadingNaya PovSenyum di paksakan berusaha aku keluarkan, kamu tidak cengeng Naya. Tidak mungkin hanya begitu saja menagis, ayo lah kemana Naya yang kuat. Kenapa hanya hal seperti itu saja kau ingin menagis, tidak papa Naya. Ayo senyum, jangan buat ibu mertuamu khawatir oke.Aku mengigit bibir dalamku kuat, tidak bisa Tuhan. Rasanya sangat sakit, kenapa Mas Aska harus setega itu padaku. Haruskah dia juga membawa Kak Ahra ke rumah ibunya, bukannya aku? Apakah sekarang statusku sebagai istrinya tidak lagi di perlukan? Begitukah?"Sayang kenapa? Apakah Ibu ada salah bicara?" tanya Hani tiba tiba dan segera menghampiriku. Senyum khawatir milik wanita itu sedikit demi sedikit membuatku tenang.Senyum terpaksa aku keluarkan agar beliau tidak khawatir, jangan menambah beban pikir orang lain Naya. Kalau kau kuat coba lah tahan itu sendirian, jangan bawa bawa orang lain oke