Happy Reading
Author Pov
Hani menarik tangan Naya sampai ke belakang rumah, tempat santai untuk melihat hamparan laut yang luas. Tangan wanita itu sedikit keras menggengam tangan Naya, mungkin beliau masih kesal karena perkataan Aska barusan.
Menikahi Ahra? Ya Tuhan betapa gilanya itu. Mungkin otak Aska sedikit kongslet makanya berfikir begitu, bagaimana bisa astaga. Dia saja sudah menikah dengan Naya, ini Naya lo. Bukan hanya berstatus istri Aska tapi juga berstatus sebagai adik dari Ahra.
Wanita itu pasti sudah hilang akal karena meminta menikah dengan suami adiknya sendiri, mungkin otaknya hilang entang ke mana sampai meminta hal gila seperti itu.
"Naya," panggil Hani dengan menatap menantunya dengan tatapan sedih.
Naya tersenyum, tapi bukan senyum bahagia seperti yang selama ini Hani lihat. Ini malah lebih ke senyum kepedihan dan keputus asaan, seolah wanita itu sudah tidak memiliki semangat lagi.
Seolah dia lelah dengan keadaan dunia yang berat ini, demi Tuhan kalau seandainya saja bisa. Ingin sekali Hani tutup mata agar tidak bisa melihat senyum kepedihan menantunya, Naya itu gadis yang ceria, dia suka tertawa dan tersenyum. Jadi saat melihat dia yang tersenyum pedih begini benar benar membuat Hani sedih.
"Nak, ibu--"
Belum sempat Hani selesai bicara, Naya lebih dulu berlari ke pelukkan Hani. Memeluk ibu mertuanya erat, menyalurkan perasaan sedih dan sakit hati yang selama ini di tahannya.
Dia bukan lah wanita yang kuat, dia juga bukan wanita yang tahan banting, dia juga bisa menagis, terluka dan sakit hati.
Hanya saja dia selalu tersenyum dan tertawa bukan berarti Naya tidak pernah bersedih dan sakit hati. Hanya saja dia selalu berkata iya bukan berarti dia tidak bisa berkata tidak.
Naya hanya berusaha menjadi yang terbaik saja selama ini, tapi sekarang. Saat satu satunya pondasi pertahanan hidupnya yang mulai di ambil, bagaimana busa dia tetap baik baik saja akan itu semua.
Tidak bisa. Naya sakit hati, dia terluka, dan hatinya benar benar sangat sakit karena ini semua.
"Hiks hiks hiks, hati Naya sakit bu. Sakit sekali," ucap Naya dengan isakkan pilu.
Siapa pun yang mendengar dia menagis pasti juga akan itu menagis, tagisan yang selama ini Naya tahan tahan akhirnya keluar di depan ibu mertuanya. Sudah cukup selama ini dia berpura pura kuat, sudah cukup tagis yang di tahanya, semua itu benar benar sudah cukup.
Rasanya sakit, sangat sakit saat Aska memutuskan untuk menikahi Ahra. Bahkan saat lelaki itu ingin memadunya saja dia tidak meminta izin, apakah memang Naya setidak penting itu.
Lalu untuk apa Aska menikahi Naya? Untuk apa semua ini? Apakah Aska hanya bosan saja makannya menikahi Naya? Apakah karena dia depresi di tinggal Ahra makannya menikahi Naya sembarangan? Seperti itu kah selama ini.
"Sayang ibu minta maaf, maaf karena anak ibu kamu sampai begini. Maaf nak," ucap Hani ikut menagis.
Siapa yang tidak sedih kalau melihat menantunya menagis sampai begini, bahkan untuk berdiri saja dia tidak mampu. Di matanya bahkan tidak ada lagi cahaya kehidupan, seburuk apa perlakuan anak lelakinya sampai menantunya jadi seperti ini.
"Nak ib---"
"Naya tidak tau salah Naya apa bu, kenapa Mas Aska sejahat itu pada Naya. Apakah Naya sebegitu tidak ada harganya sampai dia tega melakukan ini? Apakah Naya memang semenjijikkan itu bu? Apakah memang begitu?" tanya Naya sedih.
Pertahanannya runtuh, hatinya sakit. Dan dunianya benar benar sedang tidak baik baik saja, permintaan terakhir Ahra benar benar menhancurkan hidup Naya yang cerah. Bahwa selama ini yang wanita itu pikir adalah mimpi indahnya ternyata adalah kamuflase, itu semua adalah mimpi buruk yang tidak akan pernah Naya lupakan.
Aska bukan masa depannya yang cerah, tapi lelaki itu adalah mimpi buruk untuk Naya. Kehadirannya bukan untuk mengukir kebahagiaan, tapi untuk menulis kisah hidup Naya lebih buruk lagi.
Suami yang Naya pikir adalah orang yang akan membuat hidupnya bagaikan di surga ternyata hanyalah khayalannya saja, Aska adalah jalur menujur Neraka versinya.
Mungkin Tuhan sedang dalam suasana hati yang buruk saat menciptakan Naya, karena itu lah hidupnya tidak di beri sedikit oun kebahagiaan.
Selama ini Naya hanya di beri rasa sakit lagi dan lagi, dia berkali kali di timpali berbagai rintangan dan rasa sakit. Berkali kali dia di sakiti dan berkali kali juga dia terus di uji.
Mungkin quetes yang mengatakan kalau ingin di cintai maka matilah, karena hanya di saat kematian saja orang orang mendadak mencintai.
Apakah Naya memang harus mati dulu baru di cintai? Apakah dia harus tidak bernafas dulu baru di sayangi? Apakah konsep di sayangi memang seperti itu.
"Maaf nak maaf."
Berkali kali kata maaf Hani keluarkan, dia tidak tahan dengan tangis yang Naya keluarkan. Terdengar sangat pilu dan mengkhawatirkan, kenapa harus begitu. Kenapa Naya harua terlihat sangat menyedihkan begitu, Hani benar benar tidak tahan dengan tagisannya.
"Naya tidak sanggup lagi bu, rasanya sangat sakit." Isak Naya pilu.
Yang tanpa mereka sadari kalau di balik dinding ada seorang wanita yang membekap mulunya sendiri menahan tagis. Dia juga tidak tega seperti Hani, dia juga sama terlukanya seperti Naya.
Benar dia adalah Hana, kakak sekaligus anak dari Hani. Dia tidaj tega melihat adik iparnya tersakiti seperti itu, dia sama sekali tidak tega. Kenapa adik lelakinya sangat bodoh dan tolol, kenapa dia tidak bisa menggunakan sedikit saja otaknya untuk berfikir dengan benar. Ketololan dan kebodohannya itu benar benar membuat Hana sakit hati, tega sekali dia sampai menyakitu hati adik iparnya seperti itu.
Kalau sudah begini Hana bisa apa? Apa yang bisa dia lakukan untuk membuat Naya kembalu ceria lagi. Ibunya sudah tau tentang pernikahan kedua Aska, semoga saja beliau bisa menghentikan pernikahan gila yang akan Aska lakukan.
Kalau gagal Hana tidak tau apa yang akan terjadi pada Naya, soal Ahra siapa perduli. Sudah tau dia ingin mati kenapa harus mengajak ngajak Naya, bukan kah dengan meminta menikah dengan Aska berarti dia ingin membunuh Naya secara perlahan lahan? Wahh bukan kah dia wanita yang sangat kejam.
Sejauh ini bukan kah Naya sudah banyak mengalah untuknya? Apakah semua pengorbanan Naya masih kurang untuk Ahra, apakah dia sebegitu butanya sampai tidak melihat kalau Naya sangat terluka karena kelakuan gilanya itu, ini semua tidak masuk akal sungguh.
Dia mungkin merasa ini tidak berlebihan karena itu permintaannya, tapi apakah dia tidak pernah merasa bersalah sedikit saja pada Naya.
Apakah hatinya benar benar sudah menjadi batu atas semua rasa sakit yang Naya alami selama ini, apakah Ahra benar benar tidak merasa sedikit saja rasa khawatir oada kesehatan Naya. Apakah dia buta atau pura pura buta dengan sakit yang selama ini dua torehkan oada adiknya itu.
Apakah wanita semengerikan itu bisa di panggil sebagai kakak? Tugas kakak itu adalah melindungi adiknya, tapi Hana sangsi kalau selama hidup ini Ahra pernah melukiskan senyum di bibir Naya.
Dari sifat dan prilaku Ahra yang egois begitu, dia pasti hanya akan menciptakan air mata dan kisah sedih untuk kehidupan Naya, dia-- benar benar kakak yang sangat buruk. Ahh mengerikan sekali memiliki kakak seperti itu.
Hola hola selesai guys, jangan lupa like, comen and share ya.
Salam Sayang
Mrs TulalitHappy ReadingAska PovBadanku sedikit mematung saat melihat Naya dan Ibuku berpelukkan erat dengan Naya yang menagis hebat. Apakah ada sesuatu yang membuat istriku sampai seperti itu? Tapi apa, adakah orang yang berbuat jahat padanya tanpa sepengetahuanku.Aku ingin mendekat tapi tidak seberani tega itu untuk berjalan ke arah Naya yang baru pertama kali menagis hebat seperti itu. Dari bibir tipisnya dia juga terus mengatakan kalimat sakit, demi Tuhan apa yang terjadi pada istriku?Tangis pilunya benar benar membuat badanku merinding, suara isakkan tagisnya sungguh sangat memperihatinkan. Sejauh menggenal Naya baru pertama kali ini aku mendengar dia menagis sehebat itu.Tubuhku terlalu kaku untuk jalan mendekat, dan mentalku terlalu lemah jika sudah berhubungan dengan Naya."Kau sudah puas sekarang?"Aku menoleh ke arah samping saat menden
Happy ReadingNaya PovAku menatap wajahku sekali lagi di depan cermin, dengan pita rambut berwarna pink dan baju casual seadanya aku akan berkunjung ke darat untuk melaksanakan niatku.Tekatku sudah bulat untuk pergi dari sini, aku akan membeli rumah kecil di perdesaan sana dan tinggal bahagia bersama anakku. Soal Aska-- entah lah mungkin pilihan yang paling mudah adalah pergi dari kehidupan lelaki ini.Dengam mengambil tas ransel kecil yang berisi ponsel dan kartu kartu penting aku berjalan keluar. Sembari sarapan aku akan meminta izin pada Aska untuk pergi dengan Mbak Hana.Perjanjian dan rencana pergiku ini sudah aku bicarakan baik baik dengan kakak iparku itu. Dia awalnya memang menolak dan tidak mau menggabulkan permintaanku, tapi dengan segala bujuk rayu dan sedikit paksaan akhirnya Mbak Hana mau juga.Sulit sekali membujuk wanita i
Happy ReadingAska PovTanganku menggepal karena geram, bukan karena kepergian Naya yang tidak sopan itu, tapi karena ucapan Mbak Hana yang baru aku yakinin kebenarannya sekarang.Naya memang tidak pernah berlaku tidak sopan padaku, demi semua itu aku mengatakan dia tidak sopan hanya karena dia tidak meminta izinku untuk pergi.Oke aku memang tidak bisa mengkondisikan sedikit saja rasa cemburuku itu. Aku terlalu takut kalau Naya akan pergi dan meninggalkan aku sendirian, aku mencintainya bahkan untuk membayangkan kalau wanita itu akan pergi saja aku sudah tidak sanggup.Aku ingin egois dengan hanya menjadi satu satunya lelaki dalam hidup Naya, aku tau aku jahat. Aku bahkan tidak bisa menjadikan Naya satu satunya istriku, fakta kalau aku akan segera menikahi Ahra benar benar membuatku sakit kepala.Aku yang tidak bisa apa apa ingin egois dengan menjadikan N
Happy Reading Naya Pov Aku menatap rumah sederhana di depanku dengan tatapan kagum, rumah minimalis berwarna putih sederhana. Tidak besar, hanya memiliku satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Halamannya juga tidak luas, tapi setidaknya rumah ini cukup nyaman untuk di tinggali. "Harga rumah ini berapa bu?" tanyaku pada seorang wanita cukup berumur pemilik rumah ini. "Kau yakin akan tinggal di sini Naya? Rumahnya kecil dan eggg--- kau tau sendiri ini jauh dari kediaman orang orang," ucap Mbak Hana berkomentar. Aku tau dia khawatir, tapi mataku sudah terpusat pada rumah ini dari awal. Walau ini jauh dari kediam tetangga tetangga yang lain tidak papa, setidaknya rumah ini nyaman. Menurutku itu sudah lebih dari cukup, aku paham dengan kekhawatiran Mbak Hana. "Tidak papa Mbak, aku suka rumah ini. Aku akan membelinya," ucapku dengan senyu
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Aska Pov Pertanyaanku masih belum di jawab oleh Naya, dan detik detik penantian itu benar benar membuatku kesal. Percayalah aku bukan lah lelaki sabaran, aku ingin tau cepat dan tidak suka menunggu. Dan Naya baru saja membuatku menunggu. Aku ingin meledak, benar benar meledak dan memarahi semua orang. Nafasku tidak beraturan karena mengkhawatirkan Naya, berkali kali aku menelfonnya tadi. Tapi tidak satu panggilan pun yang di jawabnya, tentu saja hal itu membuat aku kesal bukan main. Apakah istriku sedang bermain belakang dariku, benarkah dia selingkuh. Tidak bisa, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Sekali saja, sekali saja pikiran seperti itu terbit di otak Naya aku akan benar benar membunuhnya. Entahlah emosiku terkadang memang tidak bisa terkontrol, apa lagi jika hal itu bersangkutan dengan Naya. Aku benar benar tidak bi
Beri dukungannya ya gusy.Semoga suka dan jangan pernah bosan buat baca.Happy ReadingAska Revaldo AngglioAku kehilangan dia gara-gara seseorang yang pernah menyakitiku. Aku juga pernah membencinya gara-gara orang yang telah menyakitiku. Kalau kalian bilang aku ini bodoh. Itu benar, aku memang bodoh. Lelaki bodoh yang dengan gampangnya mengiyakan permintaan orang itu untuk membahagiakan anaknya. Membuat dia kehilangan orang yang begitu berharga untuknya.Kini aku hancur, tidak ada lagi yang tersisa. Gadis itu sudah mengambil semua. Dia mengambil senyumku, kebahagianku, jiwaku, hatiku, dan hidupku. Tapi tidak dengan ragaku. Dia mengambil semuanya dariku kecuali tubuhku. Aku masih hidup disini. Sedangkan dia...Dia cantik, manis, dia adalah seorang gadis yang sangat berharga untukku. Tapi, hanya karena satu permintaan dari orang itu. Aku menghancurkan masa depanku yang indah. Dan sekarang, aku kehilangan dia. Kehilangan sosok rumah tempatku pul