Surga yang Kupertahankan

Surga yang Kupertahankan

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-23
Oleh:  Bicatik  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
18Bab
1.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Laras tak pernah menyangka ternyata adik iparnya, Mala. Mencintai suaminya sendiri, Juanda Salim. Gadis itu terus berusaha mengalihkan perhatian Juan dengan berpura-pura depresi setelah kematian ibu angkatnya. Namun, Laras tidak akan membiarkan Mala merebut suaminya.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1 Fitnah dari Mala

“Jaga ucapanmu, Mbak!” tangan perempuan berkutek itu hendak mendarat di pipiku. Namun, dengan sigap aku menghindar. Lantas tubuhnya tersungkur menabrak meja ruang tamu dan merintih kesakitan.Mala berusaha bangun dan mencoba untuk menyerangku kembali, tapi langkahnya terhenti saat terdengar suara deruman mobil di depan teras.Kulihat perempuan berkaus merah itu mengacak-acak rambut dan mencakar-cakar seluruh badannya. Tak hanya itu ia pun menampar berkali-kali pipi tirusnya hingga sudut bibir berwarnapinkitu mengeluarkan darah.Tak mengerti dengan apa yang ia lakukan, aku pun berniat untuk mencegahnya. Namun, belum sempat meraih tangannya. Tiba-tiba Mala begitu saja menjatuhkan tubuh ke lantai tepat di hadapan Mas Juan.“Mala!” seru mas Juan khawatir, lalu membantunya berdiri. “Apa yang terjadi?” tanyanya kemudian.“Mbak Laras, Mas!” Mala menjawab sembari

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
18 Bab

Bab 1 Fitnah dari Mala

  “Jaga ucapanmu, Mbak!” tangan perempuan berkutek itu hendak mendarat di pipiku. Namun, dengan sigap aku menghindar. Lantas tubuhnya tersungkur menabrak meja ruang tamu dan merintih kesakitan.Mala berusaha bangun dan mencoba untuk menyerangku kembali, tapi langkahnya terhenti saat terdengar suara deruman mobil di depan teras.Kulihat perempuan berkaus merah itu mengacak-acak rambut dan mencakar-cakar seluruh badannya. Tak hanya itu ia pun menampar berkali-kali pipi tirusnya hingga sudut bibir berwarna pink itu mengeluarkan darah. Tak mengerti dengan apa yang ia lakukan, aku pun berniat untuk mencegahnya. Namun, belum sempat meraih tangannya. Tiba-tiba Mala begitu saja menjatuhkan tubuh ke lantai tepat di hadapan Mas Juan.“Mala!” seru mas Juan khawatir, lalu membantunya berdiri. “Apa yang terjadi?” tanyanya kemudian.“Mbak Laras, Mas!” Mala menjawab sembari
Baca selengkapnya

Bab 2 Kejutan Dinner

 Setelah puas menangis karena kecewa atas sikap mas Juan tadi pagi, aku keluar menuju halaman belakang duduk bersandar di bawah gazebo. Sambil menikmati pemandangan tanaman hias yang memanjakan mata. Di sana ada beberapa jenis tanaman Algonema pemberian mama mertuaku saat pertama kali aku dan mas Juan menempati rumah ini.Ibu dari suamiku itu sangat baik dan perhatian terhadapku. Ia sering memberi nasihat tentang karakter mas Juan yang memang sangat dingin dan pemarah.“Juan anak baik dan sayang pada kedua orang tuanya. Karakternya sangat mirip dengan mendiang papanya. Bukan hanya rupanya saja, tapi semuanya.” ungkap Mama kala itu. Tangannya bergerak kembali menyiram bibit Dona Carmen dan lipstik di depannya yang baru saja berpindah pot. “Anak itu memang tidak banyak bicara, tidak suka basa-basi dan hal remeh temeh. Terkadang sikap dinginnya membuat orang di sampingnya jengah.” Mama tertawa, lalu kem
Baca selengkapnya

Bab 3 Kebenaran Apa Ini?

 Kejadian semalam membuatku benar-bebar tak bisa tinggal diam. Aku menyalakan laptop. Memeriksa  CCTV dan menunjukkannya pada mas Juan. Ia terlihat menahan marah agar tidak meledak.“Kamu sadar enggak sih. Perbuatan kamu itu hampir saja membuat mas Juan melakukan zina!” bentakku.“Maaf Mbak, Mas. Aku khilaf,” ucapnya terisak.“Apa? Khilaf katamu?” ucapku semakin geram mendengar penyesalannya yang di buat-buat.Mas Juan menyentuh pundakku mencoba menenangkan. Agar tak bertindak kasar pada adik angkatnya itu. “Mas benar-benar kecewa sama kamu Mala.” Mas Juan mulai angkat suara. “Sebaiknya kamu kembali ke rumah Mama,” putusnya.“Apa? Mas aku enggak mau kembali ke rumah itu. Apa Mas lupa, Mas janji akan selalu menjagaku sampai kapan pun,” protes Mala. “Apa kamu sudah tak mencintaiku lagi?” ungkapnya, membuatku terkejut.Apa? Cinta?
Baca selengkapnya

Bab 4 Beraksi

Aku terbangun saat mendengar suara mas Juan berbicara dengan seseorang di telepon.“Iya Mas segera ke sana,” ucapnya lalu menutup gawainya dan meletakkannya di atas nakas.“Siapa Mas?” tanyaku.“Mala. Dia bilang katanya minta di temani sebentar. Sepertinya ia mulai ketakutan lagi,” jelas mas Juan.“Mas tunggu!” panggilku. Mas Juan menghentikan langkahnya dan menoleh padaku heran.“Ada apa?” tanyanya yang masih berdiri di depan pintu.“Biar aku saja yang menemani Mala, Mas lanjut tidur lagi.” Aku menawarkan diri. Mas Juan terlihat menimbang dan akhirnya ia mengangguk.“Baiklah.” Kembali ia merebahkan diri di kasur.Aku tersenyum menyeringai. Lihat saja Mala, akan kubuat kau menyesal.Aku mengetuk pintu bercat cokelat itu perlahan dan tak lama pintu terbuka. Ah, cepat sekali dia. Sepertinya memang ia sudah siap menggoda suamiku.Mata
Baca selengkapnya

Bab 5 Aksi Mala yang Tak Terduga

  Aku membuka mata perlahan, kepala masih terasa pusing, saat Mencoba mengiat-ingat kembali apa yang telah terjadi padaku.Handphone-ku? Aku panik ketika otakku mengingat kembali apa yang telah terjadi sebelum aku dibekap tadi. Aku bangun dari tempat tidur dan mencari benda pipih itu. Pintu terbuka menampilkan tubuh tegap mas Juan dengan wajah datar. Rahangnya mengeras seolah ia tengah menahan amarah.Perasaanku mulai tak enak, aku merasa akan terjadi sesuatu yang buruk.Mas Juan melangkah perlahan mendekat padaku dan seketika kedua tangan kekarnya menarik lenganku kuat. Sehingga membuat diriku meringis kesakitan.“Apa yang sudah kau lakukan dengan pria itu. Hah!” Teriaknya, tepat di depan wajahku. Tatapannya begitu tajam menusuk ke dalam mataku.“Ini, yang kamu cari. Hah!” mas Juan menunjukkan gawai milikku di tangannya.Saat hendak meraihnya, mas Juan menarik
Baca selengkapnya

Bab 6: Haruskah Menyerah

Bau obat menyergap di penciumanku, saat aku tersadar dengan kepala yang masih terasa berdenyut nyeri.“Sudah sadar.” Aku menoleh pada sumber suara. Wanita berhijab dengan jas putih itu tersenyum ramah padaku.Melirik sebelah kiri mas Juan diam tanpa kata. Terlihat wajahnya seperti menahan amarah. Entahlah apa lagi yang terjadi, setelah aku pingsan tadi. Aku benar-benar sudah pasrah.“Selamat ya Bu. Sebentar lagi Anda akan menjadi seorang ibu,” ucap dokter tersenyum ramah.Sungguh aku bahagia mendengar berita yang selama ini sangat dinantikan. Setahun lebih kami menunggu kehadiran sang buah hati, dan akhirnya Allah mengabulkannya.Tak terasa aku menitikkan air mata haru. Mengelus perut yang masih rata, sembari mengucapkan kalimat hamdalah.“Ayo kita pulang!” ucap mas Juan tiba-tiba dengan wajah datar. Apa dia tidak bahagia? Bukankah ia juga begitu mengharapkan anak selama ini.Aku mengangguk mengiyakan, lalu ia membantuku
Baca selengkapnya

Bab 7: Teman Lama

 Keesokan harinya aku terbangun masih dengan morning sickness yang luar biasa. Bolak-balik kamar mandi. Kebetulan memang di rumah bunda yang sederhana setiap kamar tidak memiliki toilet, tak seperti di rumah mas Juan. Karena merasa lelah kuletakan bokong di kursi meja makan. Ternyata seperti ini rasanya mengidam yang sering para wanita bersuami keluhkan. Aku menelungkup kan wajah di atas meja dengan di topang kedua tangan.Tubuhku rasanya lemas sekali, ditambah kepala pusing dan mual yang tiada berkesudahan.“Minumlah, ini bisa mengurangi sedikit rasa mualmu,” kata bunda menyodorkan segelas teh lemon hangat dengan madu di hadapanku.Aku mengangkat kepala, meraihnya lantas meminumnya perlahan. Benar saja, rasa mual sedikit berkurang, bunda memang terbaik.Bunda tersenyum melihat perubahan raut wajahku yang terlihat lega. Mengelus kepala ini yang tak tertutup hijab saat di dalam rumah, karena tak ada pria yang buka mahram di sini
Baca selengkapnya

Bab 8: Menginap

  “Jangan sembarangan menerima ajakan pria yang bukan mahram, apalagi memberikan nomor, ingat! kamu itu wanita bersuami.” Peringat bunda, wanita itu terus mengoceh saat kami sudah berada di dalam jok penumpang. Untunglah taksi yang kami pesan tadi cepat datang sehingga kami tidak harus menunggu sambil kepanasan di depan rumah sakit. “Iya, Bun. Tadi Laras hanya menghormatinya saja. Lagi pula belum tentu kan kita bertemu lagi dengan David,” sambungku sembari memijat kening yang mulai terasa pusing kembali. “Dia pria yang dulu ayahmu ceritakan itu, bukan?” tanya bunda memastikan. “Iya.” Aku tak percaya bunda masih ingat dengan David. Pria dulu pernah mengutarakan cinta di depan ayah yang pada saat itu menjemputku di sekolah. “Hati-hati, jangan di respons kalau pria itu kembali menghubungi kamu. Ingat kamu sudah bersuami, dan Juan masih jadi menantu kesayangan Bunda!” putusnya sewot, jika
Baca selengkapnya

Bab 9 Bertemu David

Berkali-kali aku menguap, rasanya sangat mengantuk. Padahal, masih pukul sembilan pagi. Hamil membuatku ingin rebahan terus.“Mau ngapain?” tegur bunda cepat, usai melayani pelanggan.“Rebahan, Laras ngantuk.” Aku langsung menempelkan kepala di atas sofa panjang yang di sediakan bunda untuk pelanggan yang biasa menunggu pesanan.“Masih pagi, jangan di biasakan, enggak baik buat janin.” Bunda menarik lenganku supaya bangun.“Bunda ....” rengekku, karena sudah sangat mengantuk.“Ayo, bangun, bergerak bantu Lela sama Darmi di belakang sana!” Beliau menggiringku ke dapur tempat membuat aneka kue tradisional.Bunda memiliki usaha toko kue tradisional sejak aku masih SMP. Kue- kue buatannya sudah terkenal enak dan terjangkau. Dan para pelanggannya pun sudah banyak bahkan sudah mencapai luar kota. Sesampainya di tempat khusus memproduksi kue-kue, bunda menyuruh kedua bawahannya memberiku pekerjaan.“Darmi, Lela, kasih Laras kerjaan!” titahnya pada kedua wanita yang tengah membungkus lemper.
Baca selengkapnya

Bab 10 Cemburu

"Kenapa, kita ke sini?" tanyaku, saat mobil mas Juan berhenti di depan perusahaannya."Memangnya kau mau diberondong sejuta pertanyaan oleh bunda, jika aku antar ke rumah?" Jawabnya. Benar juga, tadi kan aku bilang ke bunda mau pergi ke rumah teman dan akan pulang sore. Jika, pulang sekarang bisa curiga, apalagi di antar mas Juan. Ah, tak bisa dibayangkan mulut manis bunda nyerocos sepanjang jalan kenangan nanti."Eh, Bu Laras, lama enggak ketemu. Apa kabar, Bu?” sapa pak Yanto security di perusahaan mas Juan, usai membukakan pintu mobil untukku.Aku mengangguk tersenyum ramah padanya. "Baik, Pak. Kalau Pak Yanto sendiri bagaimana kabarnya?""Alhamdulillah, saya teh selalu diberikan kesehatan sama Allah," jawabnya melempar senyum padaku."Ekhm!" Deheman mas Juan tiba-tiba membuat pria berkumis itu seketika wajahnya berubah tegang. Kemudian menunduk hormat."Parkiran mobil saya, jangan sampai lecet seperti kemarin, jika itu terjadi kembali, maka bukan hanya gaji kamu yang saya potong,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status