Beri dukungannya ya gusy.
Semoga suka dan jangan pernah bosan buat baca.Happy Reading
Aska Revaldo Angglio
Aku kehilangan dia gara-gara seseorang yang pernah menyakitiku. Aku juga pernah membencinya gara-gara orang yang telah menyakitiku. Kalau kalian bilang aku ini bodoh. Itu benar, aku memang bodoh. Lelaki bodoh yang dengan gampangnya mengiyakan permintaan orang itu untuk membahagiakan anaknya. Membuat dia kehilangan orang yang begitu berharga untuknya.
Kini aku hancur, tidak ada lagi yang tersisa. Gadis itu sudah mengambil semua. Dia mengambil senyumku, kebahagianku, jiwaku, hatiku, dan hidupku. Tapi tidak dengan ragaku. Dia mengambil semuanya dariku kecuali tubuhku. Aku masih hidup disini. Sedangkan dia...
Dia cantik, manis, dia adalah seorang gadis yang sangat berharga untukku. Tapi, hanya karena satu permintaan dari orang itu. Aku menghancurkan masa depanku yang indah. Dan sekarang, aku kehilangan dia. Kehilangan sosok rumah tempatku pulang, sosok penyemangat sekaligus gadis yang sangat kucintai.
Mungkin aku tidak pantas mengatakan ini, aku jahat, aku egois, aku bodoh, benar. Semua itu benar, aku memang lelaki tolol yang tidak bisa melihat cinta yang begitu besar dan tulus dari mata gadisku. Dan dengan teganya aku mengkhinati cinta suci yang dia berikan padaku, untuk semua kesalahanku itu dia memang sepantasnya pergi dan tidak lagi ingin melihatku.
Mari ikut denganku, dan akan aku ceritakan satu kisah tragis tentang aku dan dia. Pemilik senyumku.
Hola hola gimana sama prolongnya guys? Apakah ngebosenin? Udah lah jangan lihat covernya aja wkwkwk, hayuk kita ikuti kisah tragis Aska bersama sang cinta pertamanya.
Salam Sayang
Miss Tulalit / Zia RyaJangan lupa dukungNaya anggela povAku tertawa miris melihat pemandangan di depanku. Kakakku dan suamiku sedang tertawa dan bermain air bersama. Harusnya aku senang, kakakku yang biasanya tampak murung kini memancarkan senyumannya. Tapi, saat tau apa yang membuat kakakku senyum hatiku berdenyut nyeri. Alasan kakakku tersenyum adalah suamiku. Ha ha ha hidupku benar-benar miris. Apakah Tuhan tidak cukup menghukumku, tidakkah cukup aku diasingkan oleh kedua orang tuaku. Apakah sekarang aku harus diduakan juga oleh suamiku? Haruskah.Kakiku berjalan menjauh dari taman dan berjalan masuk kerumahku. Aku berjalan kebelakang rumahku dan pemandangan yang aku lihat adalah hamparan laut. Ya ayo aku jelaskan. Rumahku berada ditengah-tengah laut. Benar-benar tengah laut. Rumah ini hidup sendiri. Mengerikan, aku jadi berfikir apakah semuanya memang sengaja aku tinggal disini agar aku tidak kabur. Jika ingin pergi kedaratan harus menggunakan helepkoter. Tidak bisa jika menggunak
Happy Reading Author Pov Naya tersenyum lelah. "Mbak sudah dengarkan kabar kalau Aska akan segera menikah dengan Kak Ahra, aku tidak mau di madu Mbak. Maka kalau Aska ingin menikah lagi ya silahkan, tapi ceraikan aku dulu. Dengan begitu dia sudah bisa menikah dengan siapa pun wanita di luar sana, tanpa ada penggangu lagi seperti aku." Kata kata Naya malam itu benar benar menggangu Hani, harusnya dia bisa biasa saja kalau seandainya Aska tidak mencintai Naya. Tapi adik bodohnya itu sangat mencintai istrinya itu, hanya saja dia terlalu bodoh dengan juga menyayangi Ahra selaku mantan sekaligus cinta pertamanya itu. Aska ingin menikahi Ahra? Adiknya itu pasti begitu bodoh dan tolol kalau sampai melakukan itu. Ibunya, benar selain ibunya, Hani sama sekali tidak bisa melakukan apa pun. Setidaknya ibunya sangat menyukai Naya dari pada Ahra, Hani memang tidak tau Ahra pernah membuat kesalahan apa sampai ibunya
Happy ReadingNaya PovSenyum di paksakan berusaha aku keluarkan, kamu tidak cengeng Naya. Tidak mungkin hanya begitu saja menagis, ayo lah kemana Naya yang kuat. Kenapa hanya hal seperti itu saja kau ingin menagis, tidak papa Naya. Ayo senyum, jangan buat ibu mertuamu khawatir oke.Aku mengigit bibir dalamku kuat, tidak bisa Tuhan. Rasanya sangat sakit, kenapa Mas Aska harus setega itu padaku. Haruskah dia juga membawa Kak Ahra ke rumah ibunya, bukannya aku? Apakah sekarang statusku sebagai istrinya tidak lagi di perlukan? Begitukah?"Sayang kenapa? Apakah Ibu ada salah bicara?" tanya Hani tiba tiba dan segera menghampiriku. Senyum khawatir milik wanita itu sedikit demi sedikit membuatku tenang.Senyum terpaksa aku keluarkan agar beliau tidak khawatir, jangan menambah beban pikir orang lain Naya. Kalau kau kuat coba lah tahan itu sendirian, jangan bawa bawa orang lain oke
Happy ReadingAuthor PovHani menarik tangan Naya sampai ke belakang rumah, tempat santai untuk melihat hamparan laut yang luas. Tangan wanita itu sedikit keras menggengam tangan Naya, mungkin beliau masih kesal karena perkataan Aska barusan.Menikahi Ahra? Ya Tuhan betapa gilanya itu. Mungkin otak Aska sedikit kongslet makanya berfikir begitu, bagaimana bisa astaga. Dia saja sudah menikah dengan Naya, ini Naya lo. Bukan hanya berstatus istri Aska tapi juga berstatus sebagai adik dari Ahra.Wanita itu pasti sudah hilang akal karena meminta menikah dengan suami adiknya sendiri, mungkin otaknya hilang entang ke mana sampai meminta hal gila seperti itu."Naya," panggil Hani dengan menatap menantunya dengan tatapan sedih.Naya tersenyum, tapi bukan senyum bahagia seperti yang selama ini Hani lihat. Ini malah lebih ke senyum kepedihan dan keputus asaan, seolah
Happy ReadingAska PovBadanku sedikit mematung saat melihat Naya dan Ibuku berpelukkan erat dengan Naya yang menagis hebat. Apakah ada sesuatu yang membuat istriku sampai seperti itu? Tapi apa, adakah orang yang berbuat jahat padanya tanpa sepengetahuanku.Aku ingin mendekat tapi tidak seberani tega itu untuk berjalan ke arah Naya yang baru pertama kali menagis hebat seperti itu. Dari bibir tipisnya dia juga terus mengatakan kalimat sakit, demi Tuhan apa yang terjadi pada istriku?Tangis pilunya benar benar membuat badanku merinding, suara isakkan tagisnya sungguh sangat memperihatinkan. Sejauh menggenal Naya baru pertama kali ini aku mendengar dia menagis sehebat itu.Tubuhku terlalu kaku untuk jalan mendekat, dan mentalku terlalu lemah jika sudah berhubungan dengan Naya."Kau sudah puas sekarang?"Aku menoleh ke arah samping saat menden
Happy ReadingNaya PovAku menatap wajahku sekali lagi di depan cermin, dengan pita rambut berwarna pink dan baju casual seadanya aku akan berkunjung ke darat untuk melaksanakan niatku.Tekatku sudah bulat untuk pergi dari sini, aku akan membeli rumah kecil di perdesaan sana dan tinggal bahagia bersama anakku. Soal Aska-- entah lah mungkin pilihan yang paling mudah adalah pergi dari kehidupan lelaki ini.Dengam mengambil tas ransel kecil yang berisi ponsel dan kartu kartu penting aku berjalan keluar. Sembari sarapan aku akan meminta izin pada Aska untuk pergi dengan Mbak Hana.Perjanjian dan rencana pergiku ini sudah aku bicarakan baik baik dengan kakak iparku itu. Dia awalnya memang menolak dan tidak mau menggabulkan permintaanku, tapi dengan segala bujuk rayu dan sedikit paksaan akhirnya Mbak Hana mau juga.Sulit sekali membujuk wanita i
Happy ReadingAska PovTanganku menggepal karena geram, bukan karena kepergian Naya yang tidak sopan itu, tapi karena ucapan Mbak Hana yang baru aku yakinin kebenarannya sekarang.Naya memang tidak pernah berlaku tidak sopan padaku, demi semua itu aku mengatakan dia tidak sopan hanya karena dia tidak meminta izinku untuk pergi.Oke aku memang tidak bisa mengkondisikan sedikit saja rasa cemburuku itu. Aku terlalu takut kalau Naya akan pergi dan meninggalkan aku sendirian, aku mencintainya bahkan untuk membayangkan kalau wanita itu akan pergi saja aku sudah tidak sanggup.Aku ingin egois dengan hanya menjadi satu satunya lelaki dalam hidup Naya, aku tau aku jahat. Aku bahkan tidak bisa menjadikan Naya satu satunya istriku, fakta kalau aku akan segera menikahi Ahra benar benar membuatku sakit kepala.Aku yang tidak bisa apa apa ingin egois dengan menjadikan N
Happy Reading Naya Pov Aku menatap rumah sederhana di depanku dengan tatapan kagum, rumah minimalis berwarna putih sederhana. Tidak besar, hanya memiliku satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Halamannya juga tidak luas, tapi setidaknya rumah ini cukup nyaman untuk di tinggali. "Harga rumah ini berapa bu?" tanyaku pada seorang wanita cukup berumur pemilik rumah ini. "Kau yakin akan tinggal di sini Naya? Rumahnya kecil dan eggg--- kau tau sendiri ini jauh dari kediaman orang orang," ucap Mbak Hana berkomentar. Aku tau dia khawatir, tapi mataku sudah terpusat pada rumah ini dari awal. Walau ini jauh dari kediam tetangga tetangga yang lain tidak papa, setidaknya rumah ini nyaman. Menurutku itu sudah lebih dari cukup, aku paham dengan kekhawatiran Mbak Hana. "Tidak papa Mbak, aku suka rumah ini. Aku akan membelinya," ucapku dengan senyu