Happy Reading
Naya Pov
Senyum di paksakan berusaha aku keluarkan, kamu tidak cengeng Naya. Tidak mungkin hanya begitu saja menagis, ayo lah kemana Naya yang kuat. Kenapa hanya hal seperti itu saja kau ingin menagis, tidak papa Naya. Ayo senyum, jangan buat ibu mertuamu khawatir oke.
Aku mengigit bibir dalamku kuat, tidak bisa Tuhan. Rasanya sangat sakit, kenapa Mas Aska harus setega itu padaku. Haruskah dia juga membawa Kak Ahra ke rumah ibunya, bukannya aku? Apakah sekarang statusku sebagai istrinya tidak lagi di perlukan? Begitukah?
"Sayang kenapa? Apakah Ibu ada salah bicara?" tanya Hani tiba tiba dan segera menghampiriku. Senyum khawatir milik wanita itu sedikit demi sedikit membuatku tenang.
Senyum terpaksa aku keluarkan agar beliau tidak khawatir, jangan menambah beban pikir orang lain Naya. Kalau kau kuat coba lah tahan itu sendirian, jangan bawa bawa orang lain oke.
"Tidak papa ibu, emm mungkin Mas Aska tidak sengaja pulang dari jalan bersama Kak Ahra. Makannya mampir ke sana, maaf ya Naya belum ada berkunjung. Tapi jangan khawatir, Naya akan segera ke sana kapan kapan." Aku tersenyum menenangkan ke arah wanita berumur itu, aku tau dia masih kesal dengan Mas Aska karena membawa Kak Ahra bukannya aku.
Bukannya aku sombong dan percaya diri, tapi sebenarnya memang seperti itu lah kenyataannya. Ibu mertuaku memang lebih menyayangi aku di banding Kak Ahra, itu sedikit banyak membuat hatiku tenang. Setidaknya masih ada yang sayang padaku lebih dari apa pun, hal sesederhana itu benar benar membuatku senang.
"Hemm apanya yang tidak sengaja, lagian buat apa juga Aska menemai si penyakitan itu jalan jalan. Dia memangnya siapa? Hanya mantankan? Lagian statusnya sekarang adalah kakak ipar dari Aska, apakah dia setidak tau diri itu sampai jalan berdua dengan suami adiknya. Menjijikkan," ucap Hani tidak suka. Matanya melirik sinis ke arah Kak Ahra yang masih menunduk menahan tagis.
Lagian siapa juga yang tahan dengan ucapan tajam milik ibu mertuaku itu, aku bersyukur sekali karena aku lah yang dia bela, coba bayangkan kalau aku yang di hina begitu. Belum ada dua hari aku pasti sudah angkat kaki dari rumah ini karena tidak tahan, aku bersumpah kata kata sindiran ibu mertuaku memang sangat bikin sakit hati.
"Ibu sudahlah, kenapa menyudutkan Ahra begitu. Lagi pula sebentar lagi dia juga akan menjadi Istri Aska kan," ucap Aska membela.
Mata Hani melotot, dia menatap tidak percaya ke arah anak laki lakinya itu. Lalu melirik ke arahku bergantian, demi Tuhan apa lagi yang akan terjadi sekarang.
"APA KAU BILANG?" teriak Ibu mertuaku keras. "WANITA PENYAKITAN INI AKAN MENJADI ISTRIMU? KAU GILA YA?"
Hani menatap tidak percaya ke arah anaknya, nafasnya naik turun karena marah. Emosi beliau benar benar tidak bisa di bendung, lirikkan sinis dan tidak suka beliau layangkan ke arah kak Ahra.
"Kau mau jadi perusak rumah tangga adikmu ya?" tanya Hani sinis.
"Ibu sudah lah, ibu apa apaan sih. Ahra tidak salah di sini, jangan membesar besarkan masalah seolah ini adalah hal yang besar." Lerai Aska tidak suka.
"Bukan hal yang besar?" tanya Hani tidak percaya. "Demi Tuhan Aska, kau benar benar lelaki yang sangat bodoh. Bagaimana bisa kau--" Hana terlihat tidak bisa berkata kata. Dia hanya geleng geleng kepala tidak habis pikir, mungkin saja.
"Ibu tidak setuju kalian menikah, tidak akan pernah setuju." Tekan Hani tajam dan menarik tanganku untuk pergi dari sana. Tapi sebelum itu beliau juga sempat memberikan tatapan membunuh ke arah Kak Ahra.
*****
Aska Pov
Aku menatap kepergian ibuku dengan nafas kasar, aku tidak tau apa yang salah dengan Ahra. Tapi ibu benar benar sangat membenci wanita ini.
Bukannya aku ingin dan mau mau saja menikah dengan Ahra yang statusnya adalah kakak iparku, tapi aku bisa apa kalau itu adalah permintaan terakhir wanita ini.
Aku tau aku sangat jahat karena menikah dengan kakak iparku sendiri sedangkan istriku masih hidup, aku tau Naya terluka karena hal ini, aku tau dia pasti sangat sedih. Tapi aku bisa apa? Aku tidak mungkin tutup mata dan mengabaikan penyakit kangker Ahra yang sudah menginjak stadium akhir.
Apakah aku salah kalau mengabulkan permintaannya untuk menikahinya, apakah aku salah jika memberikan apa yang dia mau. Salahkah aku? Tapi aku tidak bisa apa apa lagi jika itu memang salah, hal seperti ini mungkin akan lebih baik jika aku kabulkan.
Kalian salah besar kalau berfikir aku tidak mencintai Naya dan masih mencintai Ahra, tentu saja tidak. Bagiku wanita satu satunya yang aku cintai hanyalah istriku sendiri, Ahra hanya sebagian masa laluku. Sedangkan masa depanku adalah bersama Naya, bagiku menikahi Ahra hanya lah sebagian dari permintaan terakhirnya saja. Naya tetap menjadi satu satunya orang yang aku cintai.
Tapi kenapa Ibuku dan Naya tidak berfikir hal yang sama? Mereka salah besar kalau berfikir aku mencintai Ahra. Tentu saja tidak, untuk apa aku mencintainya? Aku sudah ada Naya demi Tuhan.
"Ahra kamu baik baik saja?" tanyaku dan berjongkok di depan wanita itu, aku bisa melihat jejak air mata di pipinya yang tirus. Dia pasti sangat sedih mendengar hinaan ibuku barusan.
"Maaf perkataan ibuku barusan pasti menyakitimu, aku yakin beliau tidak bermaksut berkata begitu. Maaf ya," ucapku tulus. Aku tidak mau Ahra membenci ibuku, aku tidak menyalahkan beliau juga. Sejak awal Ibuku memang sudah tidak menyukai Ahra, bahkan sejak awal kami pacaran dulu. Entah hal apa yang membuat ibuku membencinya, padahal Ahra adalah gadis ceria yang sangat baik.
"Aku tidak papa, hanya saja--- eggg kau tau kan perkataan ibumu tadi memang sedikit membuatku sedih. Apakah permintaanku untuk memintamu menikahiku itu salah ka? Apakah itu terlalu berlebihan?" tanya Ahra dengan menatapku sedih.
Matanya terlihat berkaca kaca, aku tau Ahra pasti merasa sangat terluka. Kasihan dia, aku harus bisa membuatnya senyum lagi.
"Tidak, tentu saja tidak. Permintaanmu tidak berlebihan kok, ibuku hanya saja-- egggg kau tau bagaimana ibuku kan? Beliau hanya belum mengenal dirimu lebih dalam lagi saja, nanti aku akan menjelaskan pada beliau pelan pelan. Kau tenang saja, aku pasti akan menikahimu nanti." Aku berusaha menangkan Ahra.
"Emm tadi kita ingin makan kan? Ayo ke sana, kau pasti sudah lapar." Ajakku dan kembali mendorong kursi roda Ahra ke arah meja makan.
Mataku tidak sengaja melihat piring yang masih terisi penuh dengan makanan di atas meja, milik Naya. Apakah dia baru makan? Karena nasi dan lauknya masih tersisa sangat banyak, astaga istriku. Dia pasti belum makan banyak, setelah membantu Ahra makan aku akan segera menyuruhnya makan. Wanita itu bisa sakit kalau tidak makan, ada saja kelakuannya yang membuat khawatir.
"Kamu melamun?"
"Haa? Eh kamu bilang apa?" tanyaku kaget dan kembali mengfokuskan diri ke arah Ahra.
Wanita itu menatapku sedikit cemberut. "Kamu melamun apa? Kenapa tidak dengar apa yang aku katakan?" tanya Ahra sedikit kesal.
"Maaf, kamu sudah laparkan? Ayo aku akan menggambilkan makanan untukmu, tunggu sebentar ya."
Hola hola guys, selesai bagian ini. Ah seperti biasa jangan lupa like, comen dan share ya.
Salam sayang
Mrs TulalitHappy ReadingAuthor PovHani menarik tangan Naya sampai ke belakang rumah, tempat santai untuk melihat hamparan laut yang luas. Tangan wanita itu sedikit keras menggengam tangan Naya, mungkin beliau masih kesal karena perkataan Aska barusan.Menikahi Ahra? Ya Tuhan betapa gilanya itu. Mungkin otak Aska sedikit kongslet makanya berfikir begitu, bagaimana bisa astaga. Dia saja sudah menikah dengan Naya, ini Naya lo. Bukan hanya berstatus istri Aska tapi juga berstatus sebagai adik dari Ahra.Wanita itu pasti sudah hilang akal karena meminta menikah dengan suami adiknya sendiri, mungkin otaknya hilang entang ke mana sampai meminta hal gila seperti itu."Naya," panggil Hani dengan menatap menantunya dengan tatapan sedih.Naya tersenyum, tapi bukan senyum bahagia seperti yang selama ini Hani lihat. Ini malah lebih ke senyum kepedihan dan keputus asaan, seolah
Happy ReadingAska PovBadanku sedikit mematung saat melihat Naya dan Ibuku berpelukkan erat dengan Naya yang menagis hebat. Apakah ada sesuatu yang membuat istriku sampai seperti itu? Tapi apa, adakah orang yang berbuat jahat padanya tanpa sepengetahuanku.Aku ingin mendekat tapi tidak seberani tega itu untuk berjalan ke arah Naya yang baru pertama kali menagis hebat seperti itu. Dari bibir tipisnya dia juga terus mengatakan kalimat sakit, demi Tuhan apa yang terjadi pada istriku?Tangis pilunya benar benar membuat badanku merinding, suara isakkan tagisnya sungguh sangat memperihatinkan. Sejauh menggenal Naya baru pertama kali ini aku mendengar dia menagis sehebat itu.Tubuhku terlalu kaku untuk jalan mendekat, dan mentalku terlalu lemah jika sudah berhubungan dengan Naya."Kau sudah puas sekarang?"Aku menoleh ke arah samping saat menden
Happy ReadingNaya PovAku menatap wajahku sekali lagi di depan cermin, dengan pita rambut berwarna pink dan baju casual seadanya aku akan berkunjung ke darat untuk melaksanakan niatku.Tekatku sudah bulat untuk pergi dari sini, aku akan membeli rumah kecil di perdesaan sana dan tinggal bahagia bersama anakku. Soal Aska-- entah lah mungkin pilihan yang paling mudah adalah pergi dari kehidupan lelaki ini.Dengam mengambil tas ransel kecil yang berisi ponsel dan kartu kartu penting aku berjalan keluar. Sembari sarapan aku akan meminta izin pada Aska untuk pergi dengan Mbak Hana.Perjanjian dan rencana pergiku ini sudah aku bicarakan baik baik dengan kakak iparku itu. Dia awalnya memang menolak dan tidak mau menggabulkan permintaanku, tapi dengan segala bujuk rayu dan sedikit paksaan akhirnya Mbak Hana mau juga.Sulit sekali membujuk wanita i
Happy ReadingAska PovTanganku menggepal karena geram, bukan karena kepergian Naya yang tidak sopan itu, tapi karena ucapan Mbak Hana yang baru aku yakinin kebenarannya sekarang.Naya memang tidak pernah berlaku tidak sopan padaku, demi semua itu aku mengatakan dia tidak sopan hanya karena dia tidak meminta izinku untuk pergi.Oke aku memang tidak bisa mengkondisikan sedikit saja rasa cemburuku itu. Aku terlalu takut kalau Naya akan pergi dan meninggalkan aku sendirian, aku mencintainya bahkan untuk membayangkan kalau wanita itu akan pergi saja aku sudah tidak sanggup.Aku ingin egois dengan hanya menjadi satu satunya lelaki dalam hidup Naya, aku tau aku jahat. Aku bahkan tidak bisa menjadikan Naya satu satunya istriku, fakta kalau aku akan segera menikahi Ahra benar benar membuatku sakit kepala.Aku yang tidak bisa apa apa ingin egois dengan menjadikan N
Happy Reading Naya Pov Aku menatap rumah sederhana di depanku dengan tatapan kagum, rumah minimalis berwarna putih sederhana. Tidak besar, hanya memiliku satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Halamannya juga tidak luas, tapi setidaknya rumah ini cukup nyaman untuk di tinggali. "Harga rumah ini berapa bu?" tanyaku pada seorang wanita cukup berumur pemilik rumah ini. "Kau yakin akan tinggal di sini Naya? Rumahnya kecil dan eggg--- kau tau sendiri ini jauh dari kediaman orang orang," ucap Mbak Hana berkomentar. Aku tau dia khawatir, tapi mataku sudah terpusat pada rumah ini dari awal. Walau ini jauh dari kediam tetangga tetangga yang lain tidak papa, setidaknya rumah ini nyaman. Menurutku itu sudah lebih dari cukup, aku paham dengan kekhawatiran Mbak Hana. "Tidak papa Mbak, aku suka rumah ini. Aku akan membelinya," ucapku dengan senyu
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Aska Pov Pertanyaanku masih belum di jawab oleh Naya, dan detik detik penantian itu benar benar membuatku kesal. Percayalah aku bukan lah lelaki sabaran, aku ingin tau cepat dan tidak suka menunggu. Dan Naya baru saja membuatku menunggu. Aku ingin meledak, benar benar meledak dan memarahi semua orang. Nafasku tidak beraturan karena mengkhawatirkan Naya, berkali kali aku menelfonnya tadi. Tapi tidak satu panggilan pun yang di jawabnya, tentu saja hal itu membuat aku kesal bukan main. Apakah istriku sedang bermain belakang dariku, benarkah dia selingkuh. Tidak bisa, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Sekali saja, sekali saja pikiran seperti itu terbit di otak Naya aku akan benar benar membunuhnya. Entahlah emosiku terkadang memang tidak bisa terkontrol, apa lagi jika hal itu bersangkutan dengan Naya. Aku benar benar tidak bi
Happy Reading Aska Pov Pertanyaanku masih belum di jawab oleh Naya, dan detik detik penantian itu benar benar membuatku kesal. Percayalah aku bukan lah lelaki sabaran, aku ingin tau cepat dan tidak suka menunggu. Dan Naya baru saja membuatku menunggu. Aku ingin meledak, benar benar meledak dan memarahi semua orang. Nafasku tidak beraturan karena mengkhawatirkan Naya, berkali kali aku menelfonnya tadi. Tapi tidak satu panggilan pun yang di jawabnya, tentu saja hal itu membuat aku kesal bukan main. Apakah istriku sedang bermain belakang dariku, benarkah dia selingkuh. Tidak bisa, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Sekali saja, sekali saja pikiran seperti itu terbit di otak Naya aku akan benar benar membunuhnya. Entahlah emosiku terkadang memang tidak bisa terkontrol, apa lagi jika hal itu bersangkutan dengan Naya. Aku benar benar tidak bi
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Naya Pov Aku menatap rumah sederhana di depanku dengan tatapan kagum, rumah minimalis berwarna putih sederhana. Tidak besar, hanya memiliku satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Halamannya juga tidak luas, tapi setidaknya rumah ini cukup nyaman untuk di tinggali. "Harga rumah ini berapa bu?" tanyaku pada seorang wanita cukup berumur pemilik rumah ini. "Kau yakin akan tinggal di sini Naya? Rumahnya kecil dan eggg--- kau tau sendiri ini jauh dari kediaman orang orang," ucap Mbak Hana berkomentar. Aku tau dia khawatir, tapi mataku sudah terpusat pada rumah ini dari awal. Walau ini jauh dari kediam tetangga tetangga yang lain tidak papa, setidaknya rumah ini nyaman. Menurutku itu sudah lebih dari cukup, aku paham dengan kekhawatiran Mbak Hana. "Tidak papa Mbak, aku suka rumah ini. Aku akan membelinya," ucapku dengan senyu
Happy ReadingAska PovTanganku menggepal karena geram, bukan karena kepergian Naya yang tidak sopan itu, tapi karena ucapan Mbak Hana yang baru aku yakinin kebenarannya sekarang.Naya memang tidak pernah berlaku tidak sopan padaku, demi semua itu aku mengatakan dia tidak sopan hanya karena dia tidak meminta izinku untuk pergi.Oke aku memang tidak bisa mengkondisikan sedikit saja rasa cemburuku itu. Aku terlalu takut kalau Naya akan pergi dan meninggalkan aku sendirian, aku mencintainya bahkan untuk membayangkan kalau wanita itu akan pergi saja aku sudah tidak sanggup.Aku ingin egois dengan hanya menjadi satu satunya lelaki dalam hidup Naya, aku tau aku jahat. Aku bahkan tidak bisa menjadikan Naya satu satunya istriku, fakta kalau aku akan segera menikahi Ahra benar benar membuatku sakit kepala.Aku yang tidak bisa apa apa ingin egois dengan menjadikan N
Happy ReadingNaya PovAku menatap wajahku sekali lagi di depan cermin, dengan pita rambut berwarna pink dan baju casual seadanya aku akan berkunjung ke darat untuk melaksanakan niatku.Tekatku sudah bulat untuk pergi dari sini, aku akan membeli rumah kecil di perdesaan sana dan tinggal bahagia bersama anakku. Soal Aska-- entah lah mungkin pilihan yang paling mudah adalah pergi dari kehidupan lelaki ini.Dengam mengambil tas ransel kecil yang berisi ponsel dan kartu kartu penting aku berjalan keluar. Sembari sarapan aku akan meminta izin pada Aska untuk pergi dengan Mbak Hana.Perjanjian dan rencana pergiku ini sudah aku bicarakan baik baik dengan kakak iparku itu. Dia awalnya memang menolak dan tidak mau menggabulkan permintaanku, tapi dengan segala bujuk rayu dan sedikit paksaan akhirnya Mbak Hana mau juga.Sulit sekali membujuk wanita i
Happy ReadingAska PovBadanku sedikit mematung saat melihat Naya dan Ibuku berpelukkan erat dengan Naya yang menagis hebat. Apakah ada sesuatu yang membuat istriku sampai seperti itu? Tapi apa, adakah orang yang berbuat jahat padanya tanpa sepengetahuanku.Aku ingin mendekat tapi tidak seberani tega itu untuk berjalan ke arah Naya yang baru pertama kali menagis hebat seperti itu. Dari bibir tipisnya dia juga terus mengatakan kalimat sakit, demi Tuhan apa yang terjadi pada istriku?Tangis pilunya benar benar membuat badanku merinding, suara isakkan tagisnya sungguh sangat memperihatinkan. Sejauh menggenal Naya baru pertama kali ini aku mendengar dia menagis sehebat itu.Tubuhku terlalu kaku untuk jalan mendekat, dan mentalku terlalu lemah jika sudah berhubungan dengan Naya."Kau sudah puas sekarang?"Aku menoleh ke arah samping saat menden
Happy ReadingAuthor PovHani menarik tangan Naya sampai ke belakang rumah, tempat santai untuk melihat hamparan laut yang luas. Tangan wanita itu sedikit keras menggengam tangan Naya, mungkin beliau masih kesal karena perkataan Aska barusan.Menikahi Ahra? Ya Tuhan betapa gilanya itu. Mungkin otak Aska sedikit kongslet makanya berfikir begitu, bagaimana bisa astaga. Dia saja sudah menikah dengan Naya, ini Naya lo. Bukan hanya berstatus istri Aska tapi juga berstatus sebagai adik dari Ahra.Wanita itu pasti sudah hilang akal karena meminta menikah dengan suami adiknya sendiri, mungkin otaknya hilang entang ke mana sampai meminta hal gila seperti itu."Naya," panggil Hani dengan menatap menantunya dengan tatapan sedih.Naya tersenyum, tapi bukan senyum bahagia seperti yang selama ini Hani lihat. Ini malah lebih ke senyum kepedihan dan keputus asaan, seolah
Happy ReadingNaya PovSenyum di paksakan berusaha aku keluarkan, kamu tidak cengeng Naya. Tidak mungkin hanya begitu saja menagis, ayo lah kemana Naya yang kuat. Kenapa hanya hal seperti itu saja kau ingin menagis, tidak papa Naya. Ayo senyum, jangan buat ibu mertuamu khawatir oke.Aku mengigit bibir dalamku kuat, tidak bisa Tuhan. Rasanya sangat sakit, kenapa Mas Aska harus setega itu padaku. Haruskah dia juga membawa Kak Ahra ke rumah ibunya, bukannya aku? Apakah sekarang statusku sebagai istrinya tidak lagi di perlukan? Begitukah?"Sayang kenapa? Apakah Ibu ada salah bicara?" tanya Hani tiba tiba dan segera menghampiriku. Senyum khawatir milik wanita itu sedikit demi sedikit membuatku tenang.Senyum terpaksa aku keluarkan agar beliau tidak khawatir, jangan menambah beban pikir orang lain Naya. Kalau kau kuat coba lah tahan itu sendirian, jangan bawa bawa orang lain oke