Happy Reading
Author Pov
Naya tersenyum lelah. "Mbak sudah dengarkan kabar kalau Aska akan segera menikah dengan Kak Ahra, aku tidak mau di madu Mbak. Maka kalau Aska ingin menikah lagi ya silahkan, tapi ceraikan aku dulu. Dengan begitu dia sudah bisa menikah dengan siapa pun wanita di luar sana, tanpa ada penggangu lagi seperti aku."
Kata kata Naya malam itu benar benar menggangu Hani, harusnya dia bisa biasa saja kalau seandainya Aska tidak mencintai Naya. Tapi adik bodohnya itu sangat mencintai istrinya itu, hanya saja dia terlalu bodoh dengan juga menyayangi Ahra selaku mantan sekaligus cinta pertamanya itu. Aska ingin menikahi Ahra? Adiknya itu pasti begitu bodoh dan tolol kalau sampai melakukan itu.
Ibunya, benar selain ibunya, Hani sama sekali tidak bisa melakukan apa pun. Setidaknya ibunya sangat menyukai Naya dari pada Ahra, Hani memang tidak tau Ahra pernah membuat kesalahan apa sampai ibunya itu begitu tidak menyukai wanita itu. Dia bahkan menentang hubungan Aska dengan Ahra lagi. Jadi bisa kah Hani berharap kalau ibunya bisa menghentikam rencana gila Aska untuk menikahi Ahra, bisa kah dia memohon pada Tuhan untuk membuka hati adik bodohnya itu sekali lagi, bisakah dia berharap seperti itu.
Di sini ada istrinya yang begitu tulus mencintainya, Naya bukan wanita kuat seperti yang selama ini di ketahui orang orang. Mungkin dia sehat secara fisik, tapi batinnya? Siapa yang tau apa yang selama ini Naya rasakan, tidak ada yang tau bukan selain wanita itu sendiri. Dan Hani rasa Naya tidak sekuat itu untuk baik baik saja dengan semua ini.
Karena itu lah Hani berdoa, tolong sanggupkan ibunya untuk membuka hati Aska yang tolol itu. Dan buka lah hati kedua orang tua Naya agar sadar dengan prilaku tidak adilnya itu, Hani rasa Naya benar benar sudah tersiksa dengan semua ini.
"Mbak Hani sedang apa?"
Hani menoleh dan mendapati Ahra sedang tersenyum manis padanya, walau tidak bisa berjalan dan hanya menggandalkan kursi roda seperti itu sebenarnya Ahra itu cukup kuat. Tapi dia egois dengan menggandalkan penyakitnya itu untuk mendapatkan apa yang dia mau, berdalil permintaan terakhir dan menghancurkan rumah tangga Naya, adiknya sendiri. Hani sudah hilang respek dengan Ahra sejak saat itu, keegoisan dan obsesinya mendapatkan Aska membuat Hani muak.
"Tidak sedang apa apa," ucap Hani dingin dan meninggalkan Ahra begitu saja di ruang tamu.
Ahra melihat kepergian Hani dengan raut sedih, dia tidak tau apa kesalahannya pada keluarga Aska sehingga mereka tidak ada yang menyukainya, bahkan ibu Aska hanya menggangap Naya saja wanita terbaik di dunia ini.
Apakah karena dirinya penyakitan makannya keluarga itu tidak mau dengannya? Tapi dia ingin egois dengan menjadikan Aska suaminya sebelum ajal menjeput, Ahra ingin bahagia dengan Aska. Mungkin ini memang salah, tapi tidak bisa kah Ahra egois sekali lagi agar dia bisa bahagia?
"Kamu sedang apa?" tanya Aska dan berjongkok di depan kursi roda Ahra. Menatap wajah sedih yang terpancar di wajah wanita itu, entah hal apa yang membuatnya terlihat sedih lagi kali ini.
"Tidak papa, ayo kita ke meja makan. Aku lapar," ucap Ahra dengan senyuman manis.
Menanggapi senyum itu, Aska mengangukkan kepalanya dan mendorong kursi roda Ahra ke arah dapur. Sekarang memang waktunya makan siang, sudah seharusnya Ahra lapar.
Ternyata di sana sudah ada Naya, wanita itu sedang makan dalam diam. Mungkin karena dia belum sadar kedatangan Aska dan Ahra makannya dia makan dengan tenang tenang saja, sampai---
"Naya."
Naya menoleh dan bersitatap dengan Aska dan Ahra. Dadanya kembali sakit saat melihat kedekatan kedua mahluk beda jenis itu, tidak bisa kah mereka berhenti membuat Naya sakit hati dengan keromantisan yang tidak bisa keduanya kondisikan. Tidak kah mereka sadar kalau Naya juga punya hati dan bisa sakit hati, apakah perlu sampai melakukan hal seperti ini juga?
"Heem," gumam Naya pelan. Lalu kembali fokus dengan makanan di piringnya, mengabaikan kehadiran Ahra dan suaminya Aska.
"Kamu sedang makan? Bisakah aku bergabung?" tanya Ahra dengan senyum manis.
Naya menghela nafas lelah, sekali lagi dia di paksa pura pura. Apakah kehidupan Naya memang tidak bisa baik baik saja tanpa kepura puraan, kenapa dia harus sampai seperti ini untuk membuat Ahra bahagia? Kenapa dia harus ikut ke dalam sandiwara menjijikkan yang membuat hidup Naya hancur perlahan lahan? Rasanya sakit sekali.
"Makan lah, walau pun aku menolaknya kau tidak akan mendengarnya kan? Lalu kenapa bertanya padaku sedangkan pendapatku saja tidak penting di hidupmu," ucap Naya pelan dan beranjak dari duduknya.
Makannya masih banyak, dia baru makan beberapa suap saja barusan. Tapi kehadiran Ahra dan Aska benar benar membuat mood Naya berantakkan, dia tidak mau lagi di sini. Selera makannya sudah hilang sejak pertama kali Aska memanggilnya tadi.
"Naya apa maksutmu? Jaga bicaramu saat bicara dengan Ahra," ucap Aska tajam.
Naya berhenti dan memejamkan matanya lama, sekali lagi menghela nafas lelah. Apakah dia harus berdebat lagi dengan Aska? Sekali lagi bahkan sebelum dia menyelesaikan masalah yang di buatnya malam tadi? Tap---
"Naya kau di sini?"
Ketiga manusia itu menoleh ke sumber suara, Hana. Ibu dari Aska berdiri di depan pintu dan menatap menantunya dengan senyum tulus keibuan, senyum seorang ibu kepada anak perempuannya.
"I--ibu," panggil Naya dengan suara pelan. Bahkan sangking pelannya mungkin hanya dia saja yang bisa mendengar perkataanya barusan.
"Dasar menantu pintar, kau bahkan tidak mengunjugi ibumu ini. Apakah kau sudah lupa padaku?" tanya Hana sambil mengkerucutkan bibirnya merajuk.
Naya tersenyum, senyum yang dia rindukan. Di banding ibu kandungnya, Hana jauh lebih banyak memberikan dia kebahagiaan.
Mulai dari kasih sayang, material atau pun menggabulkan permintaan. Hanya dengan Hana lah Naya merasa menjadi manusia, di dengarkan, di penuhi jika ingin sesuatu, merasa di hargai dan di sayangi. Itu semua benar-benar membuat Naya sangat bahagia, Hana adalah ibu terbaik yang pernah ada.
Sekali lagi boleh kah Naya berbahagia sebentar, kalau ternyata orang yang ibu Aska sayangi adalah dia, bukan Naya. Menantu satu-satunya yang paling Hana sayangi adalah Naya bukan Ahra, boleh kah dia berbangga soal itu.
Naya senang Hana ada di pihaknya, walau nanti mungkin dia tidak kagi menjadi menantu dari Hana tapi Naya sudah cukup senang. Kalau setidaknya dia sudah pernah di berikan kasih sayang jauh lebih banyak dari yang dia dapatkan dari ibu kandungnya.
Bagi Naya, Hana itu bukan hanya ibu mertuanya tapi juga seorang wanita yang sangat Naya hormati dan sayangi. Karena lah dia bisa berdiri dengan kuat di sini, karena wanita itu lah hari harinya dulu tidak terdengar mengerikan. Betapa Naya sangat menghormati wanita berumur itu, rasanya sudah sangat dia tidak bertemu dengan Hana.
"Maaf Ibu, aku sibuk akhir-akhir ini. Maaf belum bisa mengunjungimu," ucapku penuh penyesalan.
Ini tidak di buat-buat, aku benar-benar menyesal karena jarang mengunjungi ibu mertuaku, tapi mau bagaimana lagi, aku sering sibuk akhir akhir ini.
"Tidak papa nak, kamu baik baik saja tapi kan?" tanya Hani sambil menatapku dengan sorot mata khawatir.
"Aku baik baik saja buk, tapi ibu jangan khawatir aku akan mampir ke rumah ibu setelah ada waktu nanti. Aku janji," ucapku penuh tekat.
Percaya lah aku sangat merasa bersalah sekarang dengan ibu mertuaku, bagaimana bisa aku luoa menggunjunginya.
"Ibu tidak marah nak, ibu hanya kesal saja kenapa kemaren Aska mengunjungi ibu tidak bersamamu. Tapi malah dengan wanita penyakitan itu," ucap Hani tidak suka.
Deg
Hola hola selesai guys, jangan lupa like, comen, and share ya.
Salam Sayang
Mrs TulalitHappy ReadingNaya PovSenyum di paksakan berusaha aku keluarkan, kamu tidak cengeng Naya. Tidak mungkin hanya begitu saja menagis, ayo lah kemana Naya yang kuat. Kenapa hanya hal seperti itu saja kau ingin menagis, tidak papa Naya. Ayo senyum, jangan buat ibu mertuamu khawatir oke.Aku mengigit bibir dalamku kuat, tidak bisa Tuhan. Rasanya sangat sakit, kenapa Mas Aska harus setega itu padaku. Haruskah dia juga membawa Kak Ahra ke rumah ibunya, bukannya aku? Apakah sekarang statusku sebagai istrinya tidak lagi di perlukan? Begitukah?"Sayang kenapa? Apakah Ibu ada salah bicara?" tanya Hani tiba tiba dan segera menghampiriku. Senyum khawatir milik wanita itu sedikit demi sedikit membuatku tenang.Senyum terpaksa aku keluarkan agar beliau tidak khawatir, jangan menambah beban pikir orang lain Naya. Kalau kau kuat coba lah tahan itu sendirian, jangan bawa bawa orang lain oke
Happy ReadingAuthor PovHani menarik tangan Naya sampai ke belakang rumah, tempat santai untuk melihat hamparan laut yang luas. Tangan wanita itu sedikit keras menggengam tangan Naya, mungkin beliau masih kesal karena perkataan Aska barusan.Menikahi Ahra? Ya Tuhan betapa gilanya itu. Mungkin otak Aska sedikit kongslet makanya berfikir begitu, bagaimana bisa astaga. Dia saja sudah menikah dengan Naya, ini Naya lo. Bukan hanya berstatus istri Aska tapi juga berstatus sebagai adik dari Ahra.Wanita itu pasti sudah hilang akal karena meminta menikah dengan suami adiknya sendiri, mungkin otaknya hilang entang ke mana sampai meminta hal gila seperti itu."Naya," panggil Hani dengan menatap menantunya dengan tatapan sedih.Naya tersenyum, tapi bukan senyum bahagia seperti yang selama ini Hani lihat. Ini malah lebih ke senyum kepedihan dan keputus asaan, seolah
Happy ReadingAska PovBadanku sedikit mematung saat melihat Naya dan Ibuku berpelukkan erat dengan Naya yang menagis hebat. Apakah ada sesuatu yang membuat istriku sampai seperti itu? Tapi apa, adakah orang yang berbuat jahat padanya tanpa sepengetahuanku.Aku ingin mendekat tapi tidak seberani tega itu untuk berjalan ke arah Naya yang baru pertama kali menagis hebat seperti itu. Dari bibir tipisnya dia juga terus mengatakan kalimat sakit, demi Tuhan apa yang terjadi pada istriku?Tangis pilunya benar benar membuat badanku merinding, suara isakkan tagisnya sungguh sangat memperihatinkan. Sejauh menggenal Naya baru pertama kali ini aku mendengar dia menagis sehebat itu.Tubuhku terlalu kaku untuk jalan mendekat, dan mentalku terlalu lemah jika sudah berhubungan dengan Naya."Kau sudah puas sekarang?"Aku menoleh ke arah samping saat menden
Happy ReadingNaya PovAku menatap wajahku sekali lagi di depan cermin, dengan pita rambut berwarna pink dan baju casual seadanya aku akan berkunjung ke darat untuk melaksanakan niatku.Tekatku sudah bulat untuk pergi dari sini, aku akan membeli rumah kecil di perdesaan sana dan tinggal bahagia bersama anakku. Soal Aska-- entah lah mungkin pilihan yang paling mudah adalah pergi dari kehidupan lelaki ini.Dengam mengambil tas ransel kecil yang berisi ponsel dan kartu kartu penting aku berjalan keluar. Sembari sarapan aku akan meminta izin pada Aska untuk pergi dengan Mbak Hana.Perjanjian dan rencana pergiku ini sudah aku bicarakan baik baik dengan kakak iparku itu. Dia awalnya memang menolak dan tidak mau menggabulkan permintaanku, tapi dengan segala bujuk rayu dan sedikit paksaan akhirnya Mbak Hana mau juga.Sulit sekali membujuk wanita i
Happy ReadingAska PovTanganku menggepal karena geram, bukan karena kepergian Naya yang tidak sopan itu, tapi karena ucapan Mbak Hana yang baru aku yakinin kebenarannya sekarang.Naya memang tidak pernah berlaku tidak sopan padaku, demi semua itu aku mengatakan dia tidak sopan hanya karena dia tidak meminta izinku untuk pergi.Oke aku memang tidak bisa mengkondisikan sedikit saja rasa cemburuku itu. Aku terlalu takut kalau Naya akan pergi dan meninggalkan aku sendirian, aku mencintainya bahkan untuk membayangkan kalau wanita itu akan pergi saja aku sudah tidak sanggup.Aku ingin egois dengan hanya menjadi satu satunya lelaki dalam hidup Naya, aku tau aku jahat. Aku bahkan tidak bisa menjadikan Naya satu satunya istriku, fakta kalau aku akan segera menikahi Ahra benar benar membuatku sakit kepala.Aku yang tidak bisa apa apa ingin egois dengan menjadikan N
Happy Reading Naya Pov Aku menatap rumah sederhana di depanku dengan tatapan kagum, rumah minimalis berwarna putih sederhana. Tidak besar, hanya memiliku satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Halamannya juga tidak luas, tapi setidaknya rumah ini cukup nyaman untuk di tinggali. "Harga rumah ini berapa bu?" tanyaku pada seorang wanita cukup berumur pemilik rumah ini. "Kau yakin akan tinggal di sini Naya? Rumahnya kecil dan eggg--- kau tau sendiri ini jauh dari kediaman orang orang," ucap Mbak Hana berkomentar. Aku tau dia khawatir, tapi mataku sudah terpusat pada rumah ini dari awal. Walau ini jauh dari kediam tetangga tetangga yang lain tidak papa, setidaknya rumah ini nyaman. Menurutku itu sudah lebih dari cukup, aku paham dengan kekhawatiran Mbak Hana. "Tidak papa Mbak, aku suka rumah ini. Aku akan membelinya," ucapku dengan senyu
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa