Happy Reading
Aska Pov
Badanku sedikit mematung saat melihat Naya dan Ibuku berpelukkan erat dengan Naya yang menagis hebat. Apakah ada sesuatu yang membuat istriku sampai seperti itu? Tapi apa, adakah orang yang berbuat jahat padanya tanpa sepengetahuanku.
Aku ingin mendekat tapi tidak seberani tega itu untuk berjalan ke arah Naya yang baru pertama kali menagis hebat seperti itu. Dari bibir tipisnya dia juga terus mengatakan kalimat sakit, demi Tuhan apa yang terjadi pada istriku?
Tangis pilunya benar benar membuat badanku merinding, suara isakkan tagisnya sungguh sangat memperihatinkan. Sejauh menggenal Naya baru pertama kali ini aku mendengar dia menagis sehebat itu.
Tubuhku terlalu kaku untuk jalan mendekat, dan mentalku terlalu lemah jika sudah berhubungan dengan Naya.
"Kau sudah puas sekarang?"
Aku menoleh ke arah samping saat mendengar suara barusan. Hana, kakakku sedang menatapku dengan tatapan marah dan terluka secara bersamaan. Kesalahan apa lagi yang aku lakukan sampai Kak Hana begini.
"Ap---"
"Apakah kau sudah puas kutanya? Sudah puas membuat adik iparku begitu?" tanya Kak Hana lagi, kali ini lebih tajam dari yang awal.
"Ken---"
"Kau sebenarnya punya otak tidak ha? Ingin menikahi Ahra? Kau ingin membunuh adik iparku ya?" desis Kak Hana tidak habis pikir.
Air mata yang memang sudah membasahi pipi putihnya kembali keluar dengan deras, walau kakakku itu sudah berusaha menghapus dengan kasar tapi air mata itu seolah memang suka keluar dan menjadi aliran sungai kecil di pipi Kakakku.
Aku sedikit bingung dengan arah pembicaraan kak Hana, apa maksut membunuh adik iparnya? Naya? Untuk apa juga aku membunuh Naya, dia istriku. Tidak mungkin aku membunuh istriku sendirikan? Apakah kak Hana sudah gila?
"Apa maksutmu kak? Membunuh? Siapa yang ingin aku bunuh? Lagian soal menikahi Ahra memang sudah aku bicarakan kan dengan Kakak? Ini permintaan terakhir Ahra, karena itu lah aku menikahinya. Kal---"
"Aku tidak tau kalau adikku seegois itu." Desis Kak Hana sinis dan berbalik meninggalkanku.
Demi Tuhan apa lagi yang terjadi sekarang, bagaian mana aku egois? Aku hanya menggabulkan satu permintaan terakhir dari Ahra, satu satunya permintaan sebelum dia pergi untuk selama lamanya. Apakah itu salah? Apakah keinginaku untuk mewujutkan itu adalah kesalahan sebesar itu?
Aku bahkan di katakan sebagai orang yang egois. Demi Tuhan tidak kah mereka tau kalau aku sebenarnya juga tidak ingin melakukan ini semua, aku juga tidak ingin menikah lagi dan membuat Naya di madu. Apalagi ini dengan kakak iparku sendiri, nanti apa kata orang luar.
Tapi aku mengabaikan itu semua dan bertekat menikahi Ahra, apakah aku masih juga di katakan egois setelah pengorbanan itu? Apakah mereka tidak berfikir kalau sebenarnya aku juga sangat benci melakukan ini semua.
Astaga mereka salah besar tentang aku. Di sini yang terluka bukan hanya Naya dan yang lain, tapi aku juga. Aku juga sangat tersiksa dengan pernikahanku dengan Ahra nanti.
*****
Author Pov
"Kamu baik baik saja nak?" tanya Hani setelah keduanya sudah agak tenang.
Naya menatap ibu mertuanya dengan senyum lelah, apakah memang sesakit itu hidup di dunia ini? Sampai dia bahkan tidak bisa bicara tadi.
Tagisan pilu Naya tadi sudah menjadi bukti betapa terlukanya wanita itu karena keluarganya, sekarang sekali lagi dia kembali di uji dengan cobaan yang luar biasa kejam.
Suami. Naya di paksa iklas kalau suaminya menikah lagi dengan kakaknya. Demi Tuhan Hani benar benar tidak habis fikir kalau dunia yang selama ini menantunya jalani sangat kejam, tapi Hani tidak akan pernah membiarkan hal buruk tidak terjadi lagi padanya.
Sudah cukup selama ini Naya menerima rasa sakit itu, anaknya ternyata memang bukan pilihan terbaik untuk Naya. Aska dengan mudah mengiyakan wanita penyakitan itu untuk menikahinya, menjijikkan Hani tidak akan pernah setuju dengan itu. Bahkan sampai kapan pun dia tidak akan pernah setuju.
"Maaf nak anak ibu sekali lagi menyakiti hatimu, ibu benar benar minta maaf. Gara gara dia-- kam---"
"Naya tidak papa bu, jangan merasa bersalah seperti itu. Ini--- egggg mungkin ini hanya kesialan Naya lagi. Ibu sendiri kan tau hidup Naya memang tidak di izinkan bahagia," ucap Naya sambil menatap sayang ke arah mertuanya.
Sejauh ini dia sudah bisa bertahan, setidaknya sampai anaknya lahir nanti Naya harus baik baik saja. Dia tidak boleh egois dengan tidak memperhatikan janin di kandungannya, tekatnya untuk pergi semakin besar. Dari pada anaknya tau kelakuan tidak bagus ayahnya akan lebih baik jika anaknya nanti tidak tau apa apa soalnya ayahnya, mungkin itu lebih baik di sini.
"Naya ib--"
"Bu Naya kuat kok, menerima tamparan sekali lagi dalam hidup ini tidak akan membuat Naya tumbang. Naya baik baik saja, percaya lah."
Wanita itu menggangam kuat kedua tangan ibu mertuanya, menyalurkan perasaan menenangkan pada Hani. Padahal jika di lihat secara keseluruhan, dia lah yang membutuhkan dukungan dan semangat itu.
Tapi balik lagi ke awal, Naya hanya lah gadis biasa biasanya saja. Dia tidak punya apa apa untuk berharap lebih, masih syukur ada yang perduli jika tidak.
"Ibu akan membatalkan pernikahan Aska dengan wanita penyakitan itu nak, ibu janji."
Naya tersenyum lebar. "Tidak perlu bu, Naya tidak papa. Jika Mas Aska ingin menikahi Kak Ahra tidak papa. Naya bisa pergi dari kehidupan Mas Aska, Naya tidak papa. Terima kasih karena sudah mau perduli bu, Naya bahagia. Setidaknya masih ada yang sayang pada Naya di dunia ini," ucap wanita itu tulus.
Tagis Hani kembali pecah, sebuta apa hati keluarganya sampai tidak melihat betapa baiknya gadis ini. Betapa dia memikirkan hati orang lain di banding dirinya sendiri, apakah seluruh anggota keluarganya sudah benar benar tuli dan buta.
*****
Naya Pov
Aku sok kuat lagi hari ini, berlagak tidak tersakiti dan mengatakan baik baik saja pada mertuaku. Lihat nak ibumu ini kuat, jadi kelak kau juga harus jadi orang yang kuat seperti ibumu.
Bukan karena ibu tidak sayang pada ayahmu dan memutuskan untuk pergi, tapi karena ibu sayang lah makannya ibu melakukan ini.
Ibu tidak mau di madu nak, rasanya sangat sakit saat melihat kedekatan dan keromantisan ayahmu dan tantemu. Tapi ibu bisa apa, ibu bukan lah siapa siapa di dunia ini. Karena itu lah ibu harus kuat dan tahan banting untuk bertahan hidup, ibu berjanji nak sebelum ibu mati nanti hidupmu tidak akan pernah ibu biarkan bernasib sama seperti ibu. Anak ibu nanti harus menjadi orang hebat.
Aku sudah menabung cukup banyak, hasil kerja tulis menulisku memang cukup bagus. Setidaknya itu sudah cukup untuk membeli rumah dan hidup kedepannya, aku sudah bertekat untuk pergi dari sini.
Membeli rumah di perdesaan kecil dan hidup bahagia bersama calon anakku. Itu terdengar sangat indah, aku akan mencari cari cara untuk keluar dari sini. Dan cara satu satunya yang bisa aku lakukan adalah---
Apakah aku terlalu jahat jika ingin memangfaatkan mertua dan kakak iparku untuk melakukan ini semua? Tapi aku bisa apa lagi kalau sudah begini. Dari pada terus tersakiti setiap harinya lebih baik aku pergi, mungkin itu memang bukan pilihan yang tepat tapi setidaknya pergi adalah pilihan paling mudah yang bisa aku ambil.
Jadi nak tunggu lah sebentar lagi oke, ibu pasti akan segera membawamu keluar dari neraka versi dunia ini oke. Percaya lah dari pada nyawa ibu, ibu jauh lebih sayang padamu. batinku menyemangati diri sendiri, sesekali tanganku juga ikut mengusap usap perut rataku.
Hola hola selesai guys, jangan lupa like, comen, and share ya.
Salam Sayang
Mrs TulalitHappy ReadingNaya PovAku menatap wajahku sekali lagi di depan cermin, dengan pita rambut berwarna pink dan baju casual seadanya aku akan berkunjung ke darat untuk melaksanakan niatku.Tekatku sudah bulat untuk pergi dari sini, aku akan membeli rumah kecil di perdesaan sana dan tinggal bahagia bersama anakku. Soal Aska-- entah lah mungkin pilihan yang paling mudah adalah pergi dari kehidupan lelaki ini.Dengam mengambil tas ransel kecil yang berisi ponsel dan kartu kartu penting aku berjalan keluar. Sembari sarapan aku akan meminta izin pada Aska untuk pergi dengan Mbak Hana.Perjanjian dan rencana pergiku ini sudah aku bicarakan baik baik dengan kakak iparku itu. Dia awalnya memang menolak dan tidak mau menggabulkan permintaanku, tapi dengan segala bujuk rayu dan sedikit paksaan akhirnya Mbak Hana mau juga.Sulit sekali membujuk wanita i
Happy ReadingAska PovTanganku menggepal karena geram, bukan karena kepergian Naya yang tidak sopan itu, tapi karena ucapan Mbak Hana yang baru aku yakinin kebenarannya sekarang.Naya memang tidak pernah berlaku tidak sopan padaku, demi semua itu aku mengatakan dia tidak sopan hanya karena dia tidak meminta izinku untuk pergi.Oke aku memang tidak bisa mengkondisikan sedikit saja rasa cemburuku itu. Aku terlalu takut kalau Naya akan pergi dan meninggalkan aku sendirian, aku mencintainya bahkan untuk membayangkan kalau wanita itu akan pergi saja aku sudah tidak sanggup.Aku ingin egois dengan hanya menjadi satu satunya lelaki dalam hidup Naya, aku tau aku jahat. Aku bahkan tidak bisa menjadikan Naya satu satunya istriku, fakta kalau aku akan segera menikahi Ahra benar benar membuatku sakit kepala.Aku yang tidak bisa apa apa ingin egois dengan menjadikan N
Happy Reading Naya Pov Aku menatap rumah sederhana di depanku dengan tatapan kagum, rumah minimalis berwarna putih sederhana. Tidak besar, hanya memiliku satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Halamannya juga tidak luas, tapi setidaknya rumah ini cukup nyaman untuk di tinggali. "Harga rumah ini berapa bu?" tanyaku pada seorang wanita cukup berumur pemilik rumah ini. "Kau yakin akan tinggal di sini Naya? Rumahnya kecil dan eggg--- kau tau sendiri ini jauh dari kediaman orang orang," ucap Mbak Hana berkomentar. Aku tau dia khawatir, tapi mataku sudah terpusat pada rumah ini dari awal. Walau ini jauh dari kediam tetangga tetangga yang lain tidak papa, setidaknya rumah ini nyaman. Menurutku itu sudah lebih dari cukup, aku paham dengan kekhawatiran Mbak Hana. "Tidak papa Mbak, aku suka rumah ini. Aku akan membelinya," ucapku dengan senyu
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Aska Pov Pertanyaanku masih belum di jawab oleh Naya, dan detik detik penantian itu benar benar membuatku kesal. Percayalah aku bukan lah lelaki sabaran, aku ingin tau cepat dan tidak suka menunggu. Dan Naya baru saja membuatku menunggu. Aku ingin meledak, benar benar meledak dan memarahi semua orang. Nafasku tidak beraturan karena mengkhawatirkan Naya, berkali kali aku menelfonnya tadi. Tapi tidak satu panggilan pun yang di jawabnya, tentu saja hal itu membuat aku kesal bukan main. Apakah istriku sedang bermain belakang dariku, benarkah dia selingkuh. Tidak bisa, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Sekali saja, sekali saja pikiran seperti itu terbit di otak Naya aku akan benar benar membunuhnya. Entahlah emosiku terkadang memang tidak bisa terkontrol, apa lagi jika hal itu bersangkutan dengan Naya. Aku benar benar tidak bi
Beri dukungannya ya gusy.Semoga suka dan jangan pernah bosan buat baca.Happy ReadingAska Revaldo AngglioAku kehilangan dia gara-gara seseorang yang pernah menyakitiku. Aku juga pernah membencinya gara-gara orang yang telah menyakitiku. Kalau kalian bilang aku ini bodoh. Itu benar, aku memang bodoh. Lelaki bodoh yang dengan gampangnya mengiyakan permintaan orang itu untuk membahagiakan anaknya. Membuat dia kehilangan orang yang begitu berharga untuknya.Kini aku hancur, tidak ada lagi yang tersisa. Gadis itu sudah mengambil semua. Dia mengambil senyumku, kebahagianku, jiwaku, hatiku, dan hidupku. Tapi tidak dengan ragaku. Dia mengambil semuanya dariku kecuali tubuhku. Aku masih hidup disini. Sedangkan dia...Dia cantik, manis, dia adalah seorang gadis yang sangat berharga untukku. Tapi, hanya karena satu permintaan dari orang itu. Aku menghancurkan masa depanku yang indah. Dan sekarang, aku kehilangan dia. Kehilangan sosok rumah tempatku pul
Jangan lupa dukungNaya anggela povAku tertawa miris melihat pemandangan di depanku. Kakakku dan suamiku sedang tertawa dan bermain air bersama. Harusnya aku senang, kakakku yang biasanya tampak murung kini memancarkan senyumannya. Tapi, saat tau apa yang membuat kakakku senyum hatiku berdenyut nyeri. Alasan kakakku tersenyum adalah suamiku. Ha ha ha hidupku benar-benar miris. Apakah Tuhan tidak cukup menghukumku, tidakkah cukup aku diasingkan oleh kedua orang tuaku. Apakah sekarang aku harus diduakan juga oleh suamiku? Haruskah.Kakiku berjalan menjauh dari taman dan berjalan masuk kerumahku. Aku berjalan kebelakang rumahku dan pemandangan yang aku lihat adalah hamparan laut. Ya ayo aku jelaskan. Rumahku berada ditengah-tengah laut. Benar-benar tengah laut. Rumah ini hidup sendiri. Mengerikan, aku jadi berfikir apakah semuanya memang sengaja aku tinggal disini agar aku tidak kabur. Jika ingin pergi kedaratan harus menggunakan helepkoter. Tidak bisa jika menggunak
Happy Reading Aska Pov Pertanyaanku masih belum di jawab oleh Naya, dan detik detik penantian itu benar benar membuatku kesal. Percayalah aku bukan lah lelaki sabaran, aku ingin tau cepat dan tidak suka menunggu. Dan Naya baru saja membuatku menunggu. Aku ingin meledak, benar benar meledak dan memarahi semua orang. Nafasku tidak beraturan karena mengkhawatirkan Naya, berkali kali aku menelfonnya tadi. Tapi tidak satu panggilan pun yang di jawabnya, tentu saja hal itu membuat aku kesal bukan main. Apakah istriku sedang bermain belakang dariku, benarkah dia selingkuh. Tidak bisa, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Sekali saja, sekali saja pikiran seperti itu terbit di otak Naya aku akan benar benar membunuhnya. Entahlah emosiku terkadang memang tidak bisa terkontrol, apa lagi jika hal itu bersangkutan dengan Naya. Aku benar benar tidak bi
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Author Pov Hana masih menatap tidak yakin ke arah Naya, tatapanya masih terlihat khawatir dan seakan ingin membantah. Tapi nyatanya dia hanya menganguk lalu duduk di samping adik iparnya. "Ini untukmu," ucap Hana dan memberikan eskrim rasa Vanilla kesukaan adik iparnya. Kenal hampir 5 tahun membuat Hana cukup tau apa apa saja yang di sukai adik iparnya dan apa apa saja yang dia benci. Mulai dari menyukai hujan, buku, eskrim vanilla, dan berenang. Adik iparnya itu bukan jenis wanita menye menye yang ingin selalu di prioritaskan. Dia juga tidak banyak neko neko, yang jelas dia wanita yang sangat pengertian dan sayang sekitar. Hanya saja dunia terlalu sedikit kejam dengannya, memiliki ibu pilih kasih dan suami yang sangat bodoh. Hana yakin Aska akan sangat menyesal setelah istrinya benar benar pergi nantinya, dan kalau saa
Happy Reading Naya Pov Aku menatap rumah sederhana di depanku dengan tatapan kagum, rumah minimalis berwarna putih sederhana. Tidak besar, hanya memiliku satu kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Halamannya juga tidak luas, tapi setidaknya rumah ini cukup nyaman untuk di tinggali. "Harga rumah ini berapa bu?" tanyaku pada seorang wanita cukup berumur pemilik rumah ini. "Kau yakin akan tinggal di sini Naya? Rumahnya kecil dan eggg--- kau tau sendiri ini jauh dari kediaman orang orang," ucap Mbak Hana berkomentar. Aku tau dia khawatir, tapi mataku sudah terpusat pada rumah ini dari awal. Walau ini jauh dari kediam tetangga tetangga yang lain tidak papa, setidaknya rumah ini nyaman. Menurutku itu sudah lebih dari cukup, aku paham dengan kekhawatiran Mbak Hana. "Tidak papa Mbak, aku suka rumah ini. Aku akan membelinya," ucapku dengan senyu
Happy ReadingAska PovTanganku menggepal karena geram, bukan karena kepergian Naya yang tidak sopan itu, tapi karena ucapan Mbak Hana yang baru aku yakinin kebenarannya sekarang.Naya memang tidak pernah berlaku tidak sopan padaku, demi semua itu aku mengatakan dia tidak sopan hanya karena dia tidak meminta izinku untuk pergi.Oke aku memang tidak bisa mengkondisikan sedikit saja rasa cemburuku itu. Aku terlalu takut kalau Naya akan pergi dan meninggalkan aku sendirian, aku mencintainya bahkan untuk membayangkan kalau wanita itu akan pergi saja aku sudah tidak sanggup.Aku ingin egois dengan hanya menjadi satu satunya lelaki dalam hidup Naya, aku tau aku jahat. Aku bahkan tidak bisa menjadikan Naya satu satunya istriku, fakta kalau aku akan segera menikahi Ahra benar benar membuatku sakit kepala.Aku yang tidak bisa apa apa ingin egois dengan menjadikan N
Happy ReadingNaya PovAku menatap wajahku sekali lagi di depan cermin, dengan pita rambut berwarna pink dan baju casual seadanya aku akan berkunjung ke darat untuk melaksanakan niatku.Tekatku sudah bulat untuk pergi dari sini, aku akan membeli rumah kecil di perdesaan sana dan tinggal bahagia bersama anakku. Soal Aska-- entah lah mungkin pilihan yang paling mudah adalah pergi dari kehidupan lelaki ini.Dengam mengambil tas ransel kecil yang berisi ponsel dan kartu kartu penting aku berjalan keluar. Sembari sarapan aku akan meminta izin pada Aska untuk pergi dengan Mbak Hana.Perjanjian dan rencana pergiku ini sudah aku bicarakan baik baik dengan kakak iparku itu. Dia awalnya memang menolak dan tidak mau menggabulkan permintaanku, tapi dengan segala bujuk rayu dan sedikit paksaan akhirnya Mbak Hana mau juga.Sulit sekali membujuk wanita i
Happy ReadingAska PovBadanku sedikit mematung saat melihat Naya dan Ibuku berpelukkan erat dengan Naya yang menagis hebat. Apakah ada sesuatu yang membuat istriku sampai seperti itu? Tapi apa, adakah orang yang berbuat jahat padanya tanpa sepengetahuanku.Aku ingin mendekat tapi tidak seberani tega itu untuk berjalan ke arah Naya yang baru pertama kali menagis hebat seperti itu. Dari bibir tipisnya dia juga terus mengatakan kalimat sakit, demi Tuhan apa yang terjadi pada istriku?Tangis pilunya benar benar membuat badanku merinding, suara isakkan tagisnya sungguh sangat memperihatinkan. Sejauh menggenal Naya baru pertama kali ini aku mendengar dia menagis sehebat itu.Tubuhku terlalu kaku untuk jalan mendekat, dan mentalku terlalu lemah jika sudah berhubungan dengan Naya."Kau sudah puas sekarang?"Aku menoleh ke arah samping saat menden
Happy ReadingAuthor PovHani menarik tangan Naya sampai ke belakang rumah, tempat santai untuk melihat hamparan laut yang luas. Tangan wanita itu sedikit keras menggengam tangan Naya, mungkin beliau masih kesal karena perkataan Aska barusan.Menikahi Ahra? Ya Tuhan betapa gilanya itu. Mungkin otak Aska sedikit kongslet makanya berfikir begitu, bagaimana bisa astaga. Dia saja sudah menikah dengan Naya, ini Naya lo. Bukan hanya berstatus istri Aska tapi juga berstatus sebagai adik dari Ahra.Wanita itu pasti sudah hilang akal karena meminta menikah dengan suami adiknya sendiri, mungkin otaknya hilang entang ke mana sampai meminta hal gila seperti itu."Naya," panggil Hani dengan menatap menantunya dengan tatapan sedih.Naya tersenyum, tapi bukan senyum bahagia seperti yang selama ini Hani lihat. Ini malah lebih ke senyum kepedihan dan keputus asaan, seolah
Happy ReadingNaya PovSenyum di paksakan berusaha aku keluarkan, kamu tidak cengeng Naya. Tidak mungkin hanya begitu saja menagis, ayo lah kemana Naya yang kuat. Kenapa hanya hal seperti itu saja kau ingin menagis, tidak papa Naya. Ayo senyum, jangan buat ibu mertuamu khawatir oke.Aku mengigit bibir dalamku kuat, tidak bisa Tuhan. Rasanya sangat sakit, kenapa Mas Aska harus setega itu padaku. Haruskah dia juga membawa Kak Ahra ke rumah ibunya, bukannya aku? Apakah sekarang statusku sebagai istrinya tidak lagi di perlukan? Begitukah?"Sayang kenapa? Apakah Ibu ada salah bicara?" tanya Hani tiba tiba dan segera menghampiriku. Senyum khawatir milik wanita itu sedikit demi sedikit membuatku tenang.Senyum terpaksa aku keluarkan agar beliau tidak khawatir, jangan menambah beban pikir orang lain Naya. Kalau kau kuat coba lah tahan itu sendirian, jangan bawa bawa orang lain oke