Tatapan Susi menjadi sangat tegang.Kata-kata Bibi Meri mengingatkannya kalau waktu syuting Billy kali ini memang lebih lama dari biasanya.Dulu walaupun Billy syuting di luar negeri, dia tetap meluangkan waktu untuk pulang bertemu dengan Susi setidaknya tiga bulan sekali, bahkan juga sering menghubunginya.Namun, kali ini Billy sudah hampir setengah tahun tidak pulang, bahkan selama ini Susi yang lebih sering menghubunginya. Akhir-akhir ini, Nefan bahkan menggunakan alasan sibuk syuting untuk tidak menghubungi Susi lagi.Teringat dengan berita skandal Billy dan Jessica, bahkan foto tidur yang disebarkan oleh Jessica sendiri membuat Susi menyadari kalau dirinya memang tidak tenang.Susi tidak ingin bermain dengan anjingnya lagi, dia pun berdiri dan naik ke atas ganti baju santai.Susi sekaligus menghubungi Billy, tapi ponselnya masih dalam keadaan tidak aktif.'Sialan!'Kasus foto tidur Jessica sudah menjadi berita menggemparkan, Billy malah masih tidak bisa dihubungi di saat ini, bahk
"Keluar!"Melihat tidak ada respons apa pun dari Susi, Nefan sekali lagi memerintahnya dengan tegas.Susi sudah mendengar dengan jelas kalau itu adalah suaranya Nefan.Dia pun sangat bingung melihat Nefan yang tiba-tiba menghubunginya larut malam."Nefan, apa kamu salah sambung?" tanya Susi dengan kebingungan."Keluar, Susi Sunardi!" Nefan langsung memanggil nama lengkapnya dan nada yang tegas.Ternyata Nefan memang menghubunginya? Bahkan menyuruhnya keluar?Jangan-jangan Nefan sudah mabuk, lalu teringat pengkhianatan dari Susi, jadi sekarang mau membalasnya?Susi berdeham, lalu pura-pura tenang saat mencari alasan, "Aku sekarang tinggal di rumahku, aku nggak tinggal di Kediaman Martin."Dengan arti lainnya meskipun sekarang kamu mengamuk, kamu juga tidak bisa melakukan apa pun padaku."Aku sekarang di depan pintu vilamu. Cepat keluar!" Nefan lanjut memerintah dengan nada yang tidak bisa dibantah."Ke ... kenapa kamu ada di depan rumahku? Apa yang ingin kamu lakukan di malam hari?" tan
Susi sangat terkejut ketika dicium Nefan.Serangan yang kuat dan mendominasi seperti hujan badai yang datang tiba-tiba tanpa persiapan apa pun.Nefan menggunakan sebelah tangan menahan pinggangnya yang ramping, tangan yang lain menahan kedua tangan Susi di atas kepalanya. Dia terus menciumnya dengan gigitan yang kuat.Susi mengerutkan alisnya dengan dalam, pikirannya menjadi sangat kosong, dia bahkan hanya mencium bau pria yang segar dan bau rokok yang samar-samar.Susi memelototi Nefan dengan tidak percaya. Dia bahkan terus melawan, "Kamu, jangan ...."Nefan sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk melawan. Dia menciumnya dengan semakin kuat.Susi merasa dirinya sudah hampir kehabisan napas! Tubuhnya yang tadinya kaku pun perlahan-lahan menjadi lemas.Nefan akhirnya berhenti menciumnya, tapi Nefan tetap menahan badannya di mobil hingga tidak bisa bergerak.Susi segera menarik napas yang dalam. Susi marah besar atas kelakuan Nefan ini, dia berkata, "Cepat lepaskan aku, berengsek!"
"Tunggu!" teriak Susi dengan panik."Aku segera turun."Siapa tahu ke mana Nefan akan membawanya di malam hari? Apakah Nefan akan membunuhnya untuk balas dendam?Susi tidak mungkin berani untuk pergi dengan Nefan. Dia langsung duduk tegak, membuka pintu mobil dan melompat keluar.Gerakannya semua sangat lancar.Melihat bayangan Susi yang kabur dengan panik, Nefan menyipitkan matanya yang terlihat misterius, sudut mulutnya tutup rapat menjadi sebuah garis."Aku akan mencarimu lagi," ujar Nefan dengan nada peringatan.Susi langsung berhenti dengan tegang ketika mendengarnya.Tangan Susi dikepalkan dengan erat tanpa sadar, dia dalam hati mengomel, 'Apa maksud pria ini? Apa dia harus memaksaku untuk memberikan sebuah jawaban?'Namun, bukan Susi tidak mau memberi tahu kebenaran masalah itu, kalaupun Susi memberitahunya, bukankah juga tidak ada gunanya? Sekarang mereka sudah menikah, kenapa tidak bisa menjalani hidup masing-masing dengan tenang?Susi memikirkannya sambil menambah kecepatan b
Saat sampai di kantornya, Susi dengan lelah bersandar di kursi sambil memijat pelipisnya yang pegal selama beberapa saat sampai dirinya semangat, baru mulai kerja.Ponsel Susi dari pagi berdering beberapa kali. Melihat itu adalah telepon dari Jehian, Susi pun memilih untuk mengabaikannya.Sekarang Jehian adalah seniornya, jadi Jehian tidak seharusnya mengganggunya dan seharusnya mereka berjaga jarak.Terutama sejak kata-kata yang diucapkan Jehian di Kediaman Martin sebelumnya, Susi langsung tidak memedulikan pesan atau panggilan darinya lagi.Susi mengira Jehian akan menyerah setelah dirinya menunjukkan sikap penolakan yang begitu jelas. Siapa sangka jam empat sore setelah Susi menyelesaikan pekerjaannya dan mau pulang, Jehian tiba-tiba masuk ke dalam kantornya."Maaf, Bu Susi. Aku nggak bisa menghalanginya," ujar Vincent dengan rasa bersalah."Kamu keluar dulu," ujar Susi sambil melambaikan tangannya.Susi menatap pria yang tiba-tiba masuk ke kantornya, dia bertanya dengan terkejut, "
Jehian mengemudi mobil super Bugatti Veyron edisi terbatas dari luar negeri menuju tujuan mereka.Pengalaman berbahaya dari super mobil Jehian sebelumnya membuat Susi sampai sekarang masih tidak bisa melupakannya. Dia sangat tegang di sepanjang jalan dan hanya memperhatikan kondisi jalan depan tanpa melihat pemandangan di sekeliling.Mobil super melaju di sepanjang jalan gunung, kemudian berhenti di parkiran terbuka di puncak gunung.Susi kebingungan melihat tujuan mereka di puncak gunung. Bukankah Jehian bilang mau makan?Saat Susi membuka pintu, dia melihat sebuah vila pegunungan di puncak gunung. Dia pun baru menyadari kalau tempat ini adalah sebuah resor wisata.Di dalam vila ini ada hotel, restoran, pemandian air panas, area menikmati pemandangan untuk wisatawan dan berbagai macam fasilitas hiburan. Karena tempat ini adalah puncak gunung, jadi semua rumah di sini dibangun dari bahan kayu hingga terlihat punya ciri khas seperti rumah kayuJehian membawanya menuju sebuah restoran de
Jehian mengeluarkan ponselnya, dia membuka kontak mencari nomor Billy dan menghubunginya.Jehian bahkan menekan mode pengeras suara agar Susi bisa dengan jelas mendengarkan suaranya.Siapa sangka kalau teleponnya terhubung?!Susi beberapa hari ini terus menghubungi Billy, tapi tidak ada satu kali pun yang terhubung, bahkan setiap kali selalu dalam mode tidak aktif.Kenapa Jehian malah berhasil menghubunginya? Ini hanya kebetulan atau Billy sengaja menghindar untuk tidak mengangkat telepon Susi?"Paman, nggak ... nggak perlu repot-repot. Aku nanti sendiri hubungi Billy saja," ujar Susi dengan canggung."Kenapa? Apa kamu takut?" tanya Jehian dengan tatapan tajam dan nada yang dingin.Ekspresi Susi mulai berubah, tapi dia berusaha untuk tenang sambil berkata, "Apa yang kutakutkan?""Kamu takut Billy benar-benar selingkuh, dia sengaja nggak angkat teleponmu dan foto tidur bersama Jessica itu memang kenyataan," ujar Jehian dengan terang-terangan tanpa memedulikan perasaannya."Nggak mungkin
Suara desahan wanita muncul dari panggilan Billy?Susi merasa otaknya berdengung keras hingga seluruh rasionalitasnya hancur hingga berkeping-keping dan hatinya kacau bak dilanda musibahJehian melirik Susi dengan tatapan penuh maksud.Susi merasa seolah-olah ditusuk oleh duri dari belakang saat melihat tatapan penuh sindiran dari Jehian. Tenggorokan Susi bahkan terasa dicekik hingga tidak sanggup mengatakan apa pun."Billy, kamu lanjutkan dulu. Kita lain waktu baru telepon saja," ujar Jehian sambil mengakhiri panggilannya.Susi menundukkan kepalanya dengan lemas, perasaan yang bergejolak di dalam hatinya terus mengombak tanpa henti hingga tidak tahu harus ditempatkan di mana.Susi ingin membohongi dirinya kalau dia salah dengar, bahkan tidak ada suara wanita dari telepon suaminya.Namun, suara manja wanita itu terus berputar di sisi telinganya hingga otaknya hampir meledak."Ada apa, Susi? Kenapa wajahmu begitu pucat?" Jehian sengaja menanyakannya dengan tatapan dalam dari mata yang i