Share

209. PANDORA #7

Lompatan penglihatan berikutnya terjadi sangat cepat.

Rasanya tidak terlihat jauh berbeda. Namun, sesuatu seperti mengambang. Aku melihat Ayah memeluk Ibu, dan seberapa bodohnya aku melihat itu, aku tahu Ibu seperti melarang Ayah melepasnya.

Tampaknya kami sudah tidak di rumah yang terakhir kulihat. Kali ini kami di tempat yang jauh lebih bercahaya, seolah di luar ruangan ini, matahari bersinar menembus kubah tanah. Dan aku duduk dengan Reila. Reila menatap Ayah dan Ibu yang tengah berpelukan, memeluk boneka kuning, sembari termenung.

Pada akhirnya, Ayah melepas pelukan, berhasil meyakinkan Ibu.

Baru kusadari di dekat mereka ada orang yang familier: Kara. Jadi, selepas memeluk Ayah, Kara langsung berusaha menenangkan Ibu.

Ayah menghampiriku. “Forlan, jaga Ibu dan Reila, oke?”

Pertanyaan pertamaku langsung tajam. “Kapan Ayah pulang lagi?”

“Secepatnya,” janji Ayah. “Kara butuh bantuan Ayah. Bila

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status