Share

208. PANDORA #6

Belakangan aku baru menyadari bahwa jauh sebelum aku tiba di pondok—jauh sebelum aku dijelaskan segala hal tentang pemilik kemampuan—Ibu ternyata sudah menjelaskan semuanya, tentang bagaimana kami tidak normal.

Semua dimulai ketika Ibu melarangku tidur sendirian. Ada bagian tubuhku yang masih sulit digerakkan, jadi gagasan tidur sendiri adalah hal terlarang menurut Ibu. Jadi, Ibu tidur di kamarku—entah berapa lama malam berlalu sejak aku babak belur, tetapi pada akhirnya di tengah kegelapan malam yang sunyi, aku bertanya, “Ibu belum tidur, kan? Boleh aku bilang sesuatu?”

Ibu terpanggil, langsung menoleh menghadapku. “Kenapa, Sayang?”

Hening sejenak, setidaknya beberapa saat ketika mata kami bertautan.

“Ibu,” suaraku yang itu lumayan tajam. “Ibu bohong.”

“Bohong?” Ibu lumayan terkejut. “Bohong apa?”

“Ibu bilang aku tidak boleh bohong, jadi Ibu juga

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status