Share

206. PANDORA #4

Setidaknya, terbesit ingatan di depanku, bagaimana Ibu sempat bicara empat mata denganku, dan suasananya sangat serius. Sepertinya kami sehabis menyiram bunga. Di dekat kami ada ember kosong dan selang memanjang. Reila tidak ada di mana-mana. Ibu duduk di selasar, aku duduk di sebelahnya menyantap apel.

“Forlan pernah merasakan hal aneh, tidak?” tanya Ibu.

“Hal aneh bagaimana?” balasku.

“Seperti Forlan bisa melakukan sesuatu yang semestinya Forlan tidak bisa melakukannya—seperti... aduh, bagaimana cara Ibu mengatakannya, ya?”

“Maksudnya, seperti yang botol terbang?”

Ibu mendesah, tampak sulit membenarkan. “Salah satunya.”

“Tapi kata Ayah itu sulapnya Ayah,” protesku.

“Iya, itu cuma sulap Ayah,” Ibu buru-buru mengoreksi. “Tapi Forlan pernah tiba-tiba lihat sulap Ayah, kecuali yang kemarin, tidak?”

“Hm,” tampaknya aku

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status