Share

REWANG

REWANG

"Kai! Kau akan bertemu dengan Abimu! Hahaha," kata Gendhis tertawa sendiri.

Tawa yang penuh dan sarat akan arti. Gendhis masih sangat ingat di kampung masih ada tradisi mengaji nanti malam setelah ada orang yang meninggal dunia. Gendis membelokkan mobilnya di sebuah toko kue. Dia memesan aneka macam roti dengan jumlah 100 buah per jenis.

Tak lupa juga membeli minuman gelasan dengan jumlah dua puluh dus untuk air minum. Dia juga memberikan amplop sebagai ucapan belasungkawa. Tak tanggung -tanggung biasanya mereka rata -rata memberi dengan nominal paling banyak juga satu jutaan tapi Gendhis memasukkan nominal sepuluh juta dalam amplop itu.

"Bu, apakah aku harus senang atau sedih dengan kematianmu?" batin Gendhis dalam hati sambil melajukan mobilnya membelah jalanan kota ponorogo.

"Rasanya semua yang aku bawa ini tak sebanding dengan apa yang pernah Mas Rio berikan padaku," gumam Gendhis pada dirinya sendiri.

Apalagi Gendhis masih sangat ingat saat ibu Rio dan Sifa bertanda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status