Anak Kembar Tuan Miliader

Anak Kembar Tuan Miliader

last updateLast Updated : 2023-11-30
By:  Taehyunie05 Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
84Chapters
7.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

(Romance - Mystery) Ivy Anderson, wanita beranak dua yang harus mendapatkan kesialan serta takdir buruk setelah bertemu dengan Ben Clayton, CEO Clayton Group yang paling berpengaruh di New York hanya karena kesalahan kecil. Ben yang terobsesi pada Ivy menghalalkan segala cara untuk mendekati Ivy, dimulai dari menaklukan si kembar Terra dan Terry maupun menggunakan cara kotor untuk mendapatkan Ivy. Apa motif Ben yang sebenarnya? Mampukah Ivy melepaskan diri dari Ben yang terobsesi padanya? "Bertekuk lututlah padaku jika kau ingin kedua anak kesayanganmu selamat dari cengkraman ku, Miss Ivy," "Tapi mereka adalah—" "Satu saja perintah dariku dilanggar, maka bersiaplah kemungkinan buruk yang menimpa mereka berdua. Bagaimana jika kita mulai dari si little devil, Terry Anderson?"

View More

Chapter 1

Bab 1 : Mimpi Buruk

"Ben, kau harus segera menikah. Mommy menginginkan cucu darimu," ujar seorang wanita paruh baya yang kini berkacak pinggang tepat di hadapan seorang pria bernama Ben.

Pria yang dipanggil Ben itu memutar mata malas disertai dengan dengusan kesal. Ia mengalihkan tatapannya dari ponsel yang saat ini sedang ia pegang.

"Mom, aku masih berumur 29 tahun! Jangan terus menekanku untuk menikah!" Teriak Ben menimpali perkataan ibunya dengan urat leher yang menonjol.

"Lagipula, jika Mommy mau memaksa untuk menikah, maka suruhlah Steve karena ia adalah kakakku," balas Ben lagi sambil memalingkan tatapannya ke arah lain.

Ini adalah bahasan yang sangat ingin ia hindari. Pernikahan. Hanya satu kata itu saja berhasil membuat Ben yang notebene adalah seorang pria penyuka kebebasan menjadi kesal.

Pria itu tak menginginkan ikatan yang akan membelenggunya. Ben tidak suka di atur oleh orang lain. Karena menurut Ben, pernikahan berarti sama saja dengan menyerahkan setengah kebebasan yang ia miliki pada istrinya nanti.

Sang ibu menghela napas kesal melihat tingkah laku anaknya yang sering membuatnya naik darah. Wanita paruh baya itu mengepalkan tangan dan segera mengambil tas jinjing dengan merek ternama dari atas meja, lalu melemparkannya pada Ben tanpa belas kasih.

"Mommy!" Teriak Ben kaget sekaligus kesakitan karena lemparan wanita itu mengenai tubuhnya. Sang ibu melotot hingga matanya hampir keluar, membuat nyali Ben untuk melawan ibunya menciut saat itu juga.

"Mommy menyuruhmu menikah karena Mommy khawatir pada pergaulanmu, Ben. Mommy hanya tak mau kau pergi ke klub malam dan membawa wanita jalang ke rumah ini,"

"Kalau begitu aku akan memanggil para pelacur itu ke apartemenku saja,"

"Bukan itu maksudku,"

Wanita itu memijat kepalanya karena merasa pusing dengan tingkah laku anak bungsunya yang semakin menjadi jadi. Ia merasa gagal menjadi ibu karena Ben menjadi anak yang pembangkang dan sangat sulit untuk diatur. Mungkin salahnya juga karena selalu memanjakan anak itu.

"Ben, ibu melakukan hal ini demi kebaikanmu. Jika kau memiliki istri, setidaknya kau tak akan berteriak marah saat para pelacur itu tak bisa memuaskanmu,"

Omongan ibunya terdengar frontal dan sangat vulgar, membuat Ben yang mendengarnya langsung malu. Wajah Ben memerah sempurna sampai ke telinga dengan tangan mengepal. Pria dewasa yang hampir mencapai umur tiga puluh tahun itu tak menyangka jika ibunya akan tahu akan rahasia kecilnya yang satu ini.

"Ibu, aku tidak—"

"Ibu akan mencarikan calon istri untukmu. Suka tidak suka, kau harus menerimanya Ben. Ibu tidak mau lagi mendengar alasanmu,"

Ben mengerang kesal mendengar keputusan ibunya. Dengan amarah yang membludak, Ben segera berdiri dan meninggalkan ruang tamu menuju ke garasi mobil. Ia harus menenangkan pikirannya yang saat ini tengah kacau balau.

"Ben! Jangan pergi!"

Ben tak mendengar perkataan ibunya. Ia segera mengendarai mobil Lamborghini mewah yang baru saja ia beli seminggu yang lalu menuju ke sebuah bar ternama di kota New York. Mobil mewah itu melesat membelah jalanan dengan apik, membuat decakan iri bagi para pengendara lain yang melewatinya.

Tak membutuhkan waktu yang lama, cukup 10 menit saja mobil Lamborghini milik Ben kini telah tiba di sebuah bar ternama di kota New York. Setelah memarkirkan mobilnya ditempat parkiran khusus, Ben pun segera melangkahkan kakinya menuju ke dalam bar itu.

Saat baru saja masuk, Ben langsung disambut oleh teman lamanya, Archer yang merupakan pemilik bar mewah paling bergensi di kota New York. Ben mengenal Archer sejak sekolah menengah atas karena merasa memiliki hobi yang sama, yakni mengoleksi para perempuan cantik untuk di "mainkan".

"Wow dude. Aku tak menyangka kau akan datang lagi ke barku," ujar Archer dengan senyuman ramah. Ia segera mengalungkan tangannya di pundak milik Ben dan segera menyeret pemuda itu menuju kemeha bartender.

"Apa yang ingin kau minum?"

"Vodka satu botol,"

Archer melotot saat mendengar pesanan dari kawan lamanya. Ia segera menolehkan kepalanya dan menatap Ben dengan tatapan tak percaya.

"Satu botol? Kau mau membunuh dirimu sendiri?"

"Tidak perlu banyak bertanya dan berikan pesananku. Aku ingin meringankan kepalaku yang terasa berat ini,"

Archer menghela napas kasar lalu segera meminta bartender untuk menyiapkan pesanan milik Ben. Pria berambut cepak dengan kebangsaan Kanada itu berjanji akan menghentikan Ben apabila pria itu sudah mabuk berat.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu untuk menyambut tamu lainnya. Kau diamlah disini dan minumlah dengan tenang. Jika butuh sesuatu, panggil aku,"

Archer menepuk bahu milik Ben dan segera pergi dari tempat duduknya setelah mengatakan hal itu. Ben yang tak peduli mengendikkan bahu, lalu segera meminum minumannya seperti tengah meneguk air putih.

Saat sudah meneguk setengah botol dari minuman alkohol itu, kepala Ben terasa berat dan matanya berkunang kunang. Pria itu merasa tubuhnya sangat ringan. Wajahnya memerah dengan bau Vodka yang begitu menyengat dari mulutnya.

Karena merasa pusing luar biasa, Ben pun meninggalkan bar milik Archer setelah membayar Vodka yang belum habis. Pria itu berjalan menuju parkiran dengan langkah sempoyongan. Sedikit saja ditepuk, sepertinya Ben akan jatuh.

Saat berada di dalam mobil, mata cokelat miliknya tanpa sengaja menangkap seorang gadis cantik yang melintas di depannya. Gadis itu mengenakan sweater putih dengan celana jeans yang membentuk lekuk tubuhnya yang begitu indah. Wajah boneka itu membuat Ben merasakan sesuatu yang ingin meledak dalam dirinya.

Tanpa ragu, Ben segera menghampiri gadis itu, lalu menyeretnya ke gang sepi yang sangat jarang dilalui oleh orang lain. Gadis itu memberontak dan berteriak, namun Ben tampaknya tak peduli.

"Diamlah, jalang sialan. Lebih baik kau mendesahkan namaku saja daripada memberontak seperti ini," ujar Ben dengan nada kesal karena gadis di hadapannya terus menerus melakukan perlawanan.

"Tidak! Aku akan melawanmu untuk menjaga kehormatanku, Tuan. Lebih baik lepaskan aku!" Ujar gadis itu berteriak.

Ben yang merasa pusing dengan ocehan itu segera membungkam mulut gadis yang tak ia kenal itu dengan sebelah tangan, lalu merobek paksa baju yang dikenakan oleh gadis itu dengan tangan lainnya. Gadis itu menangis dalam dekapan Ben.

"Jangan menangis, sayang. Karena aku akan membuatmu melupakan segalanya malam ini," Ben berkata dengan nada seduktif untuk menenangkan gadis itu. Namun sayang, bukannya tenang, air mata gadis itu malah semakin deras.

Dan peristiwa mengerikan di malam itu pun dimulai. Ben memperkosa gadis itu tanpa rasa kasihan, mengabaikan teriakan dan umpatan yang dilayangkan oleh gadis itu padanya.

Yang ada dalam kepala Ben saat ini hanyalah memuaskan napsunya saja. Pria itu bahkan tak menggunakan pengaman untuk kegiatan gilanya ini.

Setelah selesai, Ben pun pingsan karena kelelahan sekaligus efek dari alkohol yang ia minum. Pria itu langsung terbaring di gang kecil di sana.

Gadis yang diperkosa oleh Ben memeluk tubuhnya sendiri sambil menangis. Dengan tubuh gemetar dan rasa sakit yang menjalar pada bagian bawahnya, ia mengambil pakaian milik Ben dan menggunakan benda itu pada tubuhnya. Gadis itu pun berjalan dengan terpincang meninggalkan Ben sendirian di gang mengerikan itu.

Pada pukul 3 pagi, Ben pun terbangun dari pingsannya. Pria itu memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Rasa pusing yang mendera kepalanya terasa semakin menjadi jadi. Dengan sisa kesadaran yang ada, ia pun segera memanggil Archer itu membawa dirinya ke apartemen.

Archer pun datang tak lama kemudian. Pria berambut cepak itu terlonjak kaget saat melihat Ben yang tampak begitu berantakan, dengan bau sperma yang menguar dari tubuh pria itu. Selain itu, Archer juga menemukan tetesan darah dan juga sweater putih milik wanita di tanah.

"Sialan! Kau sudah melakukan apa sampai seperti ini, Ben? Apa kau memperkosa seseorang?"

"Jangan banyak bicara dan bawa aku ke apartemenku. Kepalaku sakit," bentak Ben sambil memegang kepalanya yang terasa berat.

Archer mendengkus kesal lalu segera membopong sahabatnya itu menuju ke garasi, dan mengantarkan pria itu pulang ke apartemen miliknya, melupakan kegiatan panas dan gadis cantik itu begitu saja.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
84 Chapters
Bab 1 : Mimpi Buruk
"Ben, kau harus segera menikah. Mommy menginginkan cucu darimu," ujar seorang wanita paruh baya yang kini berkacak pinggang tepat di hadapan seorang pria bernama Ben. Pria yang dipanggil Ben itu memutar mata malas disertai dengan dengusan kesal. Ia mengalihkan tatapannya dari ponsel yang saat ini sedang ia pegang. "Mom, aku masih berumur 29 tahun! Jangan terus menekanku untuk menikah!" Teriak Ben menimpali perkataan ibunya dengan urat leher yang menonjol. "Lagipula, jika Mommy mau memaksa untuk menikah, maka suruhlah Steve karena ia adalah kakakku," balas Ben lagi sambil memalingkan tatapannya ke arah lain. Ini adalah bahasan yang sangat ingin ia hindari. Pernikahan. Hanya satu kata itu saja berhasil membuat Ben yang notebene adalah seorang pria penyuka kebebasan menjadi kesal. Pria itu tak menginginkan ikatan yang akan membelenggunya. Ben tidak suka di atur oleh orang lain. Karena menurut Ben, pernikahan berarti sama saja dengan menyerahkan setengah kebebasan yang ia miliki p
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more
Bab 2 : Pertemuan Tak Terduga
6 tahun kemudian... "Sialan! Apa kau tak punya mata sampai menumpahkan susu milikmu pada celanaku?!" Teriak seorang pria dengan keras pada seorang anak perempuan berambut hitam yang saat ini tengah menundukkan kepala. Tubuh anak perempuan itu bergetar ketakutan mendengar bentakan pria dewasa di hadapannya. Mata bulatnya yang berwarna hijau terang sudah bersiap untuk mengeluarkan air mata. "Ben, tenangkan dirimu, ini hanya kesalahan kecil. Lagipula, adik manis itu tak mungkin sengaja juga menumpahkan susunya," ujar seorang gadis berambut pirang yang saat ini menenangkan pria yang bersiap kembali mengamuk karena celana yang ia gunakan menjadi basah dan lengket. Pria yang dipanggil Ben menatap tajam gadis berambut pirang itu dengan mata cokelatnya sembari mengeratkan rahangnya yang tegas hingga giginya mengatup. Wajah marah dan kesal bercampur menjadi satu di wajah tampannya. "Tapi dia sudah menumpahkan susunya padaku, Marinka. Apalagi kita akan ada meeting dengan Adam Corp setel
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more
Bab 3 : Kompensasi lain
Wanita muda itu berjengit kaget saat mendengar uang ganti rugi sebagai kompensasi atas kesalahan buah hatinya. Wajah wanita itu tampak gusar dengan raut wajah bingung yang begitu kentara di wajah cantiknya.Ben sendiri tampak menikmati ekspresi kalut itu, seolah ia sudah menemukan hiburan terbaru untuk mengusir rasa penat akibat pekerjaan yang mencekik dirinya. Wajah wanita muda di hadapannya sebenarnya sangat cantik, lebih cantik daripada Marinka yang berstatus sebagai sekretarisnya. Wajahnya yang mirip boneka itu menghipnotisnya. Dengan mata hijau yang begitu memukau, hidung kecil yang mungil namun mancung, kulit seputih susu dengan bibir merah mungil yang menggoda. Rambutnya yang berwarna hitam terlihat begitu lembut dan halus dan sangat pas dengan potongan rambut hime yang dipadukan dengan wolf cut dibagian depan, lalu rambut panjang yang lurus sebokong dibagian belakang. Tubuhnya seperti gitar spanyol, begitu indah dan memikat. Akan tetapi, pria itu sedikit terganggu dengan ba
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more
Bab 4 : Bercerita
Mata Ivy bergulir ke samping dengan genggaman tangan yang menguat pada kedua tangan anaknya. Bibirnya ia gigit dengan napas tertahan, membeku mendengar pertanyaan itu. "Maaf?" "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Ben mengulangi kalimatnya. Ia dengan sabar menunggu jawaban dari wanita muda beranak dua di hadapannya, ingin memastikan ingatan samar yang tiba tiba saja melintas di kepalanya saat ia melihat wajah Ivy. Pria itu yakin sekali jika wanita muda yang berada di hadapannya ini adalah orang yang selama ini ia cari. "Kita tak pernah bertemu sebelumnya, Tuan," jawab Ivy dengan nada tersendat, seolah kehilangan suara. Tatapan mata Ivy terlihat begitu sendu, dibarengi dengan mata yang berkaca kaca. Ivy segera memejamkan matanya dan melirik kembali tangan yang dipegang oleh Ben. "Anda bisa melepaskan tangan anda, Tuan. Saya harus pulang karena harus bekerja," Ben segera melepaskan tangan wanita muda itu dengan cepat. Pria itu baru sadar jika ia masih memegang tangan Ivy
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more
Bab 5 : Kejadian di Supermarket
Ben segera merebahkan dirinya di atas kasur kesayangannya setelah melakukan meeting dengan pemilik Adams Corp. Pria itu merasa kelelahan luar biasa setelah mengalami hari yang panjang. Celana yang kotor ia lempar kedalam keranjang cucian kotor yang terdapat di sudut ruangan. Karena merasa gerah, Ben segera mengendurkan dasi yang mencekik lehernya dan menyalakan air conditioner. Begitu udara yang dihasilkan oleh AC itu memenuhi ruangan, Ben segera menutup matanya. Ia ingin tidur hari ini dan berencana akan pergi ke klub malam nanti untuk mencari wanita yang bisa diajak tidur dengannya. Rasa rileks dapat Ben rasakan saat ini. Dirinya hampir saja terlelap sebelum bantingan pintu yang kasar dan juga keras menghancurkan niatnya, hingga matanya kembali terbuka dengan sempurna. "Sialan! Kau tak bisa membuka pintu dengan lebih santai?" Hardik Ben seraya menatap tajam si pelaku yang saat ini tengah memasang wajah tak berdosa. Ben ingin sekali mencekik orang itu andai saja ia tak ingat ji
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more
Bab 6 : Ayah?
"Mengapa anda menanyakan suami saya?" Tanya Ivy pelan, merasa tak nyaman dengan topik pembahasan yang Ben angkat. Ini adalah pembahasan yang normal, namun entah kenapa terlalu sensitif untuk Ivy. wanita muda itu merasa jika Ben terlalu ingin tahu akan urusan pribadinya."Kau masih punya hutang tentang celanaku yang kotor gara gara anak perempuanmu, omong-omong," Ben mengingatkan dengan nada rendah, membuat bulu kuduk Ivy merinding disko karenanya. "Dan lagi, kau bisa meminta pada suamimu untuk ganti rugi yang kau lakukan padaku. Jadi, aku tanya sekali lagi, dimana suamimu?"Wanita muda itu ingin meninggalkan Ben saat ini, berlari sejauh mungkin dari pria itu. Tatapan mengintimidasi dan mendominasi yang Ben keluarkan membuatnya tak nyaman seolah tercekik. Hanya saja ia tak bisa melakukannya untuk sekarang. Ivy tak mau dilaporkan oleh Ben pada atasannya dengan alasan tak melayani konsumen dengan baik yang berakhir dengan pemotongan gaji. Tidak! jangan sampai hal itu terjadi padanya."
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more
Bab 7 : Bertemu lagi
"Ini, cemilanmu," Ben menyodorkan satu kantong keresek besar berisi snack, kue kering dan beberapa minuman botol pesanan kakak kembarnya. Steve segera meraih kantung keresek itu dengan hati riang. Pria itu berjalan menuju ke sebuah sofa yang berada di sudut ruangan, mengabaikan Ben yang berdiri mematung disana. Ben mengumpat dalam hati melihat perilaku Steve yang menurutnya kurang ajar. Bukannya berterima kasih, pria itu malah melenggang meninggalkan dirinya sendirian disana seperti orang bodoh. Dengan kesal, Ben segera menghampiri Steve yang saat ini tengah duduk santai di sofa sambil membuka snack dan kue kering yang tadi ia beli."Bukannya berterima kasih, kau malah meninggalkanku disana seperti orang bodoh," gerutu Ben kesal. Pria itu menghempaskan tubuhnya di sofa single terpisah yang berada di sebelah Steve sambil memijat kepalanya yang terasa berdenyut."Heh, biasanya juga kau langsung pergi," sahut Steve dengan yang terdengar menyebalkan di telinga Ben."Tumben kau masih d
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more
Bab 8 : Tertolak
"Maaf, tuan. Sepertinya saya harus menolak tawaran anda," Ivy menolak langsung tawaran itu lagi, tentu dengan bahasa yang sangat halus selembut sutra agar Ben tak tersinggung. Pria itu menaikkan alisnya, bingung dengan penolakan yang dilontarkan oleh wanita beranak dua di hadapannya. Matanya menelisik ke arah Ivy, dengan tatapan penasaran dan juga menuntut disaat yang bersamaan."Kenapa kau menolakku? Apa alasannya?" Tanya Ben bertubi tubi, tak terima ditolak lagi untuk kedua kalinya. Pria itu berusaha untuk mempertahankan sikap ramahnya agar bisa menggali rasa tertariknya pada Ivy.Ivy tersenyum manis menanggapi pertanyaan itu. Ia menghela napas sejenak dan kembali menatap Ben dengan senyuman kecil yang terukir di bibir mungilnya yang merah dan menggoda.Ben kehilangan fokus. Ia malah memerhatikan bibir mungil itu. Rasanya Ben ingin mencecap bibir manis itu dan membungkamnya dengan bibirnya. Berbagai pikiran liar kini merasuki tubuhnya, membuat hasrat yang terpendam entah kenapa te
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more
Bab 9 : Perubahan Terry
Setelah pulang berbelanja bulanan, Ivy segera membereskan semua yang tadi ia beli ke dalam kulkas, tentu dengan dibantu oleh si kembar. Kedua anaknya itu begitu bersemangat menyodorkan benda yang tadi mereka beli pada Ivy. "Mommy, aku mau mengatakan sesuatu pada Mommy," ujar si kecil Terra yang saat ini menyodorkan sekotak telur pada Ivy. Wanita berambut hitam itu menoleh pada anak perempuannya dengan senyuman lembut yang terukir di bibir mungilnya. Ia paling suka melihat anak anaknya mengatakan apa yang mereka pikirkan.Selain itu Ivy juga mengajarkan kedua anaknya untuk saling terbuka satu sama lain jika ada masalah ataupun pengalaman menarik yang mereka alami."Tentu saja, sayang. Apa yang ingin kau katakan pada Mommy?"Terra tampak ragu. Raut wajah si kecil terlihat gelisah disertai dengan tatapan mata yang terlihat menghindar dari Ivy dan juga kembarannya, Terry. Tentu saja ini membuat Ivy merasa bingung sekaligus heran dengan kelakuan anak bungsunya.Setelah mengambil kotak te
last updateLast Updated : 2023-10-11
Read more
Bab 10 : Pembicaraan di Bar
Untuk menghilangkan rasa tak nyaman karena tawarannya ditolak oleh Ivy, Ben mengendarai mobilnya menuju salah satu bar yang paling terkenal dikawasan ini. Pria itu berkendara dengan kecepatan penuh agar bisa segera mendinginkan isi kepalanya yang terasa kusut seperti sekarang.Tak membutuhkan waktu lama, Ben pun tiba di tempat tujuannya. Setelah memarkirkan mobil, Ben segera melangkahkan kakinya menuju ke dalam bar, melewati para bodyguard yang berjaga disana dengan santai. Pria itu memasukkan tangannya ke saku dengan kacamata hitam yang bertengger di wajahnya.Begitu masuk, suara dentuman musik yang cukup keras terdengar di telinga Ben. Lampu disko yang warna warni memancarkan cahayanya. Bau parfum yang cukup menyengat bercampur padu menjadi satu di ruangan itu. Wanita wanita berpakaian seksi yang tengah menari dengan gerakan sensual menjadi pemandangan surgawi bagi lelaki yang ingin mencuci mata. Aroma alkohol yang cukup menusuk menjadi pelengkap bagaimana keadaan bar yang Ben samb
last updateLast Updated : 2023-10-11
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status