Beranda / Urban / Anak Kembar Tuan Miliader / Bab 5 : Kejadian di Supermarket

Share

Bab 5 : Kejadian di Supermarket

Penulis: Taehyunie05
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-04 18:11:47

Ben segera merebahkan dirinya di atas kasur kesayangannya setelah melakukan meeting dengan pemilik Adams Corp. Pria itu merasa kelelahan luar biasa setelah mengalami hari yang panjang.

Celana yang kotor ia lempar kedalam keranjang cucian kotor yang terdapat di sudut ruangan. Karena merasa gerah, Ben segera mengendurkan dasi yang mencekik lehernya dan menyalakan air conditioner.

Begitu udara yang dihasilkan oleh AC itu memenuhi ruangan, Ben segera menutup matanya. Ia ingin tidur hari ini dan berencana akan pergi ke klub malam nanti untuk mencari wanita yang bisa diajak tidur dengannya.

Rasa rileks dapat Ben rasakan saat ini. Dirinya hampir saja terlelap sebelum bantingan pintu yang kasar dan juga keras menghancurkan niatnya, hingga matanya kembali terbuka dengan sempurna.

"Sialan! Kau tak bisa membuka pintu dengan lebih santai?" Hardik Ben seraya menatap tajam si pelaku yang saat ini tengah memasang wajah tak berdosa. Ben ingin sekali mencekik orang itu andai saja ia tak ingat jika orang yang membanting pintu barusan adalah kembarannya.

"Maaf, aku kira pintumu tak akan berbunyi sekeras itu saat aku banting," sahut pria itu dengan wajah datar, lalu segera mendudukkan pantatnya di kasur milik Ben tanpa permisi.

"Kau mau apa, Steve? Keluarlah dari kamarku!"

"Aku hanya ingin minta tolong padamu, brengsek. Kalau tak terpaksa, aku juga enggan meminta pertolonganmu," jawab Steve keras membalas bentakan adik kembarnya dengan nada yang naik beberapa oktaf.

Ben memutar mata malas, lalu ikut bangun dan mendudukkan tubuhnya tepat di samping kakak kembarnya itu.

"Kau butuh apa?"

"Aku ingin kau membelikan cemilan untukku di supermarket yang sering kita kunjungi,"

"Kenapa kau tak membeli sendiri? Apa kakimu mendadak lumpuh?" Sarkas Ben dengan nada mengejek yang begitu kentara terdengar di wajah tampannya.

"Lalu apa apaan warna rambutmu itu? Kau mau cosplay menjadi permen kapas atau semacamnya?" Ben menunjuk rambut milik Steve yang berwarna pink lembut.

Steve menutup telinganya dengan tangan saat mendengar ocehan Ben yang terdengar memekakan telinga. Ia memejamkan mata sejenak, lalu menatap adik kembarnya itu dengan tatapan selembut yang ia bisa, walau rasa ingin menghujat jauh lebih besar. Akan tetapi, demi cemilan, Steve harus menahan kata kata mutiara untuk adiknya itu.

"Sebentar lagi aku akan syuting film terbaru, makanya aku mewarnai rambutku menjadi seperti ini," balas Steve singkat.

Ia merogoh saku celana hitamnya dan mengeluarkan dompet bermerek terkenal, lalu mengeluarkan kartu debit pada adik sintingnya itu.

"Dan lagi, aku harus ke tempat pemotretan sekarang. Makanya aku menyuruhmu untuk membeli cemilan. Setelah itu, kau antar ke tempat pemotretanku. Oke?"

Ben tak menjawab ucapan kakak kembarnya itu. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar, setelah sebelumnya mengambil kunci mobil yang berada di atas nakas.

Pria itu melewati Steve begitu saja tanpa ada niatan mengambil kartu debit yang disodorkan padanya. Steve menggelengkan kepala melihat tingkah adik kembarnya yang terlihat lucu untuk dilihat itu.

Mata Steve beralih pada sebuah foto yang terlihat cukup terawat di balik kartu kredit yang ada di dompetnya. Foto seorang wanita cantik berwajah boneka yang tengah tersenyum senang sambil berpose layaknya anak kucing. Ia mengelus foto itu dan menghela napas kasar.

"Gadis manis, sebenarnya kau ada dimana? Mengapa kau menghilang saat aku akan mengetahui nama aslimu?"

.

.

.

Ben segera memarkirkan mobilnya menuju tempat parkiran yang tersedia di supermarket itu. Setelah selesai, ia segera masuk dan mengambil troli lalu berjalan menuju lorong tempat cemilan berada.

Saat memilih kue kering yang tersedia, mata coklat milik Ben tak sengaja melihat seorang wanita berambut hitam panjang yang mencuri perhatiannya. Itu adalah Ivy.

Dari jarak dekat, Ben bisa melihat jika Ivy tengah menyusun beberapa kue kering dan cemilan di rak yang persediaannya sudah menipis atau bahkan habis. Dengan cekatan, tangan mungil itu menaruh dan menyusun makanan ringan di rak yang lebih tinggi darinya.

Ben yang penasaran segera menghampiri Ivy, lalu menepuk bahu wanita yang lebih pendek darinya itu. Ivy tersentak dan segera membalikkan badannya melihat seorang pria jangkung yang ia temui tadi.

Mata hijau milik Ivy membulat sempurna seperti hendak keluar dari tempatnya. Gadis itu memasang raut wajah takut walau hanya sesaat, membuat Ben merasa bingung hingga menaikkan alisnya melihat ekspresi wanita itu. Namun dengan cepat, ia segera tersenyum ramah.

"Ya, Tuan? Ada yang bisa saya bantu?"

"Kau bekerja disini?" Tanya Ben retoris dengan nada pelan. Ivy menganggukkan kepalanya sembari tersenyum manis.

"Benar, saya bekerja disini," sahut Ivy ramah.

Saat ini, Ben adalah pelanggan. Maka dari itu, ia harus memperlakukan Ben dengan baik jika tidak mau kena teguran ataupun surat peringatan dari bosnya. "Anda membutuhkan sesuatu?"

"Nope. Aku hanya ingin memastikan apakah itu kamu atau bukan," yang Ben dengan nada datar, lalu segera memalingkan tatapannya kearah lain, enggan bertatapan dengan Ivy hingga membuat gadis itu kebingungan.

"Oh begitu," sahut Ivy singkat lalu hendak melanjutkan kembal pekerjaannya. Saat akan kembali membereskan Snack yang belum di letakkan di rak, tiba tiba saja tangannya ditahan oleh Ben yang saat ini menatap tajam kearahnya.

"Kau mau kemana?"

"Kembali melanjutkan pekerjaan, Tuan,"

"Lalu dimana little devil yang menjagamu?" Tanya Ben sambil bersidekap dada, menatap Ivy dengan tatapan dominan yang begitu kental, menuntut jawaban dari wanita mungil yang berdiri di depannya itu.

"Little devil?" Beo Ivy mengulang kembali pertanyaan Ben yang dilontarkan padanya. Wanita itu memiringkan kepala sambil menatap Ben dengan tatapan polos yang penuh tanda tanya.

Ben menahan napas. Ekspresi Ivy saat ini sangatlah tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Pria itu merasakan jika jantungnya berdetak kencang seolah akan keluar dari dadanya, serta perasaan aneh yang menyusup kedalam hatinya, seolah ia sudah bertemu dan melakukan hubungan lebih dengan gadis boneka itu.

"Jangan menatapku seperti itu. Kau juga tahu dengan pasti siapa yang kumaksud"

"Saya tidak tahu, Tuan. Makanya saya bertanya pada anda,"

Ben menghela napas panjang melihat kepolosan yang terpancar dari wajah Ivy. Pria itu segera mendekatkan dirinya dan berbisik tepat di telinga wanita beranak dua itu.

"Bocah laki laki yang tadi bersamamu,"

Ivy berjengit kaget saat bisikan halus itu terdengar di telinganya. Dirinya hampir saja melompat kebelakang andai saja tak bisa mengendalikan diri

"Tuan, anda membuat saya kaget!" Pekik Ivy yang tentu menuai perhatian dari para pelanggan yang saat ini memilih snack di daerah itu.

Sadar dengan perilakunya yang membuat orang lain tak nyaman, Ivy segera membungkukkan kepalanya, meminta maaf karena sudah membuat keributan.

Para pelanggan kembali mengalihkan pandangannya dari Ivy. Gadis itu menatap Ben dengan tatapan tajamnya yang justru terlihat seperti anak kucing yang tengah marah.

"Jika yang anda maksud adalah Terry, anak itu sedang berada di rumah bersama dengan adiknya," sahut Ivy kembali melanjutkan aktivitasnya menyusun Snack di rak.

Ben mengekori Ivy dan berdiri tepat dibelakang wanita muda itu. Ben baru menyadari jika Ivy ternyata sangatlah pendek, hanya sebatas dadanya saja.

Tubuh gadis itu begitu mungil dan sangat cantik yang tentu menarik perhatian, terutama kaum adam yang menginginkan wanita submissive.

"Lalu kenapa kau malah bekerja disini disaat anakmu ada di rumah? Dimana suamimu?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
pait banget baca ini.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 6 : Ayah?

    "Mengapa anda menanyakan suami saya?" Tanya Ivy pelan, merasa tak nyaman dengan topik pembahasan yang Ben angkat. Ini adalah pembahasan yang normal, namun entah kenapa terlalu sensitif untuk Ivy. wanita muda itu merasa jika Ben terlalu ingin tahu akan urusan pribadinya."Kau masih punya hutang tentang celanaku yang kotor gara gara anak perempuanmu, omong-omong," Ben mengingatkan dengan nada rendah, membuat bulu kuduk Ivy merinding disko karenanya. "Dan lagi, kau bisa meminta pada suamimu untuk ganti rugi yang kau lakukan padaku. Jadi, aku tanya sekali lagi, dimana suamimu?"Wanita muda itu ingin meninggalkan Ben saat ini, berlari sejauh mungkin dari pria itu. Tatapan mengintimidasi dan mendominasi yang Ben keluarkan membuatnya tak nyaman seolah tercekik. Hanya saja ia tak bisa melakukannya untuk sekarang. Ivy tak mau dilaporkan oleh Ben pada atasannya dengan alasan tak melayani konsumen dengan baik yang berakhir dengan pemotongan gaji. Tidak! jangan sampai hal itu terjadi padanya."

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 7 : Bertemu lagi

    "Ini, cemilanmu," Ben menyodorkan satu kantong keresek besar berisi snack, kue kering dan beberapa minuman botol pesanan kakak kembarnya. Steve segera meraih kantung keresek itu dengan hati riang. Pria itu berjalan menuju ke sebuah sofa yang berada di sudut ruangan, mengabaikan Ben yang berdiri mematung disana. Ben mengumpat dalam hati melihat perilaku Steve yang menurutnya kurang ajar. Bukannya berterima kasih, pria itu malah melenggang meninggalkan dirinya sendirian disana seperti orang bodoh. Dengan kesal, Ben segera menghampiri Steve yang saat ini tengah duduk santai di sofa sambil membuka snack dan kue kering yang tadi ia beli."Bukannya berterima kasih, kau malah meninggalkanku disana seperti orang bodoh," gerutu Ben kesal. Pria itu menghempaskan tubuhnya di sofa single terpisah yang berada di sebelah Steve sambil memijat kepalanya yang terasa berdenyut."Heh, biasanya juga kau langsung pergi," sahut Steve dengan yang terdengar menyebalkan di telinga Ben."Tumben kau masih d

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 8 : Tertolak

    "Maaf, tuan. Sepertinya saya harus menolak tawaran anda," Ivy menolak langsung tawaran itu lagi, tentu dengan bahasa yang sangat halus selembut sutra agar Ben tak tersinggung. Pria itu menaikkan alisnya, bingung dengan penolakan yang dilontarkan oleh wanita beranak dua di hadapannya. Matanya menelisik ke arah Ivy, dengan tatapan penasaran dan juga menuntut disaat yang bersamaan."Kenapa kau menolakku? Apa alasannya?" Tanya Ben bertubi tubi, tak terima ditolak lagi untuk kedua kalinya. Pria itu berusaha untuk mempertahankan sikap ramahnya agar bisa menggali rasa tertariknya pada Ivy.Ivy tersenyum manis menanggapi pertanyaan itu. Ia menghela napas sejenak dan kembali menatap Ben dengan senyuman kecil yang terukir di bibir mungilnya yang merah dan menggoda.Ben kehilangan fokus. Ia malah memerhatikan bibir mungil itu. Rasanya Ben ingin mencecap bibir manis itu dan membungkamnya dengan bibirnya. Berbagai pikiran liar kini merasuki tubuhnya, membuat hasrat yang terpendam entah kenapa te

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 9 : Perubahan Terry

    Setelah pulang berbelanja bulanan, Ivy segera membereskan semua yang tadi ia beli ke dalam kulkas, tentu dengan dibantu oleh si kembar. Kedua anaknya itu begitu bersemangat menyodorkan benda yang tadi mereka beli pada Ivy. "Mommy, aku mau mengatakan sesuatu pada Mommy," ujar si kecil Terra yang saat ini menyodorkan sekotak telur pada Ivy. Wanita berambut hitam itu menoleh pada anak perempuannya dengan senyuman lembut yang terukir di bibir mungilnya. Ia paling suka melihat anak anaknya mengatakan apa yang mereka pikirkan.Selain itu Ivy juga mengajarkan kedua anaknya untuk saling terbuka satu sama lain jika ada masalah ataupun pengalaman menarik yang mereka alami."Tentu saja, sayang. Apa yang ingin kau katakan pada Mommy?"Terra tampak ragu. Raut wajah si kecil terlihat gelisah disertai dengan tatapan mata yang terlihat menghindar dari Ivy dan juga kembarannya, Terry. Tentu saja ini membuat Ivy merasa bingung sekaligus heran dengan kelakuan anak bungsunya.Setelah mengambil kotak te

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 10 : Pembicaraan di Bar

    Untuk menghilangkan rasa tak nyaman karena tawarannya ditolak oleh Ivy, Ben mengendarai mobilnya menuju salah satu bar yang paling terkenal dikawasan ini. Pria itu berkendara dengan kecepatan penuh agar bisa segera mendinginkan isi kepalanya yang terasa kusut seperti sekarang.Tak membutuhkan waktu lama, Ben pun tiba di tempat tujuannya. Setelah memarkirkan mobil, Ben segera melangkahkan kakinya menuju ke dalam bar, melewati para bodyguard yang berjaga disana dengan santai. Pria itu memasukkan tangannya ke saku dengan kacamata hitam yang bertengger di wajahnya.Begitu masuk, suara dentuman musik yang cukup keras terdengar di telinga Ben. Lampu disko yang warna warni memancarkan cahayanya. Bau parfum yang cukup menyengat bercampur padu menjadi satu di ruangan itu. Wanita wanita berpakaian seksi yang tengah menari dengan gerakan sensual menjadi pemandangan surgawi bagi lelaki yang ingin mencuci mata. Aroma alkohol yang cukup menusuk menjadi pelengkap bagaimana keadaan bar yang Ben samb

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 11 : Sedikit Informasi

    Jayden mengernyitkan keningnya saat mendengar pertanyaan yang Terry lontarkan. Mata ambernya terlihat memutar, seolah enggan menjawab pertanyaan itu.Pria pemilik bar itu lebih memilih untuk mengalihkan atensinya pada Vodka pesanannya yang baru saja diantar oleh salah seorang bartender yang berpenampilan seksi yang bekerja di bar miliknya. Bartender wanita itu hanya menggunakan baju crop sedada dan rok mini yang membalut tubuh seksinya, memperlihatkan perutnya yang ramping dan kakinya yang begitu jenjang. Ben mencuri curi pandang pada bartender itu sebentar, melihat penampilan indah di depannya dengan gaya coolnya, yakni dengan tangan menyilang di depan dada dan tatapan mata lurus yang memberi kesan kuat dan juga dominan yang melekat pada dirinya. Hal ini tentu membuat bartender itu mengedipkan mata dengan kerlingan menggoda pada Ben untuk menarik perhatian pria itu. Ben tadinya ingin membalas godaan itu. Akan tetapi, ada hal mendesak yang jauh lebih penting saat ini, yakni tentan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 12 : Rasa Tertarik?

    "Jasa seperti apa yang kau maksud, Ben?"Ben tersenyum kecil mendengar pertanyaan itu. Ia menurunkan tangan dari wajahnya lalu membenarkan posisi duduknya menjadi tegap. Setelah itu, ia menatap Jayden yang saat ini tengah menampilkan mimik wajah bingung karena tak mengerti dengan ucapannya."Tolong jangan berpura pura bodoh di hadapanku, Jay. Aku tahu kau pasti mengerti apa yang aku maksud," Tawa kecil keluar dari mulut Ben, memenuhi ruangan yang terasa sunyi ini. Ben merasa geli jika sahabatnya berpura pura polos seperti sekarang, padahal ia adalah pemain paling handal dalam lingkaran pertemanan yang mereka buat. Ah... mengingatnya saja Ben merasa rindu. Ia ingin berkumpul lagi bersama grup yang ia buat jika semua temannya memiliki waktu senggang."Aku hanya tak ingin salah menangkap arti perkataanmu. Jadi lebih baik kau bicarakan saja secara langsung agar aku tak pusing berspekulasi ataupun menerka perkataanmu yang ambigu itu," jawab Jayden dengan nada tegas.Pria dengan mata amb

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 13 : Kedatangan Kai

    Kini, Ivy berada di taman kota sendirian atas permintaan orang yang meneleponnya sewaktu ia akan memejamkan mata. Wanita itu sengaja tak membawa kedua anaknya karena takut mereka sakit, mengingat hari sudah sangat larut. Selain itu, ia tak mau Terra dan Terry kekurangan tidur hanya karena menemaninya ke taman kota untuk mencari tahu siapa orang yang meneleponnya tadi.Suhu udara yang rendah ditambah dengan angin yang berembus kencang membuat Ivy bersin beberapa kali karena ia memang memiliki alergi pada suhu udara yang dingin.Ivy merapatkan mantel yang ia gunakan untuk menghalau rasa dingin yang terus menusuk tubuhnya tanpa henti. Wanita itu menggigil kedinginan karena hanya menggunakan mantel tipis untuk menutupi tubuh mungilnya. Ivy melirik ke arah jam taman kota yang terletak di tengah taman. Sudah pukul setengah sebelas malam. Karena lelah berdiri, Ivy pun memutuskan untuk duduk di salah satu bangku taman sembari menunggu orang itu datang. Sesekali, Ivy juga menggosok telapak

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12

Bab terbaru

  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 84 : Ending

    Setelah dirias oleh para pengantin professional selama dua jam lamanya, penampilan Ivy kini berubah drastis. Wanita sederhana yang saat ini sedang kebingungan itu terlihat berkali kali lipat lebih cantik daripada sebelumnya.Wajahnya yang seperti boneka dipoles sedemikian rupa, dengan gaun pengantin putih yang membalut tubuh rampingnya.Setelah memasangkan veil pada kepalanya, para perias itu pergi ke luar dari ruangan itu. Ivy menggigit bibirnya dan memegang dadanya lagi, merasa sesak dan juga tak nyaman.Ditengah kebingungannya itu, tiba tiba saja Ben datang menghampiri dirinya, dengan setelan jas hitam yang nampak gagah membalut tubuh kekarnya.Sejenak keduanya saling terkesima satu sama lain. Wajah Ivy sampai memerah melihat wajah Ben yang berkali kali lipat lebih tampan daripada biasanya. Meskipun kantung mata hitam tak bisa di samarkan dengan sempurna dari wajah pria tampan itu." Ben, jelaskan apa yang terjadi. Mengapa semuanya bisa terjadi seperti ini? Kenapa pernikahannya men

  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 83 : Pengantin?

    "Kalau aku mau uncle Kai menjadi Daddy ku," sela Terry yang entah sejak kapan datang. Semua orang yang ada di ruangan itu mengalihkan fokus mereka pada Terry yang saat ini terlihat begitu berkeringat. Bocah laki-laki itu mengipasi wajahnya yang terlihat memerah menggunakan buku yang entah di dapat dari mana.Terra memperhatikan kakak kembarnya dengan intens. Ada seberkas rasa tak suka saat Terry menyebutkan demikian. Maka dari itu, Terra turun dari pangkuan Kai dan segera menghampiri Terry, lalu memukul tangan bocah laki-laki itu dengan cukup kencang.Terry yang mendapat geplakan kasih sayang dari sang adik tentu saja tak terima. Mata hijaunya menatap Terra dengan tatapan tajam. Rahang bocah laki-laki itu mengetat. Wajahnya yang terlihat memerah karena kelelahan menjadi semakin merah karena marah."Kenapa kau malah memukul tanganku?" Tanya Terry dengan nada setengah berteriak. Ia hampir saja mendorong tubuh Terra ke belakang jika saja Ivy tak menarik gadis kecil itu ke belakang."I

  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 82 : Tuan Clayton

    "Ben, apakah kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?" Tanya seorang pria paruh baya yang masih bugar di umurnya yang tak muda lagi.Ben yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya tentu saja menghentikan kegiatannya. Matanya bergulir dari laptop menuju ke arah sumber suara. Di depannya, Ben bisa melihat seorang pria yang sangat ia kenali. "Oh, belum," sahut Ben singkat lalu kembali memusatkan perhatiannya pada laptop dan kembali mengetik, mengabaikan eksistensi pria yang saat ini berada di hadapannya dengan wajah tak bersalah."Aku sedang sibuk, Daddy Apa yang Daddy butuhkan? Katakan dengan cepat dan segera keluar dari sini,"Perkataan Ben yang merupakan pengusiran secara langsung membuat pria dengan postur yang sangat mirip dengan Ben itu tertawa keras. Pria itu menegang perutnya yang terasa keram.Ben melirik sebentar ke arah pria yang ia panggil Daddy itu secara sekilas, lalu memutar mata malas saat mendengar tawa nyaring yang terdengar menyebalkan di telinganya."Dad, suaramu membuat

  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 81 : Kejujuran

    "Well, sepertinya aku memang harus membicarakan hal ini, terutama kaitannya dengan penyembunyian statusku dan juga pelaku dari tragedi mawar hitam itu sendiri,"Ivy tersenyum miris pada dirinya sendiri. Dengan cepat, ia segera menarik rambut hitamnya yang panjang dan indah dari belakang dengan gerakan kasar. Wanita muda itu meringis kecil saat kepalanya terasa sangat sakit. Kai yang berada di hadapannya tentu saja terkejut dengan aksi dai wanita yang lebih muda darinya itu."Wow wow wow. Tunggu sebentar. Apa yang akan kau lakukan, Ivy?" Tanya Kai heran karena tak mengerti apa yang akan dilakukan oleh wanita beranak dua itu."Menarik apa yang tersembunyi," jawab Ivy ambigu, yang tentu menimbulkan tanda tanya besar di benak Leanore dan juga Kai."Maksudnya?" Tanya Leanore dengan nada pelan, benar benar gagal paham dengan apa yang Ivy katakan padanya."Aku akan menjelaskan itu nanti. Tapi bisakah kalian menarik rambutku terlebih dahulu?" Pinta Ivy dengan wajah memelas. Mata hijau itu t

  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 80 : Fakta Tersembunyi (2)

    "Bukti nyata. Tidak hanya sekedar omongan saja. Kau tahu sendiri bukan jika perkataanmu itu tak memiliki kekuatan hukum jika masalah ini akan di usut?"Perkataan yang Kai lontarkan memang benar adanya. Ivy termenung sembari menggigit bibir, merasa ada yang kurang untuk mengungkap Flora sebagai dalang dari dua kejadian mengerikan yang terjadi selama beberapa tahun ke belakang.Kurangnya bukti dan saksi membuat Ivy terperangkap kata katanya sendiri. Wajah wanita beranak dua itu terlihat kebingungan, namun disisi lain terlihat sedikit kesal karena menemukan jalan buntu, disaat semuanya akan terungkap.Kai yang melihat hal itu menampilkan senyuman tipisnya. Ia segera berdiri untuk mengambil makanan yang sekiranya bisa di gunakan untuk mengganjal perut yang terasa lapar, mengingat sekarang sudah hampir makan siang. Kai baru ingat jika dirinya belum makan apapun selain air yang tadi ia teguk hari ini."Kau mau kemana?" Tanya Leanore menginterupsi Kai yang bangkit dari sofa."Bukankah kita s

  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 79 : Fakta tersembunyi (1)

    "Darimana kau mendapatkan kesimpulan jika Flora adalah dalang dari semua ini?"Ethan tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh kakak tirinya itu. Bibirnya terlihat melengkung ke atas dengan mata yang terpejam.Hal ini membuat Jake selaku kakak tak sedarah dari pria bermata abu abu itu merasa kebingungan dengan tingkah sang adik yang tak bisa ia baca."Kau tak tahu?" Tanya Ethan balik, dengan nada datar seperti biasa.Jake menggelengkan kepalanya. Jujur saja, ia merasa kebingungan dan terkejut disaat yang bersamaan, karena mendapat sekali banyak kejutan dan informasi dalam satu waktu. Kejadian hari ini terlalu sulit untuk di cerna oleh otaknya yang seolah tersetting untuk bisnis saja.Ethan tertawa kecil melihat sang kakak yang terlihat kebingungan, namun disisi lain juga terlihat sangat penasaran. Ia ingin menggoda Jake lebih lama, hitung hitung sebagai hiburannya dikala suntuk.Akan tetapi, Ethan tak melakukannya mengingat ia tak punya banyak waktu untuk bercanda si situasi gedu

  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 78 : Bercerita (2)

    "Haruskah aku mengatakannya?"Ivy bertanya pada kedua manusia yang berada di sampingnya dengan nada ragu. Mulutnya terlihat kelu saat didesak harus membuka tabir rahasia yang selama ini ia simpan rapat agar identitasnya tak ketahuan.Leanore dan Kai menganggukkan kepala sebagai tanda setuju. Suara Ivy tercekat di kerongkongan, seolah ada sesuatu yang menahannya. Lidahnya terasa kelu untuk mengatakan sebuah kalimat sebagai jawaban dari pertanyaan yang Kai lontarkan.Sejujurnya ia merasa bersalah karena menyembunyikan fakta sebesar ini, terutama "Neva" adalah sosok yang mengetahui semua tentang dua kejadian buruk yang menimpa Clayton Group hingga memakan banyak korban jiwa.Akan tetapi, disisi lain, jika ia membuka jati dirinya, maka hidupnya bisa dalam bahaya. Ini adalah sebuah pertaruhan yang sangat besar resikonya.Dirinya menimang nimang keputusan untuk mengungkap jati dirinya. Jika boleh dibandingkan, maka rahasia yang satu ini jauh lebih berat di katakan daripada saat ia menyembun

  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 77 : Bercerita (1)

    "Itu karena aku memiliki alasan tersendiri."Ivy mendesah malas seraya melihat ke arah jam di dinding, menikmati suara jarum jam yang entah kenapa menenangkan pikirannya yang tengah kusut seperti benang yang bertumpuk.Leanore tentu saja mengerutkan keningnya mendengar alasan yang Ivy lontarkan. Rasanya, wanita yang sudah menjadi rekan sekaligus dianggapnya adik itu menyembunyikan sesuatu yang sangat besar. Hal ini bisa terlihat dari cara pandang Ivy yang terlihat tak nyaman. Manik hijau yang bagaikan rusa itu bergulir tak tentu arah dengan gerakan tubuh yang tak nyaman. Leanore bisa melihat jika Ivy seolah ingin meninggalkan tempat ini secepat mungkin.Walaupun wajah Ivy terlihat lebih tenang daripada sebelumnya, tapi Leanore tahu jika Ivy sebenarnya tengah menyembunyikan keresahan hati yang saat ini ia rasakan.Wanita berambut merah terang itu menghela napas panjang. Ia ingin mendesak sahabatnya lebih jauh. Jujur saja, keputusan yang Ivy ambil sangatlah bodoh menurutnya. Leanore m

  • Anak Kembar Tuan Miliader    Bab 76 : Puncak Kebenaran (3)

    Jake sudah sampai di apartemennya karena panggilan Ethan yang menyuruhnya untuk cepat pulang ditengah jam kerjanya. Dengan tergesa, pria bermata hitam jelaga itu melepas sepatu yang ia kenakan dan melemparnya dengan asal.Tak berhenti sampai di sana saja, Jake juga melempar jas yang ia kenakan ke gantungan mantel yang berada dekat dengan pintu, hingga jas itu tergantung dengan asal. Setelah beres, pria itu segera melangkahkan kakinya menuju ke ruang tengah, tepat dimana sang adik menunggu dirinya.Jake bisa melihat jika ruang tengah sangat berantakan, seperti diterjang oleh badai topan. Kaleng bir yang berserakan di mana mana. Sampah yang berceceran di segala penjuru. Serta remah remah kue dah keripik yang bertebaran di setiap jengkal lantai yang ia pijaki. Jake juga bisa menemukan beberapa dalaman wanita yang tergantung di atas sofa. Jake menggeleng jijik sembari menggelengkan kepalanya, karena tak percaya jika apartemen yang ia sayangi ini tak ayal seperti tempat pembuangan sampah

DMCA.com Protection Status