Deandra dengan jantung yang berdegup kencang berjalan menuju Marco.
“Tak salah pak Marco menyuruhku duduk di pangkuannya.” batin Deandra.Saat di hadapan Marco Deandra terdiam.“Tak apa duduklah di sini, aku ingin lebih dekat denganmu.”Deandra masih diam terpaku.Tangan kekar merangkul tangan Deandra dengan lembutnya, Marco menarik Deandra ke pangkuannya.Deandra kini berada dipangkuan Marco dengan posisi membelakanginya.“Kau tidak merindukanku, Deandra?” Marco bertanya tepat langsung di belakang telinga Deandra dan pertanyaan Marco itu semakin membuat jantungnya berdegup kencang.“Apa bapak sedang mabuk?”“Tidak, Deandra, aku bukan orang yang gampang mabuk”“Kenapa bapak tiba-tiba seperti ini?”“Kau tak ingin mendengar jawabannya dengan melihat mataku?”“Bagaimana caranya? melihat matanya saja aku tidak sanggup, apalagi posisi nya begini, aduh!” batin Deandra.“Kenapa diam?”Hening.“Kenapa? apa perasaanmu berubah? apa yang malam itu hanya kebohongan?”“Tidak pak !” ucap Deandra sambil menyamping agar bisa berhadapan dengan Marco.“Maafkan aku, pak, aku hanya gu-gup,”“Tidak usah gugup Deandra, kau tau jantungku juga berdegup kencang.”“Bagaimana dengan Katrina? tidak kah bapak takut dia berpikir macam-macam?”“Tidak ! memang kenapa?”“Bukannya dia kekasih bapak?”“Bukan, aku tidak punya kekasih, Deandra.”“Benarkah?”“Tatap aku, apa terlihat kebohongan di sana?”Deandra terpaku menatap Marco, memang dia terlihat tulus bahwa benar dia tidak mempunyai kekasih.“Aku mencintaimu sejak dulu, Deandra.”Deg Deg DegBelum sempat Deandra menjawab, jari tangan Marco mengelus bibirnya, Marco mendekat dan akan mencium Deandra.Tok Tok TokSuara pintu ruangan Marco terdengar.Menggagalkan lagi ciuman Marco pada Deandra.Deandra langsung berdiri dari pangkuan Marco dan langsung membereskan berkas-berkas yang ada di meja Marco.Marco pun merapikan bajunya.“Masuk !”Ternyata Mahendra lah yang mengetuk pintu.“Pak Mahendra sudah kembali?” tanya Deandra.“Iya terimakasih, Deandra, sudah menggantikanku sebentar.”“Tak apa, sudah tugasku juga.”Mahendra melihat Marco, nampak terlihat seperti yang sedang kesal.“Apa aku mengganggu kalian?” tanya Mahendra dengan santainya.“Tidak ! hanya saja bisa kah kau keluar agak lama?”jawab Marco.Mahendra tersenyum.“Baik, bos, maaf telah menganggu kalian.”“Tidak, pak Mahendra, anda tindak menganggu.” ucap Deandra dengan raut muka malu.“Aku permisi.”Deandra berlalu pergi, tak ingin percakapan itu berlanjut.Marco hanya tersenyum melihat kekasih hatinya itu pergi dari ruangannya.Mahendra memperhatikannya.“Tan kau benar ! Kayanya akan ada sesuatu terjadi antara Marco dan Deandra.” batin Mahendra ingin cepat bertemu sahabatnya, Nathan.***Marco dan Deandra tetap bekerja secara profesional, pertemuan dengan klien pun berakhir sukses. Deandra yang cekatan, Marco yang pandai dalam berbisnis itu menjadi perpaduan yang sangat luar biasa.Terlebih mood Marco sudah kembali bahkan lebih baik, pernyataan cinta Deandra padanya membuat hatinya sangat tenang walau pun Deandra adalah kekasih Devin.Untung saja perusahaan Marco dan Devin bukan di bidang yang sama, Devin di bidang property dan Marco di bidang Tekstil. Tidak terbayang jika perusahaan mereka di bidang yang sama, entah apa yang terjadi pada Devin karena Marco tidak akan diam saja.Waktu menunjukan jam pulang.“Dra, pulang dengan siapa?” tanya Mahendra.“Aku naik taxy biasa, pak.”“Tidak bersama dengan Pak Bos?”“Ti-dak pak masa iya dengan pak Marco.”“Oh iya lagian Marco tadi bilang ada acara dengan Katrina.”Deandra terdiam sejenak.“Baiklah pak, saya pulang dulan ya.” ucap Deandra dan berlalu pergi.“Deandra Deandra sudah dibilang Katrina itu tidak akan pernah lepas dari Pak Marco !” batin Deandra dengan raut muka sedih.Hatinya hampa kembali, Deandra melamun di dalam taxy.***“Co, ada apa? tidak biasanya kau mengajakku makan malam, perlu bantuan lagi?” tanya Katrina, saat ini mereka sedang berada di restoran mewah sebuah hotel ternama di Jakarta.“Aku ingin kau berbicara dengan Deandra.”Katrina mengerutkan dahinya.“Kenapa? apa rencana kemarin gagal? padahal aku sudah beracting sangat sempurna” tanya Katrina.“Tidak, aku hanya ingin kau menjelaskan pada Deandra” jawab Marco.“Menjelaskan apa? hmmm apa dia cemburu?”“Hanya menjelaskan kau bukan kekasihku”“Gampang Co tenang saja, lagian kan kita memang bukan kekasih” ucap Deandra sambil meminum koktail.“Jangan bicara yang aneh-aneh kau tahu Deandra gadis baik-baik”“Iya-iya Deandramu itu memang baik hati Co, kau berhenti menjadi playboy bukannya karena dia”“Ya Deandra memang merubah ku segalanya”“Kau teramat mencintainya Co, tapi apa kau kenal Devin, Co?”Marco terdiam mendengar nama itu.“Kau tahu ya, Co?” tanya Katrina.“Kau tahu dia kekasih Deandra?” tanya Katrina lagi.“Ya” jawab Marco singkat.“Devin CEO Yudistira Grup Co, dia hebat sepertimu, sainganmu itu cukup berat”Marco terdiam.“Aku tahu, tapi dia tidak membahagiakan Deandra, Rin.”“Setahuku Devin sangat bucin pada Deandra hanya saja memang Devin itu sangat tidak bisa dengan satu wanita.”“Kau mengenalnya Rin?”“Kenal, aku pernah bertemu dengannya, dia patner mantan ku Co.”“Dia tampan, keren dan idaman wanita.”Marco terdiam.“Tapi tetap kau nomor satu dimataku Co, untuk Deandra bagiku kau lebih baik.” ucap Deandra sambil tersenyum.“Jangan bilang, kau berbicara seperti itu karena kau sudah diberi imbalan tas kemarin.”Katrina sedikit tertawa.“Tidak juga, aku juga berhutang budi pada Deandra, Co, aku ingin yang terbaik untuknya.”“Aku ingat betapa dia membelaku dulu, Co.”Tiba-tiba datang seorang gadis dengan baju sexy menghampiri mereka.“Hai ! Kau Marco kan? Marco Baskoro?”***“Kau siapa?!” Katrina yang menjawab sapaan gadis itu.“Aku tidak bertanya padamu !” ucap gadis itu dengan ketus.Katrina membalasnya dengan mendelikan matanya.“Marco ini aku, Davina ! kau ingat?”Marco terdiam dan mencoba mengingat gadis yang sama sekali tidak dia ingat itu.“Hei, aku mantanmu kelas 3 SMP Marco, coba kau ingat-ingat.” gadis itu mendesak Marco mengingatnya.Marco mantan playboy mana ingat mantan-mantan pacarnya kecuali Katrina yang memang pacar pertama sekaligus sahabat perempuannya sekarang.“Mungkin kau lupa karena penampilanku sekarang yang dewasa bukan, aku nampak sexy bukan sekarang.” ucap Davina dengan genitnya.“Kalo Marco tidak ingat tidak usah dipaksa !” Katrina membalas ucapan Davina.Davina hanya mendelikan matanya pada Katrina.Obrolan terpotong karena Davina mendapat telpon masuk.“Halo Devin sayang.”Mendengar nama itu Marco langsung menyimak.“Iya tak apa sayang, kau hati-hati di Jepang ya, tunggu aku di sana, see you my love.” Percakapan Davina dan se
Pagi yang cerah, Deandra pergi ke kantor diantar Mamih Anita hari ini.Mamih Anita bukan pekerja kantoran, dia ibu rumah tangga namun anak dari Konglomerat ternama. Pagi ini, dia ada acara arisan pagi bersama teman-teman konglomeratnya, jadi sekalian mengantarkan Deandra, Mamih Anita memang kadang membawa mobilnya sendiri tanpa memakai supir.“Mih, makasih banyak ya.” ucapnya sambil turun dari mobil.“Yah sayang, semangat kerjanya ya, semoga kamu bisa secepatnya bergabung dengan Yudistira Grup.” Deandra hanya tersenyum.“Hati-hati ya, mih.”“Iya, bye sayang.”Mamih Anita pun pergi melaju dengan mobil BMW Series 5 warna merah nya."Diantar siapa?" suara bariton kesukaan Deandra terdengar.Deandra sedang berdiri menungu lift."Pagi Pak, saya di antar Ibu Anita, Pak, teman dekat ibu saya.”“Bukan calon mertuamu?” tanya Marco.Deandra terdiam dan langsung mengalihkan pembicaraan.“Bapak datang lebih awal?""Ya aku ingin segera pergi ke kantor""Saya kira bapak akan datang siang, menginga
“Lagi-lagi ada yang menganggu !” batin Marco.Deandra tidak kalah kaget, yang lebih ditakutkan Deandra yang mengetuk jendela mobil adalah orangnya Devin. “Semoga bukan Bram atau Rio” Batin Deandra. Bram dan Rio adalah orang kepercayaan Devin.Marco membuka kaca mobilnya."Selamat malam, Pak'""Malam." jawab Marco."Wah, maaf ternyata, Pak Marco." ucap lelaki itu yang ternyata adalah polisi yang sedang berpatroli."Syukurlah, hanya Pak Polisi." batin Deandra.Marco mengerutkan dahinya."Maaf, Pak, mungkin bapak tidak kenal saya, tapi atasan saya di kantor sering membicarakan, bapak." ucap Pak Polisi itu."Siapa nama atasan nya?" tanya Marco."Pak Priyatna Wiryatama, Pak.""Oh, dia memang teman saya waktu SMA, sampaikan salam saya padanya.""'Baik, Pak, pastinya akan saya sampaikan.""Hanya saja, saya hanya ingin mengingatkan, Pak, di sini tertera tanda untuk dilarang parkir, Pak,"Marco dan Deandra langsung melihat tanda tersebut yang memang baru mereka sadari."Terimakasih, Pak, maaf
Deandra masih terdiam dengan pertanyaan, lelaki itu.“Tidak apa, Deandra, jangan kau takut padaku.”Lelaki itu adalah Bram, salah satu orang kepercayaan Devin.“Aku hanya di perintahkan, Bos Devin, untuk melihatmu, katanya kau tidak menjawab teleponnya, sejak tadi.”“Maafkan, aku, Bram, tadi a-ku da-ri…”“Tidak usah, di lanjutkan, Dra ! aku paham, kau pun perlu kebebasan.”Deandra terdiam.“Aku tidak akan bilang pada Devin kau habis dari luar, aku akan bilang padanya bahwa kau sudah tidur.”“Bram, tapi mengapa?” tanya Deandra.“Aku hanya kasian padamu, Dra, nikmatilah kebebasanmu, saat Devin berada di luar negeri.” jawab Bram.“Aku akan menunggumu hingga selesai membersihkan diri dan pergi tidur, aku perlu fotomu untuk bukti pada Devin.” ucap Bram lagi.“Terimakasih, Bram.”Deandra langsung pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya, dia berusaha secepat mungkin.Deandra sudah selesai membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Dia lalu berpura-pura tertidur di tempat tidur hanya u
Deandra seperti biasa sudah berada di mejanya, meskipun jam mulai kerja masih 30 menit lagi.Dia berharap Marco sudah pulang hari ini. Handphone nya berdering, panggilan dari Nathan. "Hallo, Pak, ada yang bisa saya bantu?" "Dra, Pak Marco masih belum masuk hari ini, tolong infokan lagi Divisi Perencanaan ya, Dra.""Baik, Pak.""Terimakasih, Deandra.""Sama-sama, Pak." Telepon pun terputus.Deandra menarik nafas, harapannya bertemu Marco, hapuslah sudah. Satu pesan masuk ke handphone Deandra. Dia segera membukanya, berharap itu dari Marco. "Malam ini makan malam bersamaku sayang, berdandanlah yang cantik" Ternyata sebuah pesan dari Devin.Deandra hanya bisa menarik nafasnya lagi, dia harus mengerjakan pekerjaan nya dengan cepat, jika terlambat makan malam, Devin pasti akan marah. *** "Kenapa kau berbicara seperti itu mengenai atasan Deandra, Rio?" tanya Devin."Waktu di Jepang, aku melihat atasan Nona Deandra dan ayahnya berbicara dengan klien kita, bos""Aku takut, mereka aka
“Pagi, Pak Sandi.”“Pagi, Deandra.”Sandi merasa aneh pagi ini, Deandra tidak menyapa bos besar yang berada di depannya, dia hanya menyapa dirinya saja.Dan bos besar sama cueknya dengan Deandra, dia berlalu masuk keruangannya, membuat Sandi merasa penasaran.“Sungguh berani seorang Deandra.” batin Sandi.“Bagaimana desain terbarunya apa sudah, di produksi ?” tanya Marco.“Sudah pak, semua aman terkendali, saat ini saya sedang koordinasi dengan bagian promosi.” jawab Sandi“Oke, kerja bagus.”“Saya akan focus di promosi nantinya, Pak.”“Oke, lanjutkanlah.”“Pak, maaf sebelumnya, apa Pak Bos sedang bertengkar dengan Deandra ?” Sandi berusaha memberanikan diri saking penasarannya.“Bukan urusanmu !” Marco mulai menjawabnya dengan bahasa jerman.Membuat jantung Sandi berhenti berdetak, dia salah besar menanyakan itu.“Maaf pak, kalo begitu saya ijin kerja kembali, Pak Bos” Sandi pun berlalu pergi, dia masih syok berat jika Bos nya itu sudah mengeluarkan bahasa Jerman.Marco terdiam, dia d
Deandra gelisah pagi ini.Untuk pergi ke kantor pun dia bimbang.Ucapannya pada Marco malam itu, sangat diluar nalarnya.Profesional! ya Deandra harus tetap pergi ke kantor dan bekerja seperti biasanya.Nathan tidak memberi info apapun tentang Marco, dia hanya memberitahu, jika ada hal penting atau jika ada klien, dia mengarahkan untuk di alihkan ke ruangannya.Marco tidak masuk kantor sudah beberapa hari dan Nathan yang menangani semua pekerjaan Marco, juga Nathan mempunyai sekretarisnya sendiri jadi tidak membutuhkan bantuan Deandra.“Sepertinya dirimu memang bermasalah, Deandra!” ucapnya pada diri sendiri, mengingat betapa kesepiannya dia tanpa kehadiran Marco.Pekerjaan Deandra tidak terlalu banyak saat ini karena ketidakhadiran Marco.Dia hanya merapikan file, membalas email dan bahkan dia bisa minum santai di pantri kantor.“Aku tidak pernah secemburu ini pada pria.” batin Deandra sambil melamun.“Bu, Deandra!” seorang wanita mengagetkan Deandra.“Maaf, bu, Mira, mengagetkan ibu
Deandra sangat merindukan Marco.Sampai-sampai dia sering melamun dan sering ditegur oleh Devin.“Sayang, ada apa denganmu?! Kau sedang memikirkan apa?”“Tidak, Vin, aku hanya sedikit lelah.”“Apa bosmu itu memporsir dirimu?” tanya Devin.Deandra mengerutkan dahi.“Aku takut bosmu yang gila kerja itu memperkejakanmu layaknya kerja Rodi !” ucap Devin lagi dengan nada sedikit emosi.“Tidak, Vin, Pak Marco tidak seperti itu, dia begitu baik, Vin, aku lelah bukan masalah pekerjaan.”“Lalu apa?” tanya Devin.Deandra hanya terdiam.“Sudah lah ! memang kau tak pernah mau terbuka padaku !”“Kau kadang membuat ku kesal ! Deandra !”Devin mulai meninggikan nada bicaranya.“Bukan seperi itu, Vin, a-ku …” ucap Deandra dengan sedikit gemetar.“Sudah lah ! aku pergi ! aku malas berbicara denganmu !”Devin pun pergi, watak Devin sepertinya sudah kembali lagi, perlakuan manisnya kemarin ternyata tidak berlaku lama.***Deandra hampir gila memikirkan Marco, sudah seminggu Marco tidak masuk kerja. Dan