Deandra tidak pergi ke toilet, namun dia pergi ke lorong dekat toilet, dia tertunduk saking malunya mengingat perkataannya tadi pada Marco.
Seorang pria mendekati Deandra lalu memegang bahu Deandra oleh tangan kirinya dan satu tangannya lagi memegang tembok, seolah mengunci Deandra agar tidak pergi kemana pun."Kau benar-benar mencintaiku?" lagi-lagi suara bariton merdu itu membuat hatinya berdebar tak menentu.Deandra menatap Marco dengan tatapan penuh cinta. Ya pria itu adalah Marco."Lihat mataku, apa terlihat ada kebohongan disana?" ucap Deandra.Marco terdiam.“Aku begitu mencintaimu sampai hatiku sakit.” ucap Deandra lagi sambil memegang dadanya.Tangan Marco berpindah dari bahu Deandra ke bibir Deandra, dia mengusap nya seolah Deandra tidak harus melanjutkan perkataannya barusan.Marco mendekatkan bibirnya, Marco hendak mencium Deandra.“DEANDRA SALIM ! DIMANA KAU ?!” suara Devin itu menggema di telinga Deandra.“Pak, maaf saya harus pergi.” Deandra buru-buru pergi ke sumber suara.Marco hanya memejamkan mata dan mengepalkan tangannya.“Sialan kau, Devin !”Deandra menghampiri Devin yang sudah mabuk parah.“Pergi kemana saja kau, bitch?!” tanya Devin.“Aku hanya pergi ke toilet sebentar.”“Jangan bohong kau ! Kau ingin pergi dariku kan ?!” seru Devin dengan mendorong bahu Deandra.“Kau sudah mabuk parah, ayo kita pulang, Vin.” Deandra mendekat dan memapah Devin.“Kau tau aku sangat mencintaimu bukan?”“Iya, Vin.”“Kau tak akan meninggalkanku kan, bitch?”Deandra terdiam sambil berjalan memapah Devin keluar dari club itu.“Jawab Deandra !” seru Devin.“Iya, Vin.”“Anak pintar.” ucap Devin sambil mengelus rambut Deandra.Deandra sudah biasa dengan sikap Devin yang seperti ini, bukan kali pertama pula Devin mengajak Deandra ke club dan seperti hari ini Deandra hanya menyaksikan Devin dengan para wanitanya.Deandra memesan taksi dan mereka pun pergi dari club dengan di saksikan Marco yang mengepal tangannya dan memukul tembok.“Dasar bajingan !” umpat Marco.***Marco dan Devin memang tidak saling mengenal, Marco hanya tahu bahwa Devin adalah CEO dari Yudistira Grup yang mempunyai karir mentereng, dia jenius dan sukses menjadi CEO di usia muda sama seperti Marco. Dan Devin hanya tahu bahwa Marco adalah CEO dari Baskoro Grup yang sekarang adalah bos kekasihnya, Deandra.Marco bukan tipe laki-laki kepo yang ingin tahu urusan orang lain, tapi melihat perlakuan Devin pada Deandra itu membuatnya sangat geram dan membuatnya ingin mengetahui siapa itu Devin Yudistira yang sebenarnya.Hari libur yang biasanya dia pakai untuk bersantai dan berolahraga pun, hari ini dia putuskan untuk mencari tahu tentang Devin, ingin rasanya dia menghubungi Deandra menanyakan keadaannya hanya terhalang karena dia ingat karakter Devin yang begitu mengekangnya."Bagaimana Tan, apa ada info mengenai si Devin itu?" tanya Marco pada Nathan."Menurut data yang saya baca jika disimpulkan, Deandra menjadi kekasih Devin setelah PT Salim Sejahtera di akuisisi oleh Yudistira Grup.""Sudah kuduga, Deandra memang terpaksa bersama Devin.” ucap Marco.Marco jadi membayangkan betapa tersiksanya Deandra bersama Devin melihat sekilas kemarin bagaimana perlakuan Devin pada Deandra, Marco sudah menyimpulkannya.“Deandra.” gumam Marco sambil menutup matanya membayangkan kekasih hatinya itu."Aku begitu mencintaimu." batinnya lagi.***Deandra sedikit bernafas lega, pasalnya Devin yang semalam mabuk parah tidak akan menganggunya hari ini. Deandra sayang terhadap Devin namun dia menganggap Devin seperti kakaknya sendiri tidak lebih. Hati Deandra memang sudah terkunci pada Marco sejak dulu.Deandra jadi teringat kejadian malam saat dia mengungkapkan perasaannya pada Marco seperti dulu.Untungnya hari ini hari libur, jadi dia setidaknya tidak bertemu dengan Marco untuk dua hari ke depan."Apa yang kau katakan semalam sangat memalukan Deandra !" ucapnya sambil menghadap cermin."Kau memang selalu tidak bisa menahan perasaanmu ! bahkan selalu saja kau ungkapkan !" ucapnya lagi pada dirinya sendiri.Deandra menarik nafasnya."Aku hanya tak ingin Pak Marco menjauh lagi dariku." batin Deandra sambil meratapi nasibnya."Aku begitu mencintaimu." batinnya lagi.Hari sabtu ini, akan Deandra gunakan untuk merawat dirinya juga menenangkan hati dan pikirannya sebelum hari minggu tiba.Hari minggu dia harus menemani Devin seperti biasa, minggu ini jadwal Devin adalah bermain Golf, dia harus bersiap-siap menjadi pembantu Devin lagi, ya Devin selalu memperlakukan Deandra seperti itu. Devin sering mengungkapkan bahwa dia sangat mencintai Deandra namun karena perlakuannya itu, Deandra sama sekali tak percaya dengan ungkapannya.***Waktu berjalan begitu cepat, saatnya kembali bekerja.Devin ada agenda ke Jepang untuk 2 minggu ke depan dan berangkat di Minggu malam, tentu saja sudah jelas Deandra yang akan menyiapkan semua keperluannya, harusnya Devin merasa beruntung mempunyai kekasih seperti Deandra.Untungnya Deandra tidak telat datang bekerja hari ini, dia hanya tidak datang pagi-pagi seperti biasanya."Selamat pagi""Se-lamat pa-gi, Pak Marco." ucap Deandra sedikit terbata karena terkejut Marco menyapanya terlebih dahulu.Mahendra yang selalu di mendampingi Marco pun tersenyum kepada Deandra.Mereka masuk keruangan CEO."Syukurlah, mood pak Marco sudah kembali." batin Deandra."Mungkin karena sudah bertemu lagi dengan Katrina, Pak Marco kembali ceria" batinnya lagi.Deandra masih belum sadar bahwa mood Marco berubah bukan karena Katrina melainkan oleh dirinya. Deandra hanya takut terbawa perasaan oleh Marco sehingga dia tidak mau kepedean menganggap Marco mencintainya."Dra, kau dipanggil keruangan, bos." ucap Mahendra."Ku titip bosku ya, aku ada keperluan sebentar." ucap Mahendra lagi."iya baik, pak"Jantung Deandra bergemuruh dengan hebatnya, dia sebenarnya masih belum siap bertemu dengan Marco mengingat malam itu saat dia mengungkapkan perasaannya pada Marco.Deandra memberanikan diri keruangan CEO itu.Tok tok tok"Pak aku ijin masuk." seru Deandra."Masuk lah."Jantung Deandra masih berdegup kencang malah semakin kencang."Ada yang bisa saya bantu, pak?""Apa saja agenda ku hari ini?""Agenda bapak hari i-ni." Deandra mendadak lupa agenda Marco hari ini."Hari i-ni bapak.""Kenapa? Kau lupa?" tanya Marco, dia tidak marah melainkan dia sedikit tertawa."Maaf Pak saya lupa, sebentar saya akan mengecek nya lagi." ucap Deandra dia hendak ke mejanya untuk melihat lagi agenda Marco hari ini."Tidak usah Deandra, kemari mendekatlah." ucap Marco.Deandra terdiam sejenak. Marco menyuruhnya mendekat, posisi Marco memang dia sedang duduk di kursi kerjanya.Deandra perlahan berjalan menuju Marco."Duduklah di sini." ucap Marco sambil menunjuk pahanya.***Deandra dengan jantung yang berdegup kencang berjalan menuju Marco.“Tak salah pak Marco menyuruhku duduk di pangkuannya.” batin Deandra.Saat di hadapan Marco Deandra terdiam.“Tak apa duduklah di sini, aku ingin lebih dekat denganmu.”Deandra masih diam terpaku.Tangan kekar merangkul tangan Deandra dengan lembutnya, Marco menarik Deandra ke pangkuannya.Deandra kini berada dipangkuan Marco dengan posisi membelakanginya.“Kau tidak merindukanku, Deandra?” Marco bertanya tepat langsung di belakang telinga Deandra dan pertanyaan Marco itu semakin membuat jantungnya berdegup kencang.“Apa bapak sedang mabuk?”“Tidak, Deandra, aku bukan orang yang gampang mabuk”“Kenapa bapak tiba-tiba seperti ini?”“Kau tak ingin mendengar jawabannya dengan melihat mataku?”“Bagaimana caranya? melihat matanya saja aku tidak sanggup, apalagi posisi nya begini, aduh!” batin Deandra.“Kenapa diam?” Hening.“Kenapa? apa perasaanmu berubah? apa yang malam itu hanya kebohongan?”“Tidak pak !” ucap Deandra s
“Kau siapa?!” Katrina yang menjawab sapaan gadis itu.“Aku tidak bertanya padamu !” ucap gadis itu dengan ketus.Katrina membalasnya dengan mendelikan matanya.“Marco ini aku, Davina ! kau ingat?”Marco terdiam dan mencoba mengingat gadis yang sama sekali tidak dia ingat itu.“Hei, aku mantanmu kelas 3 SMP Marco, coba kau ingat-ingat.” gadis itu mendesak Marco mengingatnya.Marco mantan playboy mana ingat mantan-mantan pacarnya kecuali Katrina yang memang pacar pertama sekaligus sahabat perempuannya sekarang.“Mungkin kau lupa karena penampilanku sekarang yang dewasa bukan, aku nampak sexy bukan sekarang.” ucap Davina dengan genitnya.“Kalo Marco tidak ingat tidak usah dipaksa !” Katrina membalas ucapan Davina.Davina hanya mendelikan matanya pada Katrina.Obrolan terpotong karena Davina mendapat telpon masuk.“Halo Devin sayang.”Mendengar nama itu Marco langsung menyimak.“Iya tak apa sayang, kau hati-hati di Jepang ya, tunggu aku di sana, see you my love.” Percakapan Davina dan se
Pagi yang cerah, Deandra pergi ke kantor diantar Mamih Anita hari ini.Mamih Anita bukan pekerja kantoran, dia ibu rumah tangga namun anak dari Konglomerat ternama. Pagi ini, dia ada acara arisan pagi bersama teman-teman konglomeratnya, jadi sekalian mengantarkan Deandra, Mamih Anita memang kadang membawa mobilnya sendiri tanpa memakai supir.“Mih, makasih banyak ya.” ucapnya sambil turun dari mobil.“Yah sayang, semangat kerjanya ya, semoga kamu bisa secepatnya bergabung dengan Yudistira Grup.” Deandra hanya tersenyum.“Hati-hati ya, mih.”“Iya, bye sayang.”Mamih Anita pun pergi melaju dengan mobil BMW Series 5 warna merah nya."Diantar siapa?" suara bariton kesukaan Deandra terdengar.Deandra sedang berdiri menungu lift."Pagi Pak, saya di antar Ibu Anita, Pak, teman dekat ibu saya.”“Bukan calon mertuamu?” tanya Marco.Deandra terdiam dan langsung mengalihkan pembicaraan.“Bapak datang lebih awal?""Ya aku ingin segera pergi ke kantor""Saya kira bapak akan datang siang, menginga
“Lagi-lagi ada yang menganggu !” batin Marco.Deandra tidak kalah kaget, yang lebih ditakutkan Deandra yang mengetuk jendela mobil adalah orangnya Devin. “Semoga bukan Bram atau Rio” Batin Deandra. Bram dan Rio adalah orang kepercayaan Devin.Marco membuka kaca mobilnya."Selamat malam, Pak'""Malam." jawab Marco."Wah, maaf ternyata, Pak Marco." ucap lelaki itu yang ternyata adalah polisi yang sedang berpatroli."Syukurlah, hanya Pak Polisi." batin Deandra.Marco mengerutkan dahinya."Maaf, Pak, mungkin bapak tidak kenal saya, tapi atasan saya di kantor sering membicarakan, bapak." ucap Pak Polisi itu."Siapa nama atasan nya?" tanya Marco."Pak Priyatna Wiryatama, Pak.""Oh, dia memang teman saya waktu SMA, sampaikan salam saya padanya.""'Baik, Pak, pastinya akan saya sampaikan.""Hanya saja, saya hanya ingin mengingatkan, Pak, di sini tertera tanda untuk dilarang parkir, Pak,"Marco dan Deandra langsung melihat tanda tersebut yang memang baru mereka sadari."Terimakasih, Pak, maaf
Deandra masih terdiam dengan pertanyaan, lelaki itu.“Tidak apa, Deandra, jangan kau takut padaku.”Lelaki itu adalah Bram, salah satu orang kepercayaan Devin.“Aku hanya di perintahkan, Bos Devin, untuk melihatmu, katanya kau tidak menjawab teleponnya, sejak tadi.”“Maafkan, aku, Bram, tadi a-ku da-ri…”“Tidak usah, di lanjutkan, Dra ! aku paham, kau pun perlu kebebasan.”Deandra terdiam.“Aku tidak akan bilang pada Devin kau habis dari luar, aku akan bilang padanya bahwa kau sudah tidur.”“Bram, tapi mengapa?” tanya Deandra.“Aku hanya kasian padamu, Dra, nikmatilah kebebasanmu, saat Devin berada di luar negeri.” jawab Bram.“Aku akan menunggumu hingga selesai membersihkan diri dan pergi tidur, aku perlu fotomu untuk bukti pada Devin.” ucap Bram lagi.“Terimakasih, Bram.”Deandra langsung pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya, dia berusaha secepat mungkin.Deandra sudah selesai membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Dia lalu berpura-pura tertidur di tempat tidur hanya u
Deandra seperti biasa sudah berada di mejanya, meskipun jam mulai kerja masih 30 menit lagi.Dia berharap Marco sudah pulang hari ini. Handphone nya berdering, panggilan dari Nathan. "Hallo, Pak, ada yang bisa saya bantu?" "Dra, Pak Marco masih belum masuk hari ini, tolong infokan lagi Divisi Perencanaan ya, Dra.""Baik, Pak.""Terimakasih, Deandra.""Sama-sama, Pak." Telepon pun terputus.Deandra menarik nafas, harapannya bertemu Marco, hapuslah sudah. Satu pesan masuk ke handphone Deandra. Dia segera membukanya, berharap itu dari Marco. "Malam ini makan malam bersamaku sayang, berdandanlah yang cantik" Ternyata sebuah pesan dari Devin.Deandra hanya bisa menarik nafasnya lagi, dia harus mengerjakan pekerjaan nya dengan cepat, jika terlambat makan malam, Devin pasti akan marah. *** "Kenapa kau berbicara seperti itu mengenai atasan Deandra, Rio?" tanya Devin."Waktu di Jepang, aku melihat atasan Nona Deandra dan ayahnya berbicara dengan klien kita, bos""Aku takut, mereka aka
“Pagi, Pak Sandi.”“Pagi, Deandra.”Sandi merasa aneh pagi ini, Deandra tidak menyapa bos besar yang berada di depannya, dia hanya menyapa dirinya saja.Dan bos besar sama cueknya dengan Deandra, dia berlalu masuk keruangannya, membuat Sandi merasa penasaran.“Sungguh berani seorang Deandra.” batin Sandi.“Bagaimana desain terbarunya apa sudah, di produksi ?” tanya Marco.“Sudah pak, semua aman terkendali, saat ini saya sedang koordinasi dengan bagian promosi.” jawab Sandi“Oke, kerja bagus.”“Saya akan focus di promosi nantinya, Pak.”“Oke, lanjutkanlah.”“Pak, maaf sebelumnya, apa Pak Bos sedang bertengkar dengan Deandra ?” Sandi berusaha memberanikan diri saking penasarannya.“Bukan urusanmu !” Marco mulai menjawabnya dengan bahasa jerman.Membuat jantung Sandi berhenti berdetak, dia salah besar menanyakan itu.“Maaf pak, kalo begitu saya ijin kerja kembali, Pak Bos” Sandi pun berlalu pergi, dia masih syok berat jika Bos nya itu sudah mengeluarkan bahasa Jerman.Marco terdiam, dia d
Deandra gelisah pagi ini.Untuk pergi ke kantor pun dia bimbang.Ucapannya pada Marco malam itu, sangat diluar nalarnya.Profesional! ya Deandra harus tetap pergi ke kantor dan bekerja seperti biasanya.Nathan tidak memberi info apapun tentang Marco, dia hanya memberitahu, jika ada hal penting atau jika ada klien, dia mengarahkan untuk di alihkan ke ruangannya.Marco tidak masuk kantor sudah beberapa hari dan Nathan yang menangani semua pekerjaan Marco, juga Nathan mempunyai sekretarisnya sendiri jadi tidak membutuhkan bantuan Deandra.“Sepertinya dirimu memang bermasalah, Deandra!” ucapnya pada diri sendiri, mengingat betapa kesepiannya dia tanpa kehadiran Marco.Pekerjaan Deandra tidak terlalu banyak saat ini karena ketidakhadiran Marco.Dia hanya merapikan file, membalas email dan bahkan dia bisa minum santai di pantri kantor.“Aku tidak pernah secemburu ini pada pria.” batin Deandra sambil melamun.“Bu, Deandra!” seorang wanita mengagetkan Deandra.“Maaf, bu, Mira, mengagetkan ibu
Deandra masih memikirkan foto Rachel yang disimpan Nathan. “Mungkin masih ada sedikit harapan untuk Rachel, tapi tunggu! Rachel tidak boleh sepertiku, dia tidak boleh mempunyai dua kekasih.” ucap Deandra dalam hatinya, membuatnya tidak sadar sedari tadi dia melamun. “Apa yang membuatmu melamun, Deandra?” suara bariton pria yang sangat dirindukan membuyarkan pikirannya. “Pak Mar-co, maaf pak, saya tidak menyadari kehadiran bapak.” “Masuk keruanganku.” ucap Marco dengan suara lembut. Deandra mengangguk sambil tersenyum dan langsung mengikuti Marco pergi kedalam ruangannya. “Apa yang kau pikirkan perle?” ucap Marco tanpa basi basi. “Tidak ada, aku hanya merindukanmu.” ucap Deandra sambil mendekat kepada Marco. “Kau tidak bisa berbohong padaku.” Marco memandang Deandra dengan sedikit tajam. “Aku merindukanmu, itu benar! aku tidak berbohong, hanya saja memang ada sesuatu yang sedikit menganggu pikiranku.” “Apa itu?” “Ini tentang Rachel.” “Rachel? kenapa dia? apa t
Marco mengerutkan dahinya mendengar laporan dari Nathan.“Bos, Devin, bukan orang sembarangan, aku khawatir, pada akhirnya dia akan mengetahui hubungan bos dengan Deandra.”Marco terdiam lalu sudut bibirnya terangkat, dia tersenyum.“Aku sudah tahu resikonya, Tan, terimakasih kau telah mencemaskanku.”Nathan hanya diam, dia benar-benar mengkhawatirkan bosnya itu, namun kenyataannya bosnya itu tidak cemas sama sekali.Orang yang sedang dimabuk cinta, memang sulit untuk dinasehati, bukan?Marco memang beruntung memiliki dua sahabat sekaligus orang kepercayaan yang sangat setia padanya.Marco menjadi ingat kembali kisah persahabatannya bersama Nathan dan Mahendra.Jika dengan Nathan, Marco sudah mengenalnya sangat lama, sejak mereka berusia 4 tahun tepatnya, karena Nathan Pratama berasal dari kalangan yang setara dengan Marco, anak tajir dari lahir.Nathan pria tampan, dia putih dan beralis tebal layaknya orang arab, penuh karisma dan sangat cuek pada hal yang dianggapnya tidak penting.
“Apa kekasihku selama di sini merepotkanmu, Marco?” “Tidak, tentu saja tidak, kau tahu dia sangat membantu dalam pekerjaanku.” Devin tersenyum bangga mendengarnya. Saat ini mereka tengah breakfast di hotel tempat mereka menginap dan Deandra sedang memilih-milih makanan, jadi di meja hanya ada Marco dan Devin. “Deandra baru pertama pergi sejauh ini, bahkan ini ke New York, paling jauh mungkin hanya ke Jepang, aku jadi sangat mengkhawatirkannya.” “Itu hal yang wajar, Devin, jika aku jadi kau, aku akan melakukan hal yang sama.” Devin kembali tersenyum. Berbicara dengan Marco memang terasa nyambung dan menghibur. Di balik dua pria tampan yang sedang asyik berbincang itu, tidak sedikit wanita di sana melirik mereka berdua, menatap kagum pada kedua pria hot di sana. Anehnya Devin sedikit jaim alias jaga image di depan Marco, biasanya jika ada wanita yang menggoda, dia sedikitnya akan menggoda balik wanita itu, namun ini tidak! dia stay cool sama seperti Marco. Deandra
Deandra tampak kagum dengan setiap detail apartemen Rachel. Lihatlah interior mahal itu begitu memanjakan mata! Apartemen Rachel bernuansa rose gold lebih mengarah ke tema putri kerajaan, Rachel memang sangat feminim dan begitu menyukai princess. Rachel memang merombak seluruh apartemennya sesuai yang dia sukai. Anak konglomerat memang bebas melakukan apa yang mereka inginkan. “Aku serasa di kerajaan loh, Chel.” ucap Deandra. “Tentu dong! welcome to my kingdom.” ucap Rachel sambil tertawa. “Chel, kau masih menyimpan ini?” tanya Deandra sambil memperlihatkan sebuah foto berbingkai bunga berwarna pink. “Tentu saja, kalian sabahat terbaikku, kau tahu di sini aku tidak mempunyai teman, ya selain pacarku.” ucap Rachel sambil menunduk. “Kangen ya, dengan masa sekolah dulu.” ucap Deandra. “Ya tentu saja, Dra.” Tatapan mereka berubah sendu memandang salah satu wajah sahabat mereka. Deandra dan Rachel memang bersahabat sejak lama, bukan hanya mereka berdua sebenarny
Marco tidak mengikut sertakan Deandra dalam meeting bersama klien kali ini, Marco malah meminta Deandra menemani Rachel. Marco diam-diam mengkhawatirkan adik satu-satunya itu. “Dra, biasanya Bang Marco suka galak sama sekretarisnya, kalo padamu beda ya.” ucap Rachel sambil tersenyum menggoda Deandra. Saat ini mereka berada di cafe dekat universitasnya Rachel. “Mungkin karena aku sahabat dekat adiknya.” “Atau mungkin Bang Marco...” sambung Rachel. “Jangan berpikir yang aneh-aneh ya, Chel.” Deandra langsung memotong obrolan Rachel. Deandra memang menyembunyikan hubungannya dengan Marco. “Kau masih bersama Devin sang playboy tapi tampan dan panas itu?” “Tampan dan panas?” “Ya! kau tahu pacarmu itu mempunyai julukan di kalangan para wanita, tapi menurutku, Bang Marco juga tampan dan panas, benarkan?” tanya Rachel. Deandra jadi mengingat kegiatan panas mereka kemarin malam dan itu membuatnya kembali bergairah. “Hei! kenapa kau jadi melamun sih, Dra!” seru Rachel
Deandra termenung di kamar hotelnya. Deandra berada di hotel bintang 5 bersama Marco, dengan kamar yang berbeda namun bersebelahan. Dia masih memikirkan curhatan Rachel mengenai kisah cintanya, ternyata ada kisah cinta yang sama rumitnya dengan dirinya. Rachel Baskoro ternyata masih begitu mencintai Nathan Pratama, sahabat sekaligus orang kepercayaan Marco, kakak kandungnya. Ini menjadi tugas baru bagi Deandra, dia perlu memastikan perasaan Nathan sekarang, apa dia menghindar pergi ke New York karena masih mencintai Rachel atau malah sebaliknya, Deandra hanya perlu pelan-pelan membongkar perasaan Nathan. Dia bertekad membantu sahabatnya itu walau Rachel tidak memintanya. “Apa Marco mengetahui perasaan Rachel yang sesungguhnya?” tanya Deandra dalam hatinya. Mengingat Marco tipe kakak yang begitu peduli pada adiknya. “Aku harus memastikannya langsung.” batin Deandra lagi. Suara pintu terbuka menyadarkan lamunan Deandra. Dan itu Marco. Tentu mudah bagi Marco untu
Tidak ada yang lebih nikmat dan panas selain memadu kasih dengan orang yang di cintai, itulah yang di rasakan Marco dan Deandra saat ini, dimabuk cinta. Mereka masih asyik berciuman di ruangan kerja Marco dan sepertinya tidak akan berhenti jika tidak ada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya. Tok Tok Tok “Sepertinya tidak boleh melakukannya di kantor, melanggar kode etik.” bisik Deandra pada Marco. Marco tersenyum dan mengecup kening Deandra. “Masuk!” “Maaf, ijin, Pak, saya ingin menyampaikan ini.” seru Renata, sekretaris Nathan dengan memberikan sebuah map berwarna coklat. “Terimakasih, Re.” “Baik Pak, saya permisi, Pak Marco, Deandra.” Marco mengangguk dan Deandra hanya tersenyum manis. “Nathan tidak bisa ikut lagi.” ucap Marco sambil membaca surat dari map yang Renata berikan. Surat itu berisi permohonan ijin, jika Nathan tidak bisa ikut dinas, lusa nanti ke New York. “Ada apa, Pak?” tanya Deandra. “Ini Nathan, seperti biasa jika ke New York, dia sela
Deandra bersemangat pagi ini di kantor, dia sudah tidak sabar bertemu dengan kekasih hatinya, Marco Baskoro. Seperti biasa dia sudah stand by di mejanya. “Dra, kamu di tunggu di ruangan bu Nia, sekarang.” ucap seseorang pada Deandra. Deandra nampak terkejut mendengarnya, karena bu Nia adalah manager Divisi Human Capital. Pegawai yang dipanggil ke ruangannya tentu saja karena suatu hal, jika tidak naik pangkat bisa jadi akan di pecat. Deandra meneguk ludahnya. Dia tidak menyangka ijinnya satu hari kemarin berdampak pada karirnya, itu setidaknya yang Deandra pikirkan sekarang. Yang paling membuatnya sedih, jika dia dipecat, dia tidak bisa lagi bertemu dengan Marco, sang Bos yang menjadi alasan kuat dia berada di perusahaan ini. Deandra segera pergi menuju ruangan bu Nia dilantai 8 dengan perasaan merana. Tok tok tok “Masuk!” “Permisi, bu, ibu memanggil saya?” “Ya, masuk, Dra, duduk di sini.” ucap Bu Nia sambil menunjukan kursi yang tep
Deandra melamun di dalam kamar hotelnya. Sekali lagi Deandra tidak memikirkan Devin bersama jalangnya, tetapi untuk kesekian kalinya Deandra memikirkan Marco, sang kekasih keduanya dan Deandra sangat merindukannya. Hati Deandra memang tenang hanya jika bersama Marco. “Sedang apa kau di sana, My Hengst?” tanya Deandra di dalam hati. “Apa kau merindukanku juga?” batinnya lagi. Deandra mencoba menenangkan hatinya agar bisa tertidur malam ini. Marco membuatnya seperti orang yang sedang jatuh cinta kembali. Deandra mengecek handphonenya. Sebuah pesan masuk dan itu sayangnya bukan dari lelaki yang dia rindukan. “Besok pagi aku jemput, kita sarapan bersama sayang, maafkan aku, aku sangat merindukanmu.” Sebuah pesan dari Devin. Deandra menarik nafas, Devin berubah menjadi manis kembali. Kadang Deandra merasa bahwa Devin seperti mempunyai kepribadian ganda, Devin itu kadang manis seperti madu, kadang membahayakan seperti racun. *** “Apa ada kabar dari Deandra?” tanya Marco pada N