Deandra sangat merindukan Marco.Sampai-sampai dia sering melamun dan sering ditegur oleh Devin.“Sayang, ada apa denganmu?! Kau sedang memikirkan apa?”“Tidak, Vin, aku hanya sedikit lelah.”“Apa bosmu itu memporsir dirimu?” tanya Devin.Deandra mengerutkan dahi.“Aku takut bosmu yang gila kerja itu memperkejakanmu layaknya kerja Rodi !” ucap Devin lagi dengan nada sedikit emosi.“Tidak, Vin, Pak Marco tidak seperti itu, dia begitu baik, Vin, aku lelah bukan masalah pekerjaan.”“Lalu apa?” tanya Devin.Deandra hanya terdiam.“Sudah lah ! memang kau tak pernah mau terbuka padaku !”“Kau kadang membuat ku kesal ! Deandra !”Devin mulai meninggikan nada bicaranya.“Bukan seperi itu, Vin, a-ku …” ucap Deandra dengan sedikit gemetar.“Sudah lah ! aku pergi ! aku malas berbicara denganmu !”Devin pun pergi, watak Devin sepertinya sudah kembali lagi, perlakuan manisnya kemarin ternyata tidak berlaku lama.***Deandra hampir gila memikirkan Marco, sudah seminggu Marco tidak masuk kerja. Dan
Deandra memeluk Marco, pelukan yang begitu erat dan hangat.Marco membalas pelukan Deandra sama eratnya.Deandra bermaksud mengalihkan perkataan Marco terkait Devin.Namun Deandra salah menduga, Marco tetap menanyakan lagi hubungannya dengan Devin.“Kau tidak bisa melepaskannya?” tanya Marco dengan perlahan dan lembut melepaskan pelukannya pada Deandra“Pak, tidak semudah itu, aku melakukannya.” jawab Deandra.“Mengapa?” Deandra terdiam.Marco mengenggam tangan Deandra dan mengajaknya untuk duduk di sofa.“Berbicara lah padaku, apapun itu, Deandra.”Deandra menarik nafas dan mulai menceritakan dirinya.“Aku sangat berhutang budi pada keluarga Yudistira, Pak.”“Mereka membiaya semua kebutuhanku sejak orang tuaku tiada.”“Jika hanya karena itu, aku akan bayar semua yang pernah keluarga Yudistira keluarkan untukmu.”“Ini bukan masalah uang, Pak, bagi bapak yang belum pernah merasakan kesusahan, mungkin tidak akan mengerti.”Marco terdiam.“Saat itu aku begitu terpuruk dan tidak mempunya
Devin membuka jaketnya dan meletakannya di badan Deandra, saat ini Deandra tengah tertidur dirumah sakit tepat di samping ranjang Mamih Anita.“Apa dia kecapean merawat Mamih?” batin Devin.Memandang wajah kekasihnya, terkadang Devin menyesal akan perbuatannya pada Deandra, dia sadar bahwa dia tidak memperlakukannya dengan baik.Tapi entah mengapa dia selalu kesal pada Deandra jika keinginannya tidak di turuti, atau pun saat Deandra sibuk melamun dan Devin tidak tahu apa yang sebenarnya di pikirkan Deandra.“Aku begitu mencintaimu, Deandra.” ucap Devin sambil mengelus rambut Deandra.Elusan tangan Devin ternyata membuat Deandra terbangun dari tidurnya.“Vin, kau sudah pulang?” tanya Deandra sambil melirik Devin yang langsung menghentikan elusannya pada Deandra.“Baru saja sampai, kau pulang kerja langsung kesini?”“Iya, aku mengkhawatirkan Mamih.”“Ganti baju dulu, lalu istirahat, nanti kau bisa tidur di sofa.” ucap Devin.“Kau juga istirahat, Vin,”Tanpa menjawab, Devin langsung meme
Marco bukan terkejut dengan wanita yang memeluknya, tetapi dengan tatapan Deandra yang begitu tajam pada wanita itu. “Tenang saja, aku tidak genit, aku hanya merindukan teman lamaku.” ucap wanita cantik berbadan sexy itu. “Perkenalkan aku Jessica Soraya Haustin, aku pemilik restoran ini.” wanita itu mengulurkan tangannya pada Deandra. Deandra sedikit terkejut karena wanita itu ternyata pemilik restoran favorit dirinya dan Marco, namun dia masih kesal karena sebelah tangan wanita yang bernama Jessica itu masih menempel di badan Marco. “Aku, Deandra Salim, kekasih Marco Baskoro!” balas Deandra dengan menjabat tangan Jessica dengan penuh percaya diri. Jessica sedikit kaget dan langsung melepaskan pelukannya dari Marco. Saat itu Marco memang bukan tidak mau melepas pelukan wanita itu, tetapi Marco masih terpaku dengan pengakuan Deandra bahwa dia adalah kekasihnya. “Maafkan aku, aku tidak bermaksud merayu kekasihmu, aku hanya merindukannya.” ucap Jessica yang sengaja menggo
“Siapa yang datang malam-malam begini.” batin Marco. Deandra pun langsung membenarkan pakaiannya yang memang sudah terbuka sebagian. Marco mengecup kening Deandra lalu beranjak dan langsung melihat siapa yang berani-beraninya menganggu malam panas mereka. “Mahendra !” seru Marco. “Bos, maaf saya menganggu malam-malam begini, tapi ini sangat darurat, bos, apa Deandra bersama bos?” Marco terdiam sejenak. Untuk apa Mahendra menanyakan Deandra. “Kenapa Pak Mahendra mencari saya?” Deandra tiba-tiba muncul karena penasaran juga siapa yang bertamu malam-malam. Mahendra terlihat tidak enak menganggu mereka berdua. “Maaf sebelumnya, Dra, ini kabar dari Nathan, katanya ada yang datang ke apartemennya dan mencarimu.” Deandra langsung kaget dan ingat bahwa dia belum memberi kabar kepada Devin. “Siapa?!” seru Marco. “Maaf, Bos, namanya kalo ga salah, Bram, ya Bram, Bos.” jawab Mahendra. Deandra terdiam. “Dimana dia sekarang?” tanya Deandra. “Masih di apartemen Nath
Deandra melamun di dalam kamar hotelnya. Sekali lagi Deandra tidak memikirkan Devin bersama jalangnya, tetapi untuk kesekian kalinya Deandra memikirkan Marco, sang kekasih keduanya dan Deandra sangat merindukannya. Hati Deandra memang tenang hanya jika bersama Marco. “Sedang apa kau di sana, My Hengst?” tanya Deandra di dalam hati. “Apa kau merindukanku juga?” batinnya lagi. Deandra mencoba menenangkan hatinya agar bisa tertidur malam ini. Marco membuatnya seperti orang yang sedang jatuh cinta kembali. Deandra mengecek handphonenya. Sebuah pesan masuk dan itu sayangnya bukan dari lelaki yang dia rindukan. “Besok pagi aku jemput, kita sarapan bersama sayang, maafkan aku, aku sangat merindukanmu.” Sebuah pesan dari Devin. Deandra menarik nafas, Devin berubah menjadi manis kembali. Kadang Deandra merasa bahwa Devin seperti mempunyai kepribadian ganda, Devin itu kadang manis seperti madu, kadang membahayakan seperti racun. *** “Apa ada kabar dari Deandra?” tanya Marco pada N
Deandra bersemangat pagi ini di kantor, dia sudah tidak sabar bertemu dengan kekasih hatinya, Marco Baskoro. Seperti biasa dia sudah stand by di mejanya. “Dra, kamu di tunggu di ruangan bu Nia, sekarang.” ucap seseorang pada Deandra. Deandra nampak terkejut mendengarnya, karena bu Nia adalah manager Divisi Human Capital. Pegawai yang dipanggil ke ruangannya tentu saja karena suatu hal, jika tidak naik pangkat bisa jadi akan di pecat. Deandra meneguk ludahnya. Dia tidak menyangka ijinnya satu hari kemarin berdampak pada karirnya, itu setidaknya yang Deandra pikirkan sekarang. Yang paling membuatnya sedih, jika dia dipecat, dia tidak bisa lagi bertemu dengan Marco, sang Bos yang menjadi alasan kuat dia berada di perusahaan ini. Deandra segera pergi menuju ruangan bu Nia dilantai 8 dengan perasaan merana. Tok tok tok “Masuk!” “Permisi, bu, ibu memanggil saya?” “Ya, masuk, Dra, duduk di sini.” ucap Bu Nia sambil menunjukan kursi yang tep
Tidak ada yang lebih nikmat dan panas selain memadu kasih dengan orang yang di cintai, itulah yang di rasakan Marco dan Deandra saat ini, dimabuk cinta. Mereka masih asyik berciuman di ruangan kerja Marco dan sepertinya tidak akan berhenti jika tidak ada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya. Tok Tok Tok “Sepertinya tidak boleh melakukannya di kantor, melanggar kode etik.” bisik Deandra pada Marco. Marco tersenyum dan mengecup kening Deandra. “Masuk!” “Maaf, ijin, Pak, saya ingin menyampaikan ini.” seru Renata, sekretaris Nathan dengan memberikan sebuah map berwarna coklat. “Terimakasih, Re.” “Baik Pak, saya permisi, Pak Marco, Deandra.” Marco mengangguk dan Deandra hanya tersenyum manis. “Nathan tidak bisa ikut lagi.” ucap Marco sambil membaca surat dari map yang Renata berikan. Surat itu berisi permohonan ijin, jika Nathan tidak bisa ikut dinas, lusa nanti ke New York. “Ada apa, Pak?” tanya Deandra. “Ini Nathan, seperti biasa jika ke New York, dia sela