“Siapa yang datang malam-malam begini.” batin Marco. Deandra pun langsung membenarkan pakaiannya yang memang sudah terbuka sebagian. Marco mengecup kening Deandra lalu beranjak dan langsung melihat siapa yang berani-beraninya menganggu malam panas mereka. “Mahendra !” seru Marco. “Bos, maaf saya menganggu malam-malam begini, tapi ini sangat darurat, bos, apa Deandra bersama bos?” Marco terdiam sejenak. Untuk apa Mahendra menanyakan Deandra. “Kenapa Pak Mahendra mencari saya?” Deandra tiba-tiba muncul karena penasaran juga siapa yang bertamu malam-malam. Mahendra terlihat tidak enak menganggu mereka berdua. “Maaf sebelumnya, Dra, ini kabar dari Nathan, katanya ada yang datang ke apartemennya dan mencarimu.” Deandra langsung kaget dan ingat bahwa dia belum memberi kabar kepada Devin. “Siapa?!” seru Marco. “Maaf, Bos, namanya kalo ga salah, Bram, ya Bram, Bos.” jawab Mahendra. Deandra terdiam. “Dimana dia sekarang?” tanya Deandra. “Masih di apartemen Nath
Deandra melamun di dalam kamar hotelnya. Sekali lagi Deandra tidak memikirkan Devin bersama jalangnya, tetapi untuk kesekian kalinya Deandra memikirkan Marco, sang kekasih keduanya dan Deandra sangat merindukannya. Hati Deandra memang tenang hanya jika bersama Marco. “Sedang apa kau di sana, My Hengst?” tanya Deandra di dalam hati. “Apa kau merindukanku juga?” batinnya lagi. Deandra mencoba menenangkan hatinya agar bisa tertidur malam ini. Marco membuatnya seperti orang yang sedang jatuh cinta kembali. Deandra mengecek handphonenya. Sebuah pesan masuk dan itu sayangnya bukan dari lelaki yang dia rindukan. “Besok pagi aku jemput, kita sarapan bersama sayang, maafkan aku, aku sangat merindukanmu.” Sebuah pesan dari Devin. Deandra menarik nafas, Devin berubah menjadi manis kembali. Kadang Deandra merasa bahwa Devin seperti mempunyai kepribadian ganda, Devin itu kadang manis seperti madu, kadang membahayakan seperti racun. *** “Apa ada kabar dari Deandra?” tanya Marco pada N
Deandra bersemangat pagi ini di kantor, dia sudah tidak sabar bertemu dengan kekasih hatinya, Marco Baskoro. Seperti biasa dia sudah stand by di mejanya. “Dra, kamu di tunggu di ruangan bu Nia, sekarang.” ucap seseorang pada Deandra. Deandra nampak terkejut mendengarnya, karena bu Nia adalah manager Divisi Human Capital. Pegawai yang dipanggil ke ruangannya tentu saja karena suatu hal, jika tidak naik pangkat bisa jadi akan di pecat. Deandra meneguk ludahnya. Dia tidak menyangka ijinnya satu hari kemarin berdampak pada karirnya, itu setidaknya yang Deandra pikirkan sekarang. Yang paling membuatnya sedih, jika dia dipecat, dia tidak bisa lagi bertemu dengan Marco, sang Bos yang menjadi alasan kuat dia berada di perusahaan ini. Deandra segera pergi menuju ruangan bu Nia dilantai 8 dengan perasaan merana. Tok tok tok “Masuk!” “Permisi, bu, ibu memanggil saya?” “Ya, masuk, Dra, duduk di sini.” ucap Bu Nia sambil menunjukan kursi yang tep
Tidak ada yang lebih nikmat dan panas selain memadu kasih dengan orang yang di cintai, itulah yang di rasakan Marco dan Deandra saat ini, dimabuk cinta. Mereka masih asyik berciuman di ruangan kerja Marco dan sepertinya tidak akan berhenti jika tidak ada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya. Tok Tok Tok “Sepertinya tidak boleh melakukannya di kantor, melanggar kode etik.” bisik Deandra pada Marco. Marco tersenyum dan mengecup kening Deandra. “Masuk!” “Maaf, ijin, Pak, saya ingin menyampaikan ini.” seru Renata, sekretaris Nathan dengan memberikan sebuah map berwarna coklat. “Terimakasih, Re.” “Baik Pak, saya permisi, Pak Marco, Deandra.” Marco mengangguk dan Deandra hanya tersenyum manis. “Nathan tidak bisa ikut lagi.” ucap Marco sambil membaca surat dari map yang Renata berikan. Surat itu berisi permohonan ijin, jika Nathan tidak bisa ikut dinas, lusa nanti ke New York. “Ada apa, Pak?” tanya Deandra. “Ini Nathan, seperti biasa jika ke New York, dia sela
Deandra termenung di kamar hotelnya. Deandra berada di hotel bintang 5 bersama Marco, dengan kamar yang berbeda namun bersebelahan. Dia masih memikirkan curhatan Rachel mengenai kisah cintanya, ternyata ada kisah cinta yang sama rumitnya dengan dirinya. Rachel Baskoro ternyata masih begitu mencintai Nathan Pratama, sahabat sekaligus orang kepercayaan Marco, kakak kandungnya. Ini menjadi tugas baru bagi Deandra, dia perlu memastikan perasaan Nathan sekarang, apa dia menghindar pergi ke New York karena masih mencintai Rachel atau malah sebaliknya, Deandra hanya perlu pelan-pelan membongkar perasaan Nathan. Dia bertekad membantu sahabatnya itu walau Rachel tidak memintanya. “Apa Marco mengetahui perasaan Rachel yang sesungguhnya?” tanya Deandra dalam hatinya. Mengingat Marco tipe kakak yang begitu peduli pada adiknya. “Aku harus memastikannya langsung.” batin Deandra lagi. Suara pintu terbuka menyadarkan lamunan Deandra. Dan itu Marco. Tentu mudah bagi Marco untu
Marco tidak mengikut sertakan Deandra dalam meeting bersama klien kali ini, Marco malah meminta Deandra menemani Rachel. Marco diam-diam mengkhawatirkan adik satu-satunya itu. “Dra, biasanya Bang Marco suka galak sama sekretarisnya, kalo padamu beda ya.” ucap Rachel sambil tersenyum menggoda Deandra. Saat ini mereka berada di cafe dekat universitasnya Rachel. “Mungkin karena aku sahabat dekat adiknya.” “Atau mungkin Bang Marco...” sambung Rachel. “Jangan berpikir yang aneh-aneh ya, Chel.” Deandra langsung memotong obrolan Rachel. Deandra memang menyembunyikan hubungannya dengan Marco. “Kau masih bersama Devin sang playboy tapi tampan dan panas itu?” “Tampan dan panas?” “Ya! kau tahu pacarmu itu mempunyai julukan di kalangan para wanita, tapi menurutku, Bang Marco juga tampan dan panas, benarkan?” tanya Rachel. Deandra jadi mengingat kegiatan panas mereka kemarin malam dan itu membuatnya kembali bergairah. “Hei! kenapa kau jadi melamun sih, Dra!” seru Rachel
Deandra tampak kagum dengan setiap detail apartemen Rachel. Lihatlah interior mahal itu begitu memanjakan mata! Apartemen Rachel bernuansa rose gold lebih mengarah ke tema putri kerajaan, Rachel memang sangat feminim dan begitu menyukai princess. Rachel memang merombak seluruh apartemennya sesuai yang dia sukai. Anak konglomerat memang bebas melakukan apa yang mereka inginkan. “Aku serasa di kerajaan loh, Chel.” ucap Deandra. “Tentu dong! welcome to my kingdom.” ucap Rachel sambil tertawa. “Chel, kau masih menyimpan ini?” tanya Deandra sambil memperlihatkan sebuah foto berbingkai bunga berwarna pink. “Tentu saja, kalian sabahat terbaikku, kau tahu di sini aku tidak mempunyai teman, ya selain pacarku.” ucap Rachel sambil menunduk. “Kangen ya, dengan masa sekolah dulu.” ucap Deandra. “Ya tentu saja, Dra.” Tatapan mereka berubah sendu memandang salah satu wajah sahabat mereka. Deandra dan Rachel memang bersahabat sejak lama, bukan hanya mereka berdua sebenarny
“Apa kekasihku selama di sini merepotkanmu, Marco?” “Tidak, tentu saja tidak, kau tahu dia sangat membantu dalam pekerjaanku.” Devin tersenyum bangga mendengarnya. Saat ini mereka tengah breakfast di hotel tempat mereka menginap dan Deandra sedang memilih-milih makanan, jadi di meja hanya ada Marco dan Devin. “Deandra baru pertama pergi sejauh ini, bahkan ini ke New York, paling jauh mungkin hanya ke Jepang, aku jadi sangat mengkhawatirkannya.” “Itu hal yang wajar, Devin, jika aku jadi kau, aku akan melakukan hal yang sama.” Devin kembali tersenyum. Berbicara dengan Marco memang terasa nyambung dan menghibur. Di balik dua pria tampan yang sedang asyik berbincang itu, tidak sedikit wanita di sana melirik mereka berdua, menatap kagum pada kedua pria hot di sana. Anehnya Devin sedikit jaim alias jaga image di depan Marco, biasanya jika ada wanita yang menggoda, dia sedikitnya akan menggoda balik wanita itu, namun ini tidak! dia stay cool sama seperti Marco. Deandra