Share

Merindu

Deandra masih terdiam dengan pertanyaan, lelaki itu.

“Tidak apa, Deandra, jangan kau takut padaku.”

Lelaki itu adalah Bram, salah satu orang kepercayaan Devin.

“Aku hanya di perintahkan, Bos Devin, untuk melihatmu, katanya kau tidak menjawab teleponnya, sejak tadi.”

“Maafkan, aku, Bram, tadi a-ku da-ri…”

“Tidak usah, di lanjutkan, Dra ! aku paham, kau pun perlu kebebasan.”

Deandra terdiam.

“Aku tidak akan bilang pada Devin kau habis dari luar, aku akan bilang padanya bahwa kau sudah tidur.”

“Bram, tapi mengapa?” tanya Deandra.

“Aku hanya kasian padamu, Dra, nikmatilah kebebasanmu, saat Devin berada di luar negeri.” jawab Bram.

“Aku akan menunggumu hingga selesai membersihkan diri dan pergi tidur, aku perlu fotomu untuk bukti pada Devin.” ucap Bram lagi.

“Terimakasih, Bram.”

Deandra langsung pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya, dia berusaha secepat mungkin.

Deandra sudah selesai membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Dia lalu berpura-pura tertidur di tempat tidur hanya untuk Bram bisa memotretnya, bahwa dia sedang tidur.

Bram pun selesai mengirimkan foto pada Devin. Bos nya itu memang menunggu kabar tentang Deandra.

Bram pun pamit untuk pulang.

Deandra menemaninya sampai pintu apartemen.

"Jangan lupa kau ganti kode aksesnya, hanya pria brengsek yang memberikan kode akses kekasihnya kepada pria lain." ucap Bram sebelum pergi.

"Ya, terima-kasih Bram." ucap Deandra yang sedikit kaget karena Bram secara tidak langsung menyebut Devin, pria yang brengsek.

Deandra pun kembali ke tempat tidurnya, kali ini dia benar-benar akan tidur.

Sebelum tidur dia mengingat kembali ucapan Marco yang bilang dia akan melindunginya, itu membuatnya berdesir, membuatnya tidak sabar bertemu kembali dengan Marco, aroma tubuh Marco pun masih bisa dia ingat hingga saat ini.

***

"Pagi, Deandra."

"Pagi, Pak Nathan."

"Dra, Pak Bos mendadak dinas ke Jepang, Pak Ferdinan ayahnya membutuhkannya, disana."

"Untuk rapat dengan klien, nanti bisa dialihkan ke ruanganku ya, Dra."

"Baik, Pak."

Nathan memang wakil CEO dari Marco. Nathan pun kembali pergi ke ruangannya yang berada satu lantai di bawah, ruangan Marco.

Deandra langsung memberi tahu klien dan beberapa Divisi yang terlibat rapat hari ini.

Deandra menarik nafasnya, padahal dia sudah rindu dengan bosnya itu. Wangi aroma tubuh Marco masih terngiang di benaknya. Dan tidak mungkin Marco di Jepang hanya sebentar. Dia hanya bisa menunggunya kembali pulang.

***

Seminggu berlalu.

Deandra asyik bersantai karena hari ini hari libur dan dia sedang mencoba beberapa baju yang baru dia beli. Dia memang bukan tipe wanita yang hobi berbelanja, dia hanya berbelanja ketika sedang dibutuhkan saja.

Cekrek !

Pintu Apartemennya ada yang membuka, Deandra segera melihat siapa yang datang dan membawa sapu, dia takut karena siapa yang tahu kode akses barunya, mengingat Deandra memang sudah mengganti kode akses apartemennya.

"Hai, sayang."

"De-vin." ucap Deandra dan menjatuhkan sapu yang dia pegang, ya siapa lagi orang yang tau kode akses apartemennya.

"Kau mengira aku maling ?!"

"Maaf, Vin, aku hanya takut."

"Kemarilah, kau tak ingin memelukku, sayang."

Deandra pun menghampiri Devin dan memeluknya.

"Ini aroma, Marco." batin Deandra.

"Kau membeli parfum baru, Vin?" tanya Deandra sambil melepaskan pelukannya.

"Ya, harum bukan, kau suka?"

"Lumayan." jawab Deandra singkat, dia mengingat Marco.

"Aku juga bawakan parfum untukmu, parfum kesukaanmu seperti biasa, kau tidak suka berganti parfum, bukan."

"Ya, Terimakasih, Devin."

"Hanya terimakasih?" ucap Devin dan mendekat pada Deandra.

"Aku sangat merindukanmu." ucap Devin.

"Bohong ! Aku tahu kau bersama wanita di Jepang, Devin." batin Deandra.

Devin lalu mencium bibir Deandra.

Deandra menghirup aroma yang semakin tercium jelas itu. Aroma yang tidak bisa dia lupakan minggu-minggu ini. Deandra menutup matanya, dia membalas lumatan ciuman Devin, dia membayangkan bahwa itu adalah Marco, Deandra begitu merindukannya.

Didalam hati Devin, dia begitu sangat senang karena Deandra membalas ciumannya dengan penuh gairah.

Ciuman mereka cukup lama selama 10 menit, sepertinya itu akan sangat lama jika saja Devin tidak melepaskan ciumannya karena yang di bawah sana mulai menegang.

"Kau begitu merindukanku, ya." suara Devin itu menyadarkan Deandra.

Deandra membuka matanya dan menerima kenyataan jika yang didepannya itu adalah Devin bukan Marco.

Deandra hanya tersenyum lembut, menjawab ucapan Devin tadi.

"Maaf yah sayang aku tidak bisa lama di sini, apalagi menginap, mamih akan marah besar padaku, jika aku baru pulang dan menginap di apartemenmu."

"Ya, tak apa, Vin."

"Mamih sangat menyayangimu, makanya aku tidak boleh terlalu malam atau sampai menginap di tempatmu."

"Mamih takut aku macam-macam padamu."

"Ya, Vin, Aku mengerti."

"Lanjutlah, istirahat yah sayang, aku pergi dulu." Devin pun pergi dengan mencium kening Deandra.

"Kau berbohong lagi, Vin ! aku tahu kau sering menginap di hotel bersama wanita-wanitamu dan aku selalu dijadikan alibi untuk Mamih Anita !" batin Deandra.

***

"Bos, anda terlihat sangat senang, apa kita dapat proyek besar ?" tanya Rio.

"Lebih dari itu !" jawab Devin sambil tersenyum.

Devin lalu membayangkan ciuman panas kemarin malam bersama Deandra, itu yang menjadi alasan mood nya hari ini sangat berbeda.

Devin Yudistira, sudah kembali bekerja di kantornya hari ini, selepas dari Jepang. Mood nya keliatan sedang bagus bahkan lebih dari bagus, dia menyapa seluruh karyawan, daebak !

"Bos, ada Davina menunggu di lobi." tiba-tiba Bram masuk ke ruangan Devin.

"Mau apa lagi dia, apa dia tidak puas bersamaku di Jepang." ucap Devin.

"Suruh resepsionis mengusirnya, aku sedang tidak mood dengannya." ucap Devin lagi.

"Baik, bos."

Bram lalu menelpon resepsionis perusahaan.

"Bos, Davina tetap tidak mau pergi, katanya dia tetap akan menunggu, Bos."

"Keras kelapa !" seru Devin.

"Rio, tolong kau yang usir Davina, biasanya dia sedikit nurut padamu."

"Baik, bos."

Rio langsung menelepon Davina, karena Rio sendiri sebenarnya malas jika berhadapan langsung dengan Davina.

"Aman, bos, dia sudah pergi." ucap Rio.

"Bagus."

"Oh ya, tolong siapkan makan malam romantis untukku dan Deandra."

Bram dan Rio saling bertatapan.

"Makan malam, bos? dengan Nona Deandra?" tanya Rio untuk meyakinkan.

"Iya ! tolong siapakan seromantis mungkin."

"Baik, Bos." ucap Rio dan Bram kompak.

Rio dan Bram memang sedikit aneh, karena baru pertama Devin mengajak makan malam romantis bersama Deandra.

"Bos, mengenai nona Deandra, sepertinya bos harus berhati-hati dengan atasannya nona Deandra !"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status