“Pagi, Pak Sandi.”“Pagi, Deandra.”Sandi merasa aneh pagi ini, Deandra tidak menyapa bos besar yang berada di depannya, dia hanya menyapa dirinya saja.Dan bos besar sama cueknya dengan Deandra, dia berlalu masuk keruangannya, membuat Sandi merasa penasaran.“Sungguh berani seorang Deandra.” batin Sandi.“Bagaimana desain terbarunya apa sudah, di produksi ?” tanya Marco.“Sudah pak, semua aman terkendali, saat ini saya sedang koordinasi dengan bagian promosi.” jawab Sandi“Oke, kerja bagus.”“Saya akan focus di promosi nantinya, Pak.”“Oke, lanjutkanlah.”“Pak, maaf sebelumnya, apa Pak Bos sedang bertengkar dengan Deandra ?” Sandi berusaha memberanikan diri saking penasarannya.“Bukan urusanmu !” Marco mulai menjawabnya dengan bahasa jerman.Membuat jantung Sandi berhenti berdetak, dia salah besar menanyakan itu.“Maaf pak, kalo begitu saya ijin kerja kembali, Pak Bos” Sandi pun berlalu pergi, dia masih syok berat jika Bos nya itu sudah mengeluarkan bahasa Jerman.Marco terdiam, dia d
Deandra gelisah pagi ini.Untuk pergi ke kantor pun dia bimbang.Ucapannya pada Marco malam itu, sangat diluar nalarnya.Profesional! ya Deandra harus tetap pergi ke kantor dan bekerja seperti biasanya.Nathan tidak memberi info apapun tentang Marco, dia hanya memberitahu, jika ada hal penting atau jika ada klien, dia mengarahkan untuk di alihkan ke ruangannya.Marco tidak masuk kantor sudah beberapa hari dan Nathan yang menangani semua pekerjaan Marco, juga Nathan mempunyai sekretarisnya sendiri jadi tidak membutuhkan bantuan Deandra.“Sepertinya dirimu memang bermasalah, Deandra!” ucapnya pada diri sendiri, mengingat betapa kesepiannya dia tanpa kehadiran Marco.Pekerjaan Deandra tidak terlalu banyak saat ini karena ketidakhadiran Marco.Dia hanya merapikan file, membalas email dan bahkan dia bisa minum santai di pantri kantor.“Aku tidak pernah secemburu ini pada pria.” batin Deandra sambil melamun.“Bu, Deandra!” seorang wanita mengagetkan Deandra.“Maaf, bu, Mira, mengagetkan ibu
Deandra sangat merindukan Marco.Sampai-sampai dia sering melamun dan sering ditegur oleh Devin.“Sayang, ada apa denganmu?! Kau sedang memikirkan apa?”“Tidak, Vin, aku hanya sedikit lelah.”“Apa bosmu itu memporsir dirimu?” tanya Devin.Deandra mengerutkan dahi.“Aku takut bosmu yang gila kerja itu memperkejakanmu layaknya kerja Rodi !” ucap Devin lagi dengan nada sedikit emosi.“Tidak, Vin, Pak Marco tidak seperti itu, dia begitu baik, Vin, aku lelah bukan masalah pekerjaan.”“Lalu apa?” tanya Devin.Deandra hanya terdiam.“Sudah lah ! memang kau tak pernah mau terbuka padaku !”“Kau kadang membuat ku kesal ! Deandra !”Devin mulai meninggikan nada bicaranya.“Bukan seperi itu, Vin, a-ku …” ucap Deandra dengan sedikit gemetar.“Sudah lah ! aku pergi ! aku malas berbicara denganmu !”Devin pun pergi, watak Devin sepertinya sudah kembali lagi, perlakuan manisnya kemarin ternyata tidak berlaku lama.***Deandra hampir gila memikirkan Marco, sudah seminggu Marco tidak masuk kerja. Dan
Deandra memeluk Marco, pelukan yang begitu erat dan hangat.Marco membalas pelukan Deandra sama eratnya.Deandra bermaksud mengalihkan perkataan Marco terkait Devin.Namun Deandra salah menduga, Marco tetap menanyakan lagi hubungannya dengan Devin.“Kau tidak bisa melepaskannya?” tanya Marco dengan perlahan dan lembut melepaskan pelukannya pada Deandra“Pak, tidak semudah itu, aku melakukannya.” jawab Deandra.“Mengapa?” Deandra terdiam.Marco mengenggam tangan Deandra dan mengajaknya untuk duduk di sofa.“Berbicara lah padaku, apapun itu, Deandra.”Deandra menarik nafas dan mulai menceritakan dirinya.“Aku sangat berhutang budi pada keluarga Yudistira, Pak.”“Mereka membiaya semua kebutuhanku sejak orang tuaku tiada.”“Jika hanya karena itu, aku akan bayar semua yang pernah keluarga Yudistira keluarkan untukmu.”“Ini bukan masalah uang, Pak, bagi bapak yang belum pernah merasakan kesusahan, mungkin tidak akan mengerti.”Marco terdiam.“Saat itu aku begitu terpuruk dan tidak mempunya
Devin membuka jaketnya dan meletakannya di badan Deandra, saat ini Deandra tengah tertidur dirumah sakit tepat di samping ranjang Mamih Anita.“Apa dia kecapean merawat Mamih?” batin Devin.Memandang wajah kekasihnya, terkadang Devin menyesal akan perbuatannya pada Deandra, dia sadar bahwa dia tidak memperlakukannya dengan baik.Tapi entah mengapa dia selalu kesal pada Deandra jika keinginannya tidak di turuti, atau pun saat Deandra sibuk melamun dan Devin tidak tahu apa yang sebenarnya di pikirkan Deandra.“Aku begitu mencintaimu, Deandra.” ucap Devin sambil mengelus rambut Deandra.Elusan tangan Devin ternyata membuat Deandra terbangun dari tidurnya.“Vin, kau sudah pulang?” tanya Deandra sambil melirik Devin yang langsung menghentikan elusannya pada Deandra.“Baru saja sampai, kau pulang kerja langsung kesini?”“Iya, aku mengkhawatirkan Mamih.”“Ganti baju dulu, lalu istirahat, nanti kau bisa tidur di sofa.” ucap Devin.“Kau juga istirahat, Vin,”Tanpa menjawab, Devin langsung meme
Marco bukan terkejut dengan wanita yang memeluknya, tetapi dengan tatapan Deandra yang begitu tajam pada wanita itu. “Tenang saja, aku tidak genit, aku hanya merindukan teman lamaku.” ucap wanita cantik berbadan sexy itu. “Perkenalkan aku Jessica Soraya Haustin, aku pemilik restoran ini.” wanita itu mengulurkan tangannya pada Deandra. Deandra sedikit terkejut karena wanita itu ternyata pemilik restoran favorit dirinya dan Marco, namun dia masih kesal karena sebelah tangan wanita yang bernama Jessica itu masih menempel di badan Marco. “Aku, Deandra Salim, kekasih Marco Baskoro!” balas Deandra dengan menjabat tangan Jessica dengan penuh percaya diri. Jessica sedikit kaget dan langsung melepaskan pelukannya dari Marco. Saat itu Marco memang bukan tidak mau melepas pelukan wanita itu, tetapi Marco masih terpaku dengan pengakuan Deandra bahwa dia adalah kekasihnya. “Maafkan aku, aku tidak bermaksud merayu kekasihmu, aku hanya merindukannya.” ucap Jessica yang sengaja menggo
“Siapa yang datang malam-malam begini.” batin Marco. Deandra pun langsung membenarkan pakaiannya yang memang sudah terbuka sebagian. Marco mengecup kening Deandra lalu beranjak dan langsung melihat siapa yang berani-beraninya menganggu malam panas mereka. “Mahendra !” seru Marco. “Bos, maaf saya menganggu malam-malam begini, tapi ini sangat darurat, bos, apa Deandra bersama bos?” Marco terdiam sejenak. Untuk apa Mahendra menanyakan Deandra. “Kenapa Pak Mahendra mencari saya?” Deandra tiba-tiba muncul karena penasaran juga siapa yang bertamu malam-malam. Mahendra terlihat tidak enak menganggu mereka berdua. “Maaf sebelumnya, Dra, ini kabar dari Nathan, katanya ada yang datang ke apartemennya dan mencarimu.” Deandra langsung kaget dan ingat bahwa dia belum memberi kabar kepada Devin. “Siapa?!” seru Marco. “Maaf, Bos, namanya kalo ga salah, Bram, ya Bram, Bos.” jawab Mahendra. Deandra terdiam. “Dimana dia sekarang?” tanya Deandra. “Masih di apartemen Nath
Deandra melamun di dalam kamar hotelnya. Sekali lagi Deandra tidak memikirkan Devin bersama jalangnya, tetapi untuk kesekian kalinya Deandra memikirkan Marco, sang kekasih keduanya dan Deandra sangat merindukannya. Hati Deandra memang tenang hanya jika bersama Marco. “Sedang apa kau di sana, My Hengst?” tanya Deandra di dalam hati. “Apa kau merindukanku juga?” batinnya lagi. Deandra mencoba menenangkan hatinya agar bisa tertidur malam ini. Marco membuatnya seperti orang yang sedang jatuh cinta kembali. Deandra mengecek handphonenya. Sebuah pesan masuk dan itu sayangnya bukan dari lelaki yang dia rindukan. “Besok pagi aku jemput, kita sarapan bersama sayang, maafkan aku, aku sangat merindukanmu.” Sebuah pesan dari Devin. Deandra menarik nafas, Devin berubah menjadi manis kembali. Kadang Deandra merasa bahwa Devin seperti mempunyai kepribadian ganda, Devin itu kadang manis seperti madu, kadang membahayakan seperti racun. *** “Apa ada kabar dari Deandra?” tanya Marco pada N