Share

108

"Tenang, aku minta maaf, harusnya kau beritahu aku Syifa..."

"Aku harus bagaimana Mas, aku dilema, rasa iba dan peduli kurang mengalahkan ego dan keinginanku untuk tidak usah memperhatikan orang lain selain diri sendiri."

"Aku mengerti, tolong jangan sedih."

"Aku hanya kecewa," ucapku lirih, Aku kemudian berusaha menghapus air mata agar orang-orang yang kebetulan lewat di sana tidak menyaksikan keadaan itu.

"Ayo kita pergi."

"Iya, ayo pergi, aku tidak akan ke sini lagi meski Mas Widi bersujud di kakiku."

"Ayo," jawabnya.

*

Mas Adrian mengantarku ke rumah, menyerahkan diri ini pada ibu yang sudah gelisah menunggu di gerbang. Tiap kali selalu begitu kalau aku pulang kantor melebihi jam kerja Bunda selalu menunggu dengan gelisah di gerbang rumah.

"Terima kasih sudah antar anak ibu."

"Iya, Bun, anak bunda telat hari ini karena ia habiskan sebagian waktunya untuk menolong orang lain Adrian sangat bangga padanya."

"Benarkah?"

"Hari ini Syifa sudah menuntaskan semua tugas-tugasnya, kini, ia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status