Share

111

"Jadi, kapan kau akan menikah?" tanyanya dengan suara yang getir. Aku tahu, mendengarkan perkataanku adalah kepahitan yang ingin dia hindari. Dulu dia pernah begitu menghangatkan hariku tapi tiba-tiba dengan garangnya ia pergi demi wanita lain, ironis sekali.

"Dua Minggu lagi, di tanggal dua puluh September," jawabku santai.

"Oh, saat cuacanya sedang bagus."

"Iya, semoga keadaan mendukung. Baiklah, kalau begitu, aku pergi dulu." Membuka pintu mobil dan hendak naik ke atasnya.

"Eh, tunggu."

"Ada apa lagi?"

"Seperti yang kau tahu kalau aku sudah jatuh miskin. Aku mau kehilangan teman-teman dan keluarga, yang kumiliki hanya ibu dan ayah yang kini sama-sama sakit."

"Jadi?"

"Uhm, Aku sangat malu karena mendengarkan perkataan Dinda dan tidak bertanya lebih dulu padamu, Aku menyesal menyalahkanmu dengan mempermalukanmu di hadapan calon suamimu, maukah kau tetap berteman denganku."

"Aku tidak berniat memutuskan silaturahmi, tapi ada baiknya, kita tidak berjumpa lagi, mengingat aku juga haru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status