Aku masih terpikirkan tentang wajah sedih dan tangisan mas Widi di ujung lorong. Bahkan aku terus terus terpikirkan sampai sudah kembali di kamar dan keluargaku."Ada apa kau tercenung dan nampak tak fokus?" tanya Mas Adrian."Ah, tidak ada.""Apa karena kedatangan Widi tadi?" Sepertinya Mas Adrian menangkap ketidaknyamanan dari bertemu dengan mantan Suamiku itu. "Tidak juga, Mas.""Aku berharap agar kau selalu nyaman dan perilaku orang-orang di sekitar tidak mempengaruhimu," ucapnya sambil menepuk punggung tanganku, "kalau begitu aku pulang dulu.""Iya, Mas, hati hati, aku tidak akan terpengaruh dengan apapun.""Aku ingin sekali tetap di sini dan menjaga kalian, tapi, karena kita belum menikah jadi aku tidak punya alasan untuk seperti itu. Aku harus menjaga adab. Istirahatlah," ujar Mas Adrian yang kemudian berpamitan dan mengajak kedua orang tuanya pulang. *"Yah, aku rasa kita tidak perlu menunda pernikahan antara Adrian dan Syifa, anak itu sangat baik dan dia cocok jadi menan
Dua hari setelah itu.Setelah kejadian di Rumah Sakit mas Widi sempat mengirimkan pesan padaku yang minta maaf atas sikap dan ke aroganan istrinya. Dia minta maaf padaku dan Adrian. Kami bilang tak masalah.*"Bu, ada wanita yang tempo hari di kantornya Direktur! Dia mengendap-ngendap dari lobby utama dan memaksa masuk. Kami sudah mencegah, tapi dia bersi keras." Staf dari lobby utama naik ke lantai dua, mencari dan memberitahuku. Kebetulan aku sedang di ruang arsip saat itu. "Di mana wanita itu?" Aku tahu wanita yang dimaksud oleh staff ku itu adalah Dinda. Aku tak mengerti, Kenapa dia terus datang dan mengganggu kehidupan kami."Di ruangan direktur.""Apa Pak direkturnya ada?""Iya, Bu, kebetulan tadi ada tamu. Pak Adrian, lalu menyuruh kliennya untuk menunggu di ruang istirahat khusus kamu. "Astaga, kurang ajar sekali. Wanita itu datang di waktu yang tidak tepat tidak di saat Mas Adrian sedang menemui klien pentingnya. Dia pasti merangsek masuk dan mengoceh tidak karuan sehingga
Kami sudah berpindah dan tinggal di hotel 3 hari sebelum acara digelar, kami sengaja pindah lebih cepat untuk melakukan gladi resi untuk persiapan puncak acara. Aku juga jadi lebih mudah untuk mengawasi pemasangan dekorasi, memeriksa persiapan meja katering dan menempatkan segala sesuatu sesuai dengan keinginan dan arahanku.Malam sebelum puncak acara kami sekeluarga besar melakukan makan malam, berdoa untuk kelancaran acara, serta memastikan bahwa semua orang dalam keadaan fit dan sehat.*Pukul empat pagi tim MUA sudah datang. Mereka membangunkanku dan menyuruhku untuk segera mandi karena akan dirias dan disanggul. Sesudah mandi aku didudukkan kemudian mulai dirias, calon suamiku datang ke kamar sambil melakukan siaran langsung dan menyuruh diriku untuk tersenyum."Calon istriku, ayo tersenyum menghadap kamera," ucapnya sambil menggoda, orang-orang yang kebetulan sedang menyiapkan gaun dan keperluan pengantin dalam kamarku tertawa.Setelah selesai dirias dan dipakaikan pakaian a
Malam romantis kami berlangsung penuh makna dan susahnya pagi menyambut dan membuat diriku seakan berada dalam suasana baru yang lebih menyenangkan dan penuh cinta. Aku sangat bahagia."Apa kau sudah bangun?" tanya Mas Adrian yang berbaring di sisiku dan memandang wajah ini dengan lekat. Dia membelaiku, menyingkap anak rambut yang menutupi mata ini. "Ya, aku sudah bangun sejak tadi, mandi dan sholat subuh kemudian berbaring lagi di sisimu.""Aku senang karena sekarang sudah ada pendamping yang menghangatkan tidurku," ucapnya. Jarak antara wajahku dan wajahnya hanya beberapa senti saja."Senang juga memilikimu sebagai suami."Sekali lagi ia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mendaratkan sebuah kecupan yang hampir saja menempel sebelum tiba-tiba anak-anak mengetuk pintu.Tok tok.Aku dan Mas Adrian tersentak kaget lalu tertawa. Kami biarkan anak-anak yang mengetuk pintu masuk ke dalam ruangan kami."Om, bunda, kami mau pulang duluan dengan kakek dan nenek." "Oh, sungguhkah?""I
"Hei, apa kabar?"Aku berdiri sambil menggenggam tas belanja sementara anak-anak juga terdiam dan saling melirik satu sama lain."Apa kabar kalian," ucap Mas Widi dengan suara bergetar. Penampilannya terlihat lusuh, pakaian yang dulu dibeli olehku kini masih dikenakan olehnya alih alih dia pakai pakaian baru karena sudah menikah dengan wanita kaya. "Kami baik, tapi sepertinya kau tidak sedang baik baik saja? Apa yang kau lakukan di sini?""Ya, aku yakin Ayah tidak sedang bekerja di tempat ini, jadi kenapa ayah mengikuti kami?""Oh, mungkin aku salah, aku kebetulan lewat dekat sini dan tak sengaja melihat kalian.""Apa yang Ayah lakukan di sini?""Tidak ada, hanya sedang mencari pekerjaan.""Kenapa harus di sini keberadaan Ayah di sekitar sini? Keberadaan ayah akan membuat Bunda tidak nyaman," ucap Faris dengan tegas. Anak sulung itu menatap ayahnya dengan ekspresi datar. Bukan karena dia membencinya tapi aku menangkap sikap itu sebagai bentuk cara melindungi ibunya sendiri."Ayah
"Sudah berapa banyak kau menghabiskan uang perusahaan di bawah kepemimpinanmu, kami terus mengawasi pergerakan dan keputusanmu meski kami tidak punya hak. Kami adalah keluargamu dan kami tidak ingin melihatmu menghancurkan perusahaan yang dibangun ayah ibumu dengan susah payah!" Itu adalah ucapan keluargaku saat akhirnya mereka tahu kalau aku merugi akibat perbuatan mas Widi yang lalai. Aku dipanggil dan disidang di rumah kakekku, diomeli dan dipermalukan di depan keluarga dan sepupuku, di hadapan cucu cucu dari kakekku.Ya, aku merugi, aku nyaris pailit, aku harus mengganti enam miliar ke kantor polisi, ditambah aku merugi karena klinik yang menghabiskan biaya milyaran rupiah itu harus ditutup bahkan sebelum beberapa bulan beroperasi. Yayasan yang kudirikan untuk memberikan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat di daerah terpencil dan jauh dari akses terpaksa dibekukan oleh keputusan pemerintah. Semua ini adalah kesalahan Mas Widi yang tidak mampu membela dirinya atas tuduhan ma
*Terapi Electroconvulsive (ECT) atau terapi kejang listrik merupakan prosedur yang dilakukan di bawah anestesi umum. Dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik bertegangan kecil ke otak (lobus temporalis) untuk memicu kejang singkat. Terapi ECT dapat memicu perubahan kimia di otak yang dengan cepat dan siginifikan untuk memulihkan gejala kesehatan mental tertentu. Terapi ini menjadi pilihan untuk pasien ketika pengobatan lain tidak berhasil. Adapun beberapa kondisi mental yang mungkin bisa disembuhkan dengan terapi ini adalah, depresi berat yang disertai penyangkalan pada kenyataan, adanya kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri dan bunuh diri, menolak makan termasuk resistan terhadap obat dan perawatan, juga, mengobati fase euforia intens dan hiperaktif pada penderita bipolar. (Sumber: Klik Dokter.com )*****Entah berapa lama aku terbaring setelah terapi itu. Yang pasti aku tersadar oleh bunyi mesin alat kesehatan yang ada di sekitarku.Aku terbangun, merasa bingung dan
"Maaf, kami belum buka lowongan Pak.""Maaf, lain kali saja ya Pak, kami belum butuh pekerja.""Maaf Pak, sayang sekali, lowongannya sudah diambil orang lain karena anda terlambat datang."Itulah segelintir kata-kata dari beberapa orang yang menolak diriku. Menolak saat aku mengajukan lamaran untuk bekerja pada mereka. Saat lisensiku dicabut dan reputasi diri ini rusak, hampir seluruh kota mengenal dan menyisihkan diri ini. Aku diintimidasi dan dikucilkan.Aku pergi ke kantor Dinda untuk kesekian kalinya bicara pada wanita itu. Aku tidak mengerti kenapa dia menghindariku dan memasang barikade khusus agar aku tidak sampai mendekatinya. Aku 5 kali dihajar oleh pengawalnya bahkan nyaris patah tulang rusukku.Aku tidak menyerah pada istriku karena aku sudah mengambil komitmen untuk hidup dengannya, jadi, Aku ingin mempertahankan rumah tangga kami.Setidaknya, jika aku pernah membuat kesalahan di masa lalu maka aku tidak ingin mengulanginya di masa sekarang. Aku sudah meninggalkan dan men