Malam romantis kami berlangsung penuh makna dan susahnya pagi menyambut dan membuat diriku seakan berada dalam suasana baru yang lebih menyenangkan dan penuh cinta. Aku sangat bahagia."Apa kau sudah bangun?" tanya Mas Adrian yang berbaring di sisiku dan memandang wajah ini dengan lekat. Dia membelaiku, menyingkap anak rambut yang menutupi mata ini. "Ya, aku sudah bangun sejak tadi, mandi dan sholat subuh kemudian berbaring lagi di sisimu.""Aku senang karena sekarang sudah ada pendamping yang menghangatkan tidurku," ucapnya. Jarak antara wajahku dan wajahnya hanya beberapa senti saja."Senang juga memilikimu sebagai suami."Sekali lagi ia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mendaratkan sebuah kecupan yang hampir saja menempel sebelum tiba-tiba anak-anak mengetuk pintu.Tok tok.Aku dan Mas Adrian tersentak kaget lalu tertawa. Kami biarkan anak-anak yang mengetuk pintu masuk ke dalam ruangan kami."Om, bunda, kami mau pulang duluan dengan kakek dan nenek." "Oh, sungguhkah?""I
"Hei, apa kabar?"Aku berdiri sambil menggenggam tas belanja sementara anak-anak juga terdiam dan saling melirik satu sama lain."Apa kabar kalian," ucap Mas Widi dengan suara bergetar. Penampilannya terlihat lusuh, pakaian yang dulu dibeli olehku kini masih dikenakan olehnya alih alih dia pakai pakaian baru karena sudah menikah dengan wanita kaya. "Kami baik, tapi sepertinya kau tidak sedang baik baik saja? Apa yang kau lakukan di sini?""Ya, aku yakin Ayah tidak sedang bekerja di tempat ini, jadi kenapa ayah mengikuti kami?""Oh, mungkin aku salah, aku kebetulan lewat dekat sini dan tak sengaja melihat kalian.""Apa yang Ayah lakukan di sini?""Tidak ada, hanya sedang mencari pekerjaan.""Kenapa harus di sini keberadaan Ayah di sekitar sini? Keberadaan ayah akan membuat Bunda tidak nyaman," ucap Faris dengan tegas. Anak sulung itu menatap ayahnya dengan ekspresi datar. Bukan karena dia membencinya tapi aku menangkap sikap itu sebagai bentuk cara melindungi ibunya sendiri."Ayah
"Sudah berapa banyak kau menghabiskan uang perusahaan di bawah kepemimpinanmu, kami terus mengawasi pergerakan dan keputusanmu meski kami tidak punya hak. Kami adalah keluargamu dan kami tidak ingin melihatmu menghancurkan perusahaan yang dibangun ayah ibumu dengan susah payah!" Itu adalah ucapan keluargaku saat akhirnya mereka tahu kalau aku merugi akibat perbuatan mas Widi yang lalai. Aku dipanggil dan disidang di rumah kakekku, diomeli dan dipermalukan di depan keluarga dan sepupuku, di hadapan cucu cucu dari kakekku.Ya, aku merugi, aku nyaris pailit, aku harus mengganti enam miliar ke kantor polisi, ditambah aku merugi karena klinik yang menghabiskan biaya milyaran rupiah itu harus ditutup bahkan sebelum beberapa bulan beroperasi. Yayasan yang kudirikan untuk memberikan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat di daerah terpencil dan jauh dari akses terpaksa dibekukan oleh keputusan pemerintah. Semua ini adalah kesalahan Mas Widi yang tidak mampu membela dirinya atas tuduhan ma
*Terapi Electroconvulsive (ECT) atau terapi kejang listrik merupakan prosedur yang dilakukan di bawah anestesi umum. Dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik bertegangan kecil ke otak (lobus temporalis) untuk memicu kejang singkat. Terapi ECT dapat memicu perubahan kimia di otak yang dengan cepat dan siginifikan untuk memulihkan gejala kesehatan mental tertentu. Terapi ini menjadi pilihan untuk pasien ketika pengobatan lain tidak berhasil. Adapun beberapa kondisi mental yang mungkin bisa disembuhkan dengan terapi ini adalah, depresi berat yang disertai penyangkalan pada kenyataan, adanya kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri dan bunuh diri, menolak makan termasuk resistan terhadap obat dan perawatan, juga, mengobati fase euforia intens dan hiperaktif pada penderita bipolar. (Sumber: Klik Dokter.com )*****Entah berapa lama aku terbaring setelah terapi itu. Yang pasti aku tersadar oleh bunyi mesin alat kesehatan yang ada di sekitarku.Aku terbangun, merasa bingung dan
"Maaf, kami belum buka lowongan Pak.""Maaf, lain kali saja ya Pak, kami belum butuh pekerja.""Maaf Pak, sayang sekali, lowongannya sudah diambil orang lain karena anda terlambat datang."Itulah segelintir kata-kata dari beberapa orang yang menolak diriku. Menolak saat aku mengajukan lamaran untuk bekerja pada mereka. Saat lisensiku dicabut dan reputasi diri ini rusak, hampir seluruh kota mengenal dan menyisihkan diri ini. Aku diintimidasi dan dikucilkan.Aku pergi ke kantor Dinda untuk kesekian kalinya bicara pada wanita itu. Aku tidak mengerti kenapa dia menghindariku dan memasang barikade khusus agar aku tidak sampai mendekatinya. Aku 5 kali dihajar oleh pengawalnya bahkan nyaris patah tulang rusukku.Aku tidak menyerah pada istriku karena aku sudah mengambil komitmen untuk hidup dengannya, jadi, Aku ingin mempertahankan rumah tangga kami.Setidaknya, jika aku pernah membuat kesalahan di masa lalu maka aku tidak ingin mengulanginya di masa sekarang. Aku sudah meninggalkan dan men
Aku pulang ke rumah orang tuaku dengan sedikit uang yang diberikan olehnya. Dengan diantar oleh seorang sopir menggunakan mobil omnya, aku dipulangkan ke rumah ibuku.Sepanjang perjalanan aku tidak mampu menahan kesedihan dan sesak di dada namun aku berusaha untuk tidak menangis. Aku berusaha untuk menghalau air mata agar supir tidak melihat diri ini berkaca-kaca. Ada sensasi kesedihan dan penyesalan mendalam saat aku dibawa meluncur pergi dari rumah di indah dan diantarkan ke rumah orang tuaku. Aku tau persis aku pernah melakukan ini pada Syifa, aku mengusirnya dan memperlakukan dia dengan buruk. Aku tidak membiarkan dia membawa barang-barangnya atau berpamitan dulu pada anak-anak, meski pada akhirnya mereka berjumpa lagi. Aku menceraikannya dengan segala fitnah menyakitkan dan kini hukumannya berbalik padaku.Impianku, aku akan bahagia dengan Dinda dan fokus pada klinik kami. Aku tetap ingin menafkahi anak-anak, meski aku sempat tidak memberi mereka uang selama beberapa bulan, kar
Aku pulang ke rumah orang tuaku dengan sedikit uang yang diberikan olehnya. Dengan diantar oleh seorang sopir menggunakan mobil omnya, aku dipulangkan ke rumah ibuku.Sepanjang perjalanan aku tidak mampu menahan kesedihan dan sesak di dada namun aku berusaha untuk tidak menangis. Aku berusaha untuk menghalau air mata agar supir tidak melihat diri ini berkaca-kaca. Ada sensasi kesedihan dan penyesalan mendalam saat aku dibawa meluncur pergi dari rumah di indah dan diantarkan ke rumah orang tuaku. Aku tau persis aku pernah melakukan ini pada Syifa, aku mengusirnya dan memperlakukan dia dengan buruk. Aku tidak membiarkan dia membawa barang-barangnya atau berpamitan dulu pada anak-anak, meski pada akhirnya mereka berjumpa lagi. Aku menceraikannya dengan segala fitnah menyakitkan dan kini hukumannya berbalik padaku.Impianku, aku akan bahagia dengan Dinda dan fokus pada klinik kami. Aku tetap ingin menafkahi anak-anak, meski aku sempat tidak memberi mereka uang selama beberapa bulan, kare
Aku putus asa mencari pekerjaan untukku, mulai dari klinik sampai toko kelontong, semuanya menolakku. Mereka bilang mereka mengenalku, mereka takut mempekerjakan diri ini khawatir kalau-kalau aku akan lalai dan membuat mereka merugi. "Saya akan bekerja dengan baik, Pak.""Saya percaya, tapi saya tak butuh pekerja baru.""Saya tidak akan menyusahkan Pak."Lelaki itu tersenyum padaku lalu sekali lagi menggelengkan kepala dan minta maaf.Aku tetap berusaha menemui istriku, sesekali duduk di kedai kopi kesukaannya dan melihat dia dari jauh. Aku merindukannya tapi sulit sekali untuk mendekati wanita itu karena dia dikelilingi oleh para pengawal. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi sikapnya aneh sekali, meski kadang aku dan dia saling bertatapan tapi wanita itu seakan melihat diri ini seperti orang asing yang baru saja dia temui.*Teng!Aku memencet bel pintu mansion megah keluarga dinda. Rumah yang membentang dari jalan sepanjang seratus meter, bangunannya berlantai dua dan bergaya Er