"Apa maksudmu?""Aku akan memberitahumu apa yang kumaksud di tempat lain."Setelah mengatakan itu, Alaric pun berjalan ke bawah.Tangan besar pria itu memegang erat pergelangan tangan Florence. Langkah Alaric lebar, Florence ditarik hingga harus berlari kecil untuk menyeimbangi langkahnya."Kamu mau membawaku ke mana?""Pak Alaric, lepaskan aku!""Pak Alaric!"Tatapan Florence penuh kewaspadaan, dia memelototi punggung pria itu sambil meronta sekuat tenaga, tetapi masih tidak bisa melepaskan diri.Dia tidak tahu apa yang ingin Alaric lakukan. Mereka jelas setuju bahwa kesepakatannya hanya malam itu. Kenapa Alaric masih mengganggunya?Alaric mengabaikan Florence sepenuhnya. Dia terus melangkah maju sembari memegang pergelangan tangan Florence dengan erat.Mereka berdua menuruni tangga, kemudian berjalan menuju lobi. Cahaya di sekitar langsung menjadi redup, musik yang keras dan memekakkan telinga memenuhi telinga mereka."Alaric, kalau kamu nggak melepaskanku, aku akan melapor polisi!"
Di daerah meja bartender.Bryan minum segelas demi segelas. Sonia memegang lengan Bryan, kemudian duduk di sampingnya sembari berkata dengan penuh perhatian. "Kak Bryan, jangan minum. Kalau nggak, kamu akan mabuk.""Kenapa kamu memaksaku menikah? Apakah aku bahkan nggak punya hak untuk minum alkohol? Flo ...."Bryan mendorong Sonia menjauh, lalu menegak anggur. Di bawah cahaya, wajahnya yang tampan tampak lesu.Benak Bryan penuh dengan Florence. Florence yang dulu bersikap manja padanya, Florence yang tersenyum padanya, Florence yang bilang tidak menginginkannya lagi ....Flo-nya tidak menginginkannya lagi.Pikiran tersebut menyayat hati Bryan seperti pisau.Setelah menghabiskan anggur, Bryan meraih botol anggur yang ada di atas meja. Matanya berkedip, lalu dia tiba-tiba melihat seorang gadis yang sangat mirip Florence melintas. Dia sangat terkejut.Namun, ketika Bryan menoleh lagi, dia hanya melihat pria dan wanita yang menari, tidak ada lagi jejak Florence.Akan tetapi, sosok tadi sa
Alaric membawa Lamborghini hari ini.Interior mobil sport ini tidak terlalu luas.Di jok pengemudi, Alaric memeluk Florence. Dia menekan wanita mungil nan lembut itu ke setir, lalu mencium Florence habis-habisan.Di dalam mobil yang hening hanya terdengar suara kecupan dan lidah mereka yang bertautan, serta rengekan Florence sesekali.Florence terperangkap dalam pelukan Alaric. Tangan kecilnya menempel di dada pria itu. Dia terjebak antara setir di belakangnya dan dada panas Alaric di depannya. Napas Alaric menyelimutinya.Bibir Florence sangat sakit.Lepaskan dia.Bibir Florence dicium sehingga dia tidak dapat berbicara. Dia merasa akan kehabisan napas. Melihat Alaric masih menolak untuk melepaskannya, Florence pun tiba-tiba menggigit pria itu dengan kuat."Ugh!"Alaric mengerang, lalu mengernyit.Bau darah menyebar di antara bibir mereka. Alaric menghentikan ciumannya selama beberapa detik, kemudian tiba-tiba menjadi lebih ganas.Ciuman yang bercampur dengan bau alkohol dan darah itu
Pria dengan status tinggi selalu tahu cara mempermainkan hati dan memanfaatkan kelemahan orang.Bisa-bisanya Alaric mengancam Florence dengan Phoebe. Ekspresi Florence langsung berubah. "Kamu nggak boleh melakukan ini. Phoebe itu nggak sehat. Kalau kamu menjebloskannya kembali ke penjara, dia akan mati.""Kamu yang membunuhnya."Alaric menyerang Florence.Alaric sama sekali tidak peduli dengan hidup-matinya orang lain, dia hanya peduli pada kepentingannya sendiri. Selain itu, dia akan melakukan apa pun untuk mencapai tujuannya.Florence hampir menangis. Dia tidak menyangka dirinya akan berurusan dengan pria ini. "Kenapa aku?"Florence tidak mengerti. Dengan status Alaric, pria itu bisa mendapatkan wanita mana pun, kenapa Alaric harus mempersulitnya?Kenapa harus dirinya?Alaric menatap wajah Florence yang ada di dalam pelukannya. Florence memandangnya dengan mata berair. Matanya begitu murni, tak ternodai, begitu polos.Alaric ingin menghancurkannya.Mata Florence terlalu menarik bagi
Pria itu tertegun sejenak, lalu mengangkat alisnya. "Bagaimana kamu tahu kalau aku punya hubungan dengan Alaric?""Untuk orang sekelas kalian, aku hanya mengenal Alaric. Jadi aku menebak kalau kamu mencariku pasti karena dia, benar?"Pria itu memandang Florence, lalu tersenyum. "Kamu sangat pintar. Namaku Arnold Prescott, kakak kedua Alaric."Florence agak terkejut.Florence menduga bahwa pria ini adalah anggota Keluarga Prescott, tetapi dia tidak menyangka bahwa pria ini adalah tuan muda kedua dari Keluarga Prescott. Selain itu, ternyata tuan muda kedua dari Keluarga Prescott itu cacat.Ada apa dia mencari Florence?Florence berusaha tenang. Dia bertanya dengan ragu, "Ada apa kamu mencariku?"Arnold tidak bertele-tele dengan Florence. Dia mengeluarkan sebuah botol putih kecil, lalu meletakkannya di depan Florence. "Obat di dalamnya akan larut dalam air. Cari kesempatan untuk memasukkannya ke dalam air Alaric agar dia minum.""Ini ... untukmu."Kemudian Arnold menyerahkan selembar cek.
Jordan tahu bahwa Alaric sedang membicarakan Florence. Dia tampak terkejut.Bisa-bisanya Alaric menganggap Florence sebagai hewan peliharaannya. Dia jelas-jelas tahu bahwa Florence mungkin berbahaya baginya, tetapi dia masih ingin "memelihara" dan menjinakkan Florence.Kilat gelap melintas di mata Alaric. Dia melempar penanya, berdiri, kemudian mengambil jasnya, lalu melangkah keluar.Jordan mengikutinya. "Pak Alaric, mau ke mana?""Rumahnya."Alaric bahkan tidak menoleh, tetapi ekspresi Jordan berubah drastis. Dia bergegas menghentikan Alaric, kemudian berkata dengan nada serius. "Pak Alaric, Florence sangat berbahaya sekarang. Kamu nggak boleh mendekatinya.""Minggir," kata Alaric dengan datar."Pak Alaric!""Kenapa? Kamu nggak mau mendengarkan kata-kataku lagi?"Tatapan Alaric tiba-tiba menjadi sedikit berbahaya.Alaric telah memutuskan untuk pergi mencari Florence. Jordan tahu dia tidak bisa menghentikan bosnya itu, jadi dia tidak punya pilihan selain minggir.Wajah tampan Alaric t
Florence mengira Alaric ada masalah, jadi dia mendekat. Begitu dia tiba di sisi Alaric, pergelangan tangannya ditarik hingga dia jatuh ke pangkuan Alaric. Kemudian lengan pria itu memeluk pinggangnya.Ekspresi Florence berubah, dia hendak berdiri. "Pak Alaric, kamu bilang satu minggu ....""Tentang hal yang aku katakan kepadamu kemarin, bagaimana pertimbanganmu?"Alaric awalnya hanya ingin memeluk Florence, tetapi begitu dia menyentuh tubuh Florence yang harum dan lembut, dia menyesal telah berbaik hati memberi Florence waktu satu minggu.Namun, Alaric tidak bisa menarik kembali kata-katanya. Dia memainkan tangan Florence.Dia benar-benar datang untuk hal ini.Sebenarnya Florence sudah memikirkannya, tetapi hal yang dia pikirkan adalah cara kabur.Florence hendak berbicara, tetapi suara aktor tiba-tiba terdengar dari TV."Kenapa kamu menggangguku? Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Apakah kata-kataku masih kurang jelas? Aku nggak akan bersamamu! Lepaskan aku, kalau kamu berani menggang
Florence duduk di sebelah Alaric. "Pak Alaric, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadamu.""Hm."Florence membuka telapak tangannya, memperlihatkan sebuah botol putih kecil serta sebuah cek. "Kakak keduamu mencariku hari ini. Dia memintaku untuk meracunimu. Ini adalah obat dan cek yang dia berikan kepadaku."Pupil mata Alaric tiba-tiba mengecil, dia menatap Florence dengan cermat.Alaric tidak berbicara, tatapannya agak aneh. Florence bertanya dengan bingung. "Kamu nggak percaya? Ini benar-benar racun, aku nggak berbohong."Tentu saja Alaric tahu itu racun. Pria itu menyipitkan matanya, mengambil botol racun itu dari tangan Florence sambil bertanya, "Kenapa kamu nggak mendengarkan dia?"Mata Florence berkedip, lalu dia menjawab dengan datar, "Kamu pernah membantuku, aku nggak akan mencelakaimu."Hari ini, Florence terpaksa berbohong kepada Arnold demi melarikan diri.Florence tidak bodoh. Arnold pasti akan menghabisi Florence setelah memanfaatkannya. Jika Florence benar-benar merac