Share

Sekretaris Kesayangan CEO
Sekretaris Kesayangan CEO
Penulis: Rich Mama

Bab 1. Kesucian Yang Terenggut

“Ugh ....”

Kedua mata Reina mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk mengenai mata indahnya. Gadis itu memegangi kepalanya yang masih berdenyut nyeri. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Apalagi di bagian berharga miliknya yang ngilu juga perih tak terkira.

Reina mengedarkan pandangannya dan baru sadar bahwa kini ia tengah berada di sebuah kamar mewah dengan nuansa berwarna gelap.

“Aku di mana ini?” lirih Reina hingga menyadari ada sesuatu yang salah. “Aaaa! Apa yang terjadi ... ssshhh! Sakit!”

Suara gadis itu memekik ketika mendapati dirinya tak berbusana hanya berbalut selimut saja. Reina berusaha menyusun kepingan puzzle yang berserakan di otaknya.

Namun tiba-tiba terdengar sebuah suara dari pintu kamar mandi. Seketika Reina menoleh. Ia tatap sosok pria dewasa memakai jas hitam dengan tatapan datar lurus ke depan. Lelaki dengan rahangnya yang tegas, hidung mancung dan alis yang tebal. Tentu hal itu bisa membuat perempuan manapun akan tertarik pada pesonanya.

“Si‒siapa, kamu?” lirih Reina dengan suara yang bergetar. Matanya memanas. Rasanya gadis itu ingin menangis saat itu juga.

Reina mencengkeram erat selimut yang menutupi tubuh sampai sebatas dada. Punggungnya beringsut mundur menabrak kepala ranjang besar itu. Sungguh dia takut dengan tatapan di hadapannya tersebut.

Tak ada jawaban. Lelaki itu justru mengeluarkan selembar cek dan meletakkannya di atas meja nakas.

“Segera gunakan kembali pakaianmu dan ambil uang ini. Saya harus segera pergi.”

Lelaki berjas hitam itu melenggang pergi meninggalkan Reina seorang diri tanpa merasa bersalah sama sekali.

“Tapi, Pak? Tunggu! Jangan pergi!” Reina merasa tidak terima. Ia butuh penjelasan mengapa bisa berada di tempat itu bersama seorang lelaki yang asing baginya.

Teriakan Reina berakhir dengan sebuah kekecewaan saat mendengar pintu kamar ditutup keras.

“Ya, Tuhan ... bagaimana mungkin ini bisa terjadi?!” lirihnya merasa hina.

Reina mulai mengingat kembali peristiwa yang terjadi tadi malam. Karin—sang sahabat mengajaknya keluar dari acara pesta perusahaan ketika gadis itu merasakan kepalanya pusing setelah menenggak satu gelas minuman yang diberikan sahabatnya tersebut.

“Apakah dia menjebakku? Tidak mungkin. Apa salahku?”

Dada Reina terasa semakin sesak. Kepalanya menunduk dengan bahu yang berguncang. Kesucian yang ia pertahankan selama ini, kini telah direnggut paksa oleh seorang lelaki yang tidak pernah ia kenali sama sekali. Gadis itu tidak dapat membayangkan jika sang kekasih hati nanti tahu akan perbuatannya.

Reina menangis sejadi-jadinya meski semua itu hanya akan berakhir sia-sia. Dan bersamaan dengan itu, ponselnya berdering berkali-kali. Ia tahu betul siapa yang menghubunginya pagi-pagi seperti ini. Pasti ibu tirinya yang berusaha menelepon dan meminta uang untuk biaya pengobatan sang ayah.

Gadis itu teringat akan sebuah cek yang diberikan oleh lelaki tadi. Terpaksa Reina harus menerimanya. Tetapi ia berjanji di dalam hati akan mencari lelaki itu dan mengembalikan uang tersebut apapun caranya.

Reina segera menghapus air matanya. Gadis itu tertatih-tatih mengambil pakaiannya yang berserakan di mana-mana. Ada bagian tertentu yang robek parah. Beruntung di sana juga ada jaket jeans milik Reina. Ia pun segera memakainya.

Reina meninggalkan hotel itu dengan tergesa-gesa. Tidak peduli jika bagian inti tubuhnya masih terasa sakit. Ia harus menukarkan cek itu dan pulang ke rumah dengan membawa uang tunai untuk ibu tirinya.

“Ke mana saja semalam? Mana uangnya, sudah dapat belum?” tanya sang ibu tiri dengan suara lantang.

Baru saja tiba di depan pintu rumah, gadis itu langsung mendapat tatapan penuh amarah dari Linda—ibu tirinya. Bahkan wanita paruh baya itu berani menceramahinya.

Tak ingin berdebat, Reina kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Lalu ia berikan kepada ibu tirinya tersebut.

“Jangan lupa untuk biaya sekolah adik juga. Jangan sampai dia putus sekolah,” ungkap Reina penuh ketegasan.

Wanita paruh baya itu menatap tak suka kepada anak tirinya.

“Banyak sekali uangnya. Dapat dari mana?” sentak sang ibu tiri sambil mengibaskan uang itu di depan wajahnya. “Jangan-jangan kamu jual diri, ya?” bisiknya kemudian.

“Itu bukan urusan Ibu.” Reina segera masuk ke dalam kamarnya. Tidak mempedulikan sang ibu tiri yang masih menunggu penjelasan darinya.

Gadis itu segera membersihkan diri di dalam kamar mandi. Ia membasuh tubuhnya berkali-kali. Reina berusaha meninggalkan jejak laknat dari lelaki yang telah merenggut kesuciannya.

Baru keluar dari kamar mandi, Reina mendengar ponselnya berdering berkali-kali. Dengan malas gadis itu mengecek ponselnya. Rupanya beberapa panggilan tak terjawab dan sebuah pesan dari manajer di kantor.

[Kamu di mana Reina? Kenapa meja kerjamu kosong, hem? Saya tunggu kedatanganmu secepatnya. Jangan sampai kamu kehilangan pekerjaan selamanya.]

Reina menghembuskan nafasnya dengan kasar. “Jangan sampai aku dipecat. Tak biasanya Pak Burhan sampai marah seperti ini.”

Beberapa menit telah berlalu. Reina sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Cepat-cepat gadis itu memesan ojek online. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat saat memasuki area kantor.

Reina langsung masuk ke dalam lift menuju lantai 17 di mana terdapat ruangan tempatnya bekerja. Gadis itu terburu-buru keluar dari pintu lift.

Reina tak sadar jika di sisi sebelah kiri tak jauh dari tempatnya ada sang CEO tampan bernama Regan Aditya Admaja tengah berunding dengan manajer perusahaan.

Regan tak sengaja menangkap sosok Reina yang berjalan tergesa-gesa.

“Tunggu, dia siapa? Dia bekerja di sini?” tanya Regan dengan kedua alis yang tertaut tanda ia merasa heran.

“Namanya Reina, Pak. Dia karyawan baru di perusahaan ini. Tetapi kemampuannya di atas rata-rata dan selalu bisa diandalkan. Saya tidak tahu mengapa dia bisa datang terlambat hari ini. Biarkan saya memarahinya Pak,” ungkap sang manajer sambil menunduk takut.

“Tidak perlu.” Regan mengangkat satu tangannya ke udara. Ia menghadang sang manajer yang hendak mengejar kepergian Reina. “Aku ada tugas baru untukmu,” ucapnya kemudian sambil tersenyum smirk menatap pintu ruang kerja Reina.

Rich Mama

Selamat datang di novel terbaru aku... Novel ini sedang mengikuti lomba nih, mohon dukungannya ya kakak readers... Dengan memberikan gems/vote sebanyak-banyaknya. Jangan lupa kasih ulasan dan bintang 5 ya... Terima kasih banyak... Salam sayang dari author. Menerima komentar, kritik, dan saran ya... :))

| 15
Komen (16)
goodnovel comment avatar
Abigail Briel
awal yang bagus, selalu suka sama novel kak rich mama
goodnovel comment avatar
Rich Mama
yuk lanjut bacanya kak.... (⁠✷⁠‿⁠✷⁠)
goodnovel comment avatar
Chi Nung
seru.............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status