Home / Romansa / Secret Identity / 9 || Merepotkan

Share

9 || Merepotkan

Author: Ayzahran
last update Last Updated: 2021-03-08 01:41:11

Setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh menit, Rara memarkirkan mobil Aldebaran. Di sana, Firman dan dua orang pria sudah menunggu mereka.

Firman dan dua pria itu memapah Aldebaran menuju lift. Rara menghela napas. Tugasnya sudah selesai, dia harus segera pulang. Rara lantas beranjak, dia menapak santai hingga mendekati ke arah gerbang. Mendadak, Rara menahan langkah, tangannya meraba saku celana mencari ponselnya. Tidak ada. Rara menepuk dahi, ponselnya tertinggal di dalam mobil Aldebaran. Rara menghentak kesal, dia harus kembali dan meminta kunci mobil untuk mengambil ponselnya.

Rara menarik napas kesal merutuki dirinya yang suka pelupa. Dia melangkah cepat ketika pintu lift itu terbuka, belum juga menutup sempurna, seseorang mengganjal dengan satu tangan. Rara sedikit bergeser, memberi ruang kepada seorang wanita yang seusia dengan Aldebaran. Dia terlihat menawan, rambut cokelat kemerahan dibiarkan tergerai dengan ujung yang menggulung, memakai kameja berwarna putih yang mengekspos lekuk tubuhnya, dan rok ketat sebatas lutut dipadu dengan sepatu heels memperlihatkan kaki jenjangnya. Tampak jelas wanita ini pegawai kantoran. Mereka menuju lantai yang sama, Rara membiarkannya keluar lebih dulu, dia berjalan di belakang wanita itu.

Langkah Rara perlahan melambat, saat menyadari wanita itu berhenti tepat di depan pintu apartemen Aldebaran. Dia menekan bel. Firman—manajer Aldebaran menyambut wanita itu, setelah pintu tertutup. Rara kembali melanjutkan langkah. Dia menarik napas panjang dan mengarahkan tangannya pada tombol berwarna merah.

Pintu terbuka, asisten manajer yang membukakan pintu. Rara mengukir senyum. Wanita itu ikut menoleh bersama Firman ke arah pintu.

“Jihan! Apa ada yang ketinggalan?” tanya Firman.

“Iya, Pak. Ponsel aku ketinggalan di mobil Pak Al. Aku ke sini mau pinjam kunci,” sahut Rara.

Wanita yang duduk di sebelah Firman, mengerling tidak suka pada Rara.

“Masuklah, kuncinya ada di atas nakas samping tempat tidur. Kau ambil saja sendiri,” kata Firman seraya melanjutkan kegiatannya.

“Siapa dia?” tanya wanita itu dengan nada sinis. Aurel namanya. Wanita yang selalu mengejar-ngejar Aldebaran.

“Dia asisten baru Aldebaran. Namanya Jihan.”

“Penampilan seperti itu dijadikan asisten pribadi seorang Aldebaran? Apa dia tidak salah pilih?!” Aurel bangkit dari duduknya. Berlagak anggun—mengibaskan rambutnya ke belakang punggung.

“Aku akan kembali lagi setelah Al bangun!” Aurel menatap penuh dengan cemooh ke arah Rara.

“Kampungan sekali!” cibir Aurel seraya melewati Rara dan beranjak ke luar.

Rara berjalan acuh, tidak mau ambil pusing dengan perkataan tidak penting. Rara mengendap perlahan mendekat ke arah nakas. Wajah pria arogan itu terlihat tenang ketika tidur. Dilihat dari dekat, Aldebaran memang sangat tampan. Alis tebal yang membingkai mata elangnya, hidung mancung yang terpahat sempurna, serta bentuk bibir yang terlihat tebal dan penuh sangat menarik perhatian.

Rara menggelengkan kepalanya, membuang jauh-jauh pikiran konyol yang datang mengganggunya. Rara buru-buru meraih kunci di atas nakas, tiba-tiba sepatunya tersandung bagian tengah karpet yang sedikit terlipat dan refleks tubuhnya terjatuh—mendarat tepat di atas dada bidang Aldebaran.

Rara menutup mulutnya dengan tangan, merasa khawatir jika sampai membuat Aldebaran terbangun. Dia terdiam sebentar, memastikan.

Rara mendesah lega, tidak ada pergerakan sama sekali. Pria arogan itu masih di bawah pengaruh alkohol. Mendadak, tubuh Rara menegang, Aldebaran mengunci dengan tangan panjangnya yang melingkari leher Rara.

Aldebaran makin mengeratkan tangan panjangnya. Rara mendadak syok, saat merasakan tangan Aldebaran perlahan-lahan menuju gundukan kembar di bagian tengah dadanya. Rara sontak mengempaskan tangan panjang itu. Dia berusaha bangun, Aldebaran menarik tubuh Rara dan berada di atas dada bidangnya lagi. Mata Rara kembali membulat saat melihat Aldebaran menampakkan seringai tipis seakan mendapatkan mangsa yang empuk. Aldebaran kembali menarik Rara, bertukar posisi di bawah tubuhnya. Kali ini Rara tidak bisa bergerak, pria arogan itu sudah menahan kedua tangannya.

“Pak Al, tolong lepaskan!” ucap Rara bersikap tenang. Dia tidak boleh gegabah, Aldebaran masih dipengaruhi alkohol. Rara menoleh ke arah pintu yang setengah terbuka. Jika dia berteriak, mungkin saja mereka di luar sana bisa membantunya terbebas dari pria menyebalkan ini.

“Jangan berteriak!” tekan Aldebaran. Tatapannya mengarah pada bentuk merah muda yang belum pernah terjamah. Aldebaran menggelengkan kepalanya, menghalau rasa pusing yang teramat berat.

Rara menatap kesal. Dia bisa saja menendang mahkota masa depan Aldebaran. Namun, Rara masih menahan diri, dia sudah lebih dulu mengambil ancang-ancang dengan lututnya jika Aldebaran melewati batas.

“Apa yang mau kaulakukan Pak! Jangan coba-coba!” Rara memperingati dengan tatapan matanya yang tajam.

“Apa yang kaulakukan Al?!” Suara Aurel memekik nyaring saat pandangannya ke arah tempat tidur.

Aurel mengambil langkah cepat dan mendorong tubuh Aldebaran, dia hendak menerjang Rara yang masih terbaring, tetapi Rara tidak selemah itu, dia menahan tangan Aurel dan mendorongnya hingga terundur ke belakang. Rara bangkit, memperbaiki pakaiannya yang sedikit kusut dan merapikan anak rambut yang berantakan.

“Dasar gadis murahan! Beraninya kau menggodanya!” hardik Aurel, tangannya menggantung di udara. Aldebaran lebih dulu mencegah Aurel yang ingin melayangkan tamparan di pipi mulus Rara.

“Jangan coba-coba melakukan itu Aurel!” Aldebaran menyentak kasar.

Firman dan kedua asistennya yang mendengar keributan segera menghampiri mereka.

“Ada apa ini?”

“Gadis murahan ini mencoba menggoda Al!” sahut Aurel.

“Aku tidak menggodanya, Pak Al—“

“Aku yang menggodanya! Kau mau apa?!” Aldebaran menyela cepat. Rara hanya melongo. Tatapan Aldebaran menusuk, ada rasa tidak suka dalam kilatan matanya. Mengapa Rara selalu terjebak dalam situasi menegangkan? Beberapa saat lalu Monika sekarang Aurel.

“Tidak mungkin! Pasti gadis ini yang menggodamu! Dia sengaja meninggalkan ponselnya agar bisa kembali ke sini dan—”

“Cukup!” Rara menghardik, dia memotong ucapan Aurel. “Aku tidak seperti yang Anda tuduhkan dan juga tidak ingin terseret dalam masalah kalian!”

Aldebaran menahan tangan Rara. “Bukan kau yang pergi, tapi Aurel!”

Aurel menghentakkan kakinya kesal. Dia kembali mengambil syalnya yang terjuntai di punggung sofa lalu beranjak ke luar.

Firman hanya bisa menggelengkan kepala. “Bagus kalau kau sudah sadar, aku bahkan harus mencari alasan untuk meminta izinmu hari ini. Besok aku tidak menerima alasan apa pun!”

Firman berbalik pergi. Meninggalkan salinan skrip naskah di atas meja. Aldebaran hanya melirik sekilas.

Rara menyentak tangan Aldebaran. “Bukankah kau utang penjelasan padaku, Pak?”

“Soal tadi aku dipengaruhi alkohol. Tidak akan terjadi lagi!” Aldebaran memegang kepalanya yang berdenyut. Masih terasa pusing.

Rara mengerling jengkel. Pengaruh alkohol katanya! Benar kata Angga, jangan sampai lengah. Rara melayangkan kepalan tangan di udara, jika saja bisa Rara sangat ingin mendaratkan tinju padanya.

“Kenapa masih di situ?” Aldebaran menoleh ke belakang. “Mau mndi bersamaku?”

Rara menggeleng cepat. Dia mengambil langkah seribu dan beranjak dari sana. []

Related chapters

  • Secret Identity   10 || Sumber Masalah

    Seorang pria dengan kisaran umur empat puluhan tengah mondar-mandir di ruangan kerjanya. Tampak dari interior bangunan itu terlihat sangat mewah. Beberapa mahakarya luar biasa terpajang berjejer di sana. Seseorang mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam. Lelaki muda berpakaian semi formal dengan sebuah amplop berwarna cokelat di tangannya. Dia menunduk hormat dan menaruh di atas meja. Pria itu membuka amplop dengan cepat. Tatapannya memandang serius pada sebuah foto yang diambil secara diam-diam. Foto itu yang diambil saat Rara duduk di halte beberapa hari lalu. Pria itu kembali melihat foto berikutnya. Alisnya menukik melihat sosok laki-laki yang terasa tidak asing bersama Rara. “Bukankah dia putra tunggal Mahesa Wijaya?” “Benar, Pak. Dia Aldebaran.” “Kenapa gadis ini bisa bersamanya?” “Gadis itu bekerja sebagai asisten pribadinya. Sebelumnya, gadis

    Last Updated : 2021-03-08
  • Secret Identity   11 || Perubahan Sikap

    Dua puluh menit kemudian, mobil Aldebaran memasuki halaman RAM Corp. Aldebaran turun lebih dulu, lalu diikuti Rara. Setelah hampir sebulan, Rara menginjakkan kakinya lagi di perusahaan besar itu. Matanya menjelajah ke setiap sudut. Jika bukan pria arogan itu, Rara ingin bekerja di perusahaan ini walau bukan di posisi karyawan, bagi Rara bisa bekerja seperti orang lain pada umumnya bagi Rara sangat bahagia. Namun, dia tidak menampik, gaji yang ditawarkan Aldebaran jauh lebih besar. Demi menabung untuk mengusahakan biaya operasi Nirmala, Rara tidak punya pilihan lain. “Pak Al, apa yang akan kulakukan di sini? Apa aku harus menunggu di lobi?” tanya Rara yang sejak tadi mengikuti langkah Aldebaran. Beberapa pasang mata memandangnya dengan raut sinis. Ada yang merasa iri melihat Rara berjalan sedekat itu dengan Aldebaran. Selain tampan, popularitas yang juga tak kalah menjulang menjadi idaman para wanita. Aldebaran hany

    Last Updated : 2021-03-08
  • Secret Identity   12 || Cemburu

    Rara memperhatikan sekeliling, dia menunjuk salah satu toko yang menjual pakaian wanita. Angga mengikuti langkah Rara dengan senyum yang terus mengembang. Angga kembali menahan langkah, melihat panggilan masuk di ponselnya. “Apa yang kaulakukan?!” sergah salah seorang pegawai perempuan dengan sinis. Dia tak lain adalah tetangga Rara yang memiliki sifat sombong. Amelia namanya. Rara seketika berhenti di tempat. Dia melihat batasnya berdiri dengan pintu, lalu menoleh ke sumber suara. “Amel! Kau bekerja di sini?” Rara mendekat ke arah Amel. Amel mengangkat lima jarinya ke udara. Dia menghentikan langkah Rara sebelum mencapai padanya. “Eh, ada apa, Mel?” “Tidak perlu dekat denganku! Kau harus tahu batas, orang sepertimu tidak bisa belanja pakaian mahal di sini,” cibir Amel menyunggingkan sudut bibir. “Kau masih saja

    Last Updated : 2021-03-09
  • Secret Identity   13 || Di Ujung Pelangi

    Aldebaran melakukan syuting untuk episode terakhirnya. Rara masih senantiasa menunggu bersama Firman. Kedua tangannya menopang dagu, mengulas kejadian semalam yang membuatnya pagi-pagi buta harus berada di tempat syuting. Sepuluh jam yang lalu .... Rara terkejut melihat Aldebaran berdiri di hadapannya. “Pak Al! Anda kenapa ada di sini?” Aldebaran menyodorkan ponsel milik Rara yang tertinggal di mobil saat datang ke perusahaan. Rara memeriksa kedua saku celananya. Benar saja, ponselnya tidak ada. Rara tersenyum kikuk lalu mengambil dari tangan Aldebaran. “Maaf, Pak. Aku tidak menyadari kalau ponsel itu tertinggal di mobil.” Aldebaran tidak menjawab, pandangannya mengarah pada paper bag yang dipegang Rara. “Datang ke lokasi syuting jam enam tepat. Aku tidak menerima alasan apa pun!” ucap Aldebaran

    Last Updated : 2021-03-13
  • Secret Identity   14 || Keajaiban yang Membingungkan

    Rara tampak gelisah. Dia mondar-mandir sejak terbangun setelah dua hari pasca kecelakaan. Rara berkali-kali memastikan wajah itu di cermin. Dia mendesah pelan, masih tetap sama.Rara tidak habis pikir, bagaimana bisa dia berada dalam tubuh Aldebaran? Rara mengacak rambut Aldebaran dengan frustasi. Suara langkah kaki terdengar dari luar, Dion kembali dengan dokter pribadi Aldebaran. Said namanya.“Ini, Dok. Tolong periksa dia. Sejak sadar tadi, aku rasa ada yang salah dengan isi kepalanya,” ujar Dion.“Aku tidak apa-apa, kepalaku baik-baik saja. Masalahnya saat ini aku bukanlah ....”—Rara memegang dada bidang Aldebaran lalu pandangannya mengarah pada satu-satunya yang sangat menonjol—“tubuhku!”Dion mendesah. “Lihat tingkahnya kan, Dok. Ada yang salah dengan otaknya. Pasti amnesia!”“Aku tidak amnesia Pak Dion. Aku—““Kau memang harus diperiksa, Al. Sejak kapan kau memang

    Last Updated : 2021-03-17
  • Secret Identity   15 || Kehidupan Baru

    Rara menatap langit-langit kamar Aldebaran. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dialaminya. Rara mengedarkan pandangannya, berharap semua ini adalah mimpi.Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Rara. Rara menoleh ke arah pintu yang terbuka. Rara lantas bangkit dan mengganti posisi duduk dengan cepat. Rupanya Angga. Dia menghampiri Rara yang terlihat sedikit canggung. Wajar saja, Rara baru bertemu lagi dengan Angga setelah terakhir kali saat Angga mengantarnya pulang.“Bagaimana keadaanmu, Al?”“Aku baik, Kak. Kau tidak perlu khawatir,” jawab Rara berusaha terlihat santai.Angga menatap kaget. “Kau tidak hilang ingatan ‘kan? Kau tidak pernah memanggilku ‘kak’ sebelumnya.”Ya ampun, aku lupa kalau Pak Al tidak memanggilnya kakak, batin Rara.Rara menggaruk tengkuk yang tidak gatal. “Ak

    Last Updated : 2021-03-24
  • Secret Identity   16 || Salah Tingkah

    Lima menit berlalu begitu saja. Rara dan Monika sama-sama terdiam. Tidak ada percakapan di antara keduanya. Sungguh pemandangan aneh bagi Dion melihat Aldebaran tidak seperti biasanya jika bertemu dengan Monika. Dia sesekali memerhatikan Aldebaran dari balik konter Bartender. Rara benar-benar terjebak. Dia bingung harus berkata apa, mengingat terakhir kali bertemu, sikap Aldebaran begitu marah pada Monika. Rara memperbaiki posisi duduknya. Dia menyandarkan punggung, sedikit mengangkat dagu layaknya bersikap arogan seperti yang dilakukan Aldebaran. “Sampai kapan kau akan diam saja seperti itu?” Rara membuka percakapan lebih dulu. Monika berdeham pelan, nyaris tak terdengar. Dia mengaitkan anak rambut di belakang telinga seraya memperbaiki posisi duduk. “Aku hanya tidak ingin mengacaukan suasana hatimu, Al. Terakhir kita bertemu, kau terlihat sangat marah pada

    Last Updated : 2021-03-24
  • Secret Identity   17 || Wanita Penghibur

    Rara masih tidak percaya dengan perempuan yang berdiri di hadapannya dan Dion. Rara menatap Dion dengan penuh tanda tanya. Mengapa Dion bisa mengenal Amel, tetangga Rara yang sombong itu?! Pakaiannya juga sangat minim, menampakkan belahan dada yang begitu mengundang hasrat. Amel meletakan tumpuan tangan di pundak Aldebaran. Membisikan sesuatu yang hanya bisa didengar Rara. Rara menoleh kaget, tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Amel. Rara tidak menolak, mengingat dia adalah tetangga yang baik dia akan diam dulu kali ini. “Bersenang-senanglah, Al!” Dion berseru menyikut lengan Aldebaran. Amel menyunggingkan senyum melihat Aldebaran mengikutinya. Amel membawa Aldebaran masuk ke dalam salah satu ruangan khusus. Rara mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ruangan itu cukup luas, dilengkapi beberapa fasilitas pendukung. Ada botol minuman

    Last Updated : 2021-03-26

Latest chapter

  • Secret Identity   EPILOG

    Rara telah bersiap dengan balutan gaun pengantin. Dia benar-benar tampak cantik dan anggun. Aldebaran melamarnya dengan cara tak terduga. Lamaran yang dilakukan Aldebaran sampai viral di berbagai media sosial. Akun i*******m milik Rara dan Aldebaran dibanjiri komentar positif dan ucapan selamat. Momen itu juga ditayangkan di TV nasional selama hampir seminggu. Bahkan beberapa pihak berbondong-bondong menawarkan endorse untuk pernikahan mereka. Hari pernikahan mereka juga sengaja ditayangkan secara langsung dari salah satu stasiun TV dengan rating tertinggi. Rara merasa gugup. Berkali-kali Rara menghela napas. Jantungnya seakan mencelos menunggu akad nikah mereka dimulai. "Kau sangat cantik, Ra!" Monika mendekat seraya memuji. Dia tersenyum tulus melihat dari pantulan cermin. "Terima kasih, Kak! Aku sangat gugup." "Al tidak kalah lebih gugup darimu. Dia masih terus berlatih mengucapkan ijab kabul agar tidak salah." Rara tersenyum h

  • Secret Identity   EXTRA PART

    Rara menggeliat, meregangkan otot-otot. Matanya mengerjap lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Di sinilah Rara, masih tidak percaya berada di kamar sendiri. Seperti mimpi yang panjang baginya.Rara menyibak selimut, merapikan tempat tidurnya. Rara bergegas keluar mendapati Nirmala dan Monika di ruang makan sedang mempersiapkan sarapan."Pagi adikku, Sayang!" Monika menyapa. Tidurmu nyenyak?"Rara mengangguk. "Sangat nyenyak. Bagaimana dengan Kak Monika?""Aku juga. Aku akan merasa nyaman jika tinggal lama di sini!""Tinggal lah selama mungkin. Aku sangat senang jika Kak Monika tinggal di sini!""Benarkah? Apa boleh, Bu?" Monika melirik ke arah Nirmala."Tentu saja. Kau tidak perlu meminta izin.""Kalau dengan ayah, juga boleh?" Monika melempar tatapan ke arah Rara.Nirmala diam sejenak. Rara dan Monika menunggu jawaban Nirmala. "Tergantung usahanya mendapatkan hati ibu kem

  • Secret Identity   77 || Akhir Dari Segalanya (END)

    Aldebaran dan Rara merencanakan janji untuk bertemu setelah Rara melakukan pekerjaan Aldebaran. Mereka akan bersama-sama mencari wanita tua itu. Sebelumnya, Rara dan Aldebaran sudah mencari tahu kue yang dibeli Firman. Dari ucapan Firman, dia tidak membeli di tempat yang Aldebaran maksud dan penjual kue itu bukan wanita tua melainkan wanita muda. Saat ini, Rara sibuk melakukan syuting iklan terakhir sebelum akhirnya dia mengambil libur panjang untuk beberapa bulan ke depan. Aldebaran meminta Rara untuk tidak menerima tawaran karena dia ingin mengajak Rara berlibur membawa Nirmala yang sejak dulu ingin sekali pergi ke Korea. Nirmala sangat gemar menonton drama dari Negeri Gingseng itu. Aldebaran ingin memberikan kejutan sebagai Rara dengan mengajaknya ke sana. "Bu, apa yang bisa Rara bantu?" tanya Aldebaran setelah membereskan kamar Rara. Dia sudah memutuskan tinggal bersama Nirmala. "Rara bantu ibu pergi ke pasar. Ada beberapa bahan masakan yang harus dibeli.

  • Secret Identity   76 || Menerima Keputusan

    Mahesa marah besar begitu mengetahui Ivanka adalah pelaku utama dari kecelakaan yang menimpa Aldebaran. Ivanka sudah dibekuk polisi seminggu yang lalu. Angga sendiri yang melaporkan ibunya setelah semua usaha Angga meminta ibunya menyerahkan diri diabaikan Ivanka. Angga tidak punya pilihan dan terpaksa membuat bukti untuk menjerat Ivanka.Pemberitaan mengenai kasus kecelakaan Aldebaran mengudara selama berhari-hari, para media terus saja membahas motif dan alasan Ivanka melakukan semua itu. Bahkan fans setia Aldebaran merutuki Ivanka dan meminta pihak kepolisian untuk menjatuhkan hukuman mati sebagai efek jera agar tidak ada lagi orang seperti Ivanka yang tega merencanakan pembunuhan pada anak dari suaminya sendiri.Saat ini Ivanka telah duduk di meja persidangan. Sementara Angga duduk di meja saksi memberikan pernyataan. Ivanka tidak bisa mengelak, semua barang bukti mengarah padanya. Kaki tangan Ivanka juga sudah mengakui perbuatan mereka.Ivanka akhirny

  • Secret Identity   75 || Akhirnya Terungkap (Part 2)

    "Akhirnya kau datang juga, Al!" Aldebaran menatap tajam. “Berani sekali kau datang ke rumah ini! Bukankah aku sudah melarangmu untuk tidak menginjakkan kaki di sini?!” “Aku kemari karena mengambil barangku yang tertinggal!” Ivanka berjalan ke arah sofa panjang yang ukiran gagangnya terbuat dari kayu jati. Ivanka menjuntaikan sebuah liontin seraya tersenyum. “Kenapa itu ada padamu?!" suara Aldebaran merendah, terdengar penuh penekanan. "Duduklah! Setidaknya berbincanglah denganku. Kau selalu saja bersikap dingin dari semenjak pertama kali kita bertemu!" Ivanka berujar. Dia memberi isyarat menunjuk dengan dagu ke arah secangkir kopi yang sudah dia siapkan. Ivanka mengangkat cangkir menyeruput kopinya dengan nikmat. "Aku tidak meracunimu. Aku hanya ingin kita berbaikan dan bisa duduk bersama, berbincang hangat layaknya ibu dan anak." Aldebaran meneguk setengah kopi miliknya. "Kau puas? Sekarang kembalikan! Sejak

  • Secret Identity   74 || Akhirnya Terungkap (Part 1)

    Sehari sebelum kecelakaan terjadi.... Ivanka mendatangi RAM Corp setelah berbelanja di butik langganannya. Jam makan siang sebentar lagi dan Ivanka ingin mengajak Mahesa makan di luar. Sudah lama dia tidak jalan berdua dengan Mahesa karena terlalu sibuk dengan bisnis. Ivanka mengumbar senyum pada beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Suara heels pigalle foliies 100 milik Ivanka mengetuk-ngetuk lantai marmer hingga terdengar menggema berirama. Ivanka menunjukkan keanggunan saat menaiki lift menuju lantai utama. Senyum Ivanka kembali terukir begitu sampai di depan meja sekretaris Mahesa. “Nindya, apa Pak Mahesa ada? Katakan aku ada di sini!” titah Ivanka membusungkan dada dengan elegan. “Ada, Bu! Pak Mahesa sedang berbincang dengan Pak Mudi.” “Aku ingin masuk!” “Maaf, Ibu! Pesan Pak Mahesa, dia tidak ingin di

  • Secret Identity   73 || Kebenaran yang Lain

    Rara baru saja tiba di depan sebuah restoran. Rara meminta bertemu dengan David secara pribadi. Dia sengaja reservasi rooftop hotel agar pertemuan mereka tidak diganggu. David sudah datang lebih dulu. Rara mengeluarkan ponsel, membuka kotak masuk. Aldebaran : Tidak perlu mampir! Aku akan keluar dengan Angga. Rara : Aku akan bertemu dengan Pak David hari ini. Aldebaran : Kau sudah yakin dengan keputusanmu? Rara : Keputusanku sudah bulat! Rara menarik napas panjang, menguatkan batinnya, mengumpulkan keberanian untuk menanyakan langsung. Langkah Aldebaran beranjak masuk. Rara melihat David duduk memunggunginya. “Maaf membuat Anda lama menunggu!” ucap Aldebaran begitu duduk berseberangan di hadapan David. “Saya juga baru sampai!” jawabnya singkat. Aldebaran memanggil waitress mendekat. “Mau

  • Secret Identity   72 || Pilihan Terbaik

    Suara bel terdengar saat Aldebaran baru saja selesai sarapan. Aldebaran mendekat ke arah pintu, dia tahu itu pasti Rara. Rara sudah menelepon dan mengatakan akan mampir ke sana. Raut wajah Rara seketika berubah kaku saat mendapati Angga yang berdiri di hadapannya seraya mengulurkan buket bunga berukuran sedang. Aldebaran menerima dengan diam, detik selanjutnya dia menarik bibir membentuk senyum manis. “Kak Angga! Kenapa tidak mengabariku jika mau ke datang kemari?” “Aku ingin memberimu kejutan!” “Ayo, masuk!” Aldebaran menaruh bunga dalam vas. Kebetulan sekali dia baru membuang bunga yang sudah mengering beberapa saat lalu. “Hari ini aku mau mengajakmu kencan. Boleh luangkan waktumu seharian? Katakan pada Al untuk izin tidak bekerja!” “Kencan? Aku pikir besok.” “Aku tidak sabar melakukannya, kebetulan hari ini aku sengaja mengajukan libur bekerja sehari untuk mengaj

  • Secret Identity   71 || Mengambil Keputusan

    Malam sebelumnya.... “Pak!” sergah Rara saat mobil Aldebaran baru saja sampai di depan mansion Mahesa. “Ada apa?” “Pak David, boleh aku sendiri yang menemuinya?” Rara menoleh, ada duka dalam tatapannya. “Sebagai diriku?” Rara mengangguk. “Ucapan ibu tadi membuatku kembali berpikir....” “Apa yang kau pikirkan?” “Mengenai ayahku datang di hadapanku!” Suara Aldebaran bergetar, Rara menahan diri untuk tidak menangis. “Apa kau pikir dia ayahmu?” “Entahlah! Tapi aku yakin satu hal, ibu berbohong soal ayahku. Waktu itu, aku tidak sengaja mendengar ucapan ibu dengan bibi yang membicarakan soal ayahku. Aku hanya ingin memastikan!” Aldebaran menghela napas pelan. “Jika itu membuatmu tenang, lakukan saja. Aku tidak masalah.” “Terima kasih.” “Oh, ya, satu hal lagi. Aku ingin kau melakukan sesuatu!” “Melakukan apa?” Rara menahan pegangan pintu hendak ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status