Share

Sebatas Teman Tidur
Sebatas Teman Tidur
Author: Lentera Jingga

Part 1. Kangen

last update Last Updated: 2024-12-30 11:27:58

Grand Buana Luxury Apartment

Suara bell pintu yang terdengar berulang kali membuat Lea buru-buru beranjak dari tempatnya untuk membukakan pintu. Belum sempat ia menyapa dan mempersilahkan masuk. Adrian sudah mendorong tubuhnya masuk membawanya ke dalam dekapannya.

“Ian..”

“Aku kangen, Le.” Lelaki itu berbisik dengan suara berat sambil menghirup kuat-kuat aroma tubuh Lea.

“Kangen?” ulang Lea seolah tak percaya dengan kalimat yang lelaki itu lontarkan. Tiba-tiba ada yang berdesir dalam dirinya.

“Iya, kangen tubuh dan permainan kamu.” Perkataan Adrian selanjutnya membuat Lea tersentak, bahwa perasannya salah. Kenapa ia harus bingung, harus bertanya bukankah Adrian akan datang hanya jika membutuhkan kehangatannya. Segera ia rubah wajahnya menampilkan senyumnya, meski terasa sangat getir bagi dirinya.

Adrian mengurai dekapannya, kepalanya langsung merunduk men cium bibir Lea dengan cepat.

Apalagi yang bisa Lea lakukan selain mengikuti segala perintah Adrian. Selain menjadi penghangat ranjang lelaki itu, ia memang menikmati segala permainan panas Adrian yang begitu kuat.

Bibir keduanya saling beradu, membelit, bertukar lidah hingga menimbulkan suara decapan terdengar memenuhi ruangan. Bak seorang musafir yang tengah kehausan di Padang pasir, itulah Adrian kini. Ia dengan cepat mendorong tubuh Lea ke atas sofa yang terletak tak jauh darinya.

“Ian.. gak em... di kamar?” tanya Lea berusaha menahan desahannya.

“Di sini saja. Aku sudah tidak sabar.” Adrian kembali menarik tubuhnya dan melucuti satu persatu pakaiannya. Menidurkan tubuh Lea di sofa. Tidak membutuhkan waktu lama, keduanya akhirnya pun melakukan pergumulan panas. Yang sudah beberapa bulan ini mereka jalin.

Erangan bibir masing-masing terdengar menandakan puncak kenikmatan, dengan sesuatu yang mengalir di sana. Tubuh Adrian terjatuh tepat di atas tubuh Lea. Nafas terengah-engah keduanya saling beradu.

Di saat mereka tengah sibuk mengatur napas, terdengar ponsel Adrian yang berdering.

“Ian, itu ponselmu berdering terus dari tadi.” Lea berkata seraya mencoba mendorong tubuh lelaki di depannya.

“Itu pasti Belinda.” Adrian beranjak dari atas tubuh Lea, tidak lupa mengambil seluruh pakaian Lea dan menyerahkannya pada wanita itu.

“Aku ke kamar ya.” Lea beranjak ke kamar, karena ia tidak mau mendengar pembicaraan Adrian dengan calon istrinya..

Setelah kepergian Lea. Adrian mengambil celana kolornya untuk ia kenakan, kemudian kembali mengambil ponsel menghubungi balik calon istrinya.

“Kenapa lama banget sih, jawab telpon akunya?” Terdengar geraman kesal dari Belinda.

“Aku lagi di kamar mandi tadi.” Sudah ia duga siapa yang tiap detik, tiap menit, tiap jam menelpon selain tunangannya yang over protektif.

“Oh udah pulang ya dari Singapura ya?” tanya Belinda.

“Iya.” Adrian menjawab dengan rasa malas. “Kenapa?”

“Ih nyebelin. Kok jawabnya kenapa sih?” protes Belinda. “Tentu saja aku kangen dengan tunangan aku, calon suami aku. Kamu ada di mana? Aku samperin ke rumah kamu ya.”

“Gak usah. Aku pulang niatnya mau kasih surprise ke kamu. Nanti aku aja yang ke rumah kamu. Mau aku kasih kejutan, nonton yuk.” Adrian terpaksa berkata demikian karena sudah terlanjur mengatakan sudah berada di tanah air. Ia tidak mungkin membiarkan Adrian ke rumahannya, karena jika sampai perempuan itu datang ke rumah tak mendapati dirinya pasti urusannya akan panjang. Orang tuanya bisa saja mencari tahu apa saja yang selama ini ia lakukan di belakangnya. Dan ia tidak mau jika keluarganya sampai mengetahui skandal gelapnya bersama Lea.

“Kamu mau ajak aku kencan?” tanya Belinda tak percaya, dan berhasil memecahkan lamunan lelaki itu.

“Hem... Kalau kamu mau.”

“Mau... Mau.”

“Ya udah aku ganti baju dulu ya.”

***

Lea sudah mengenakan pakaiannya dan tengah duduk di sofa sambil memangku laptopnya. Ketika pintu terbuka ia sama sekali tak menoleh, karena ia sudah tahu siapa yang masuk.

“Aku harus pulang, karena Belinda ngajak aku ketemuan.”

“Emm...”

“Sorry ya. Padahal tadi janjiannya kita mau makan bareng. Karena aku ada janji, kamu bisa delivery aja kan.” Adrian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri sejenak. Setelahnya kembali keluar menuju lemari mengambil pakaian gantinya.

“Le... Kamu denger apa yang aku omongin tadi kan?” tanya Adrian lagi sambil memakai pakaiannya.

“Iya.”

“Atau mau aku pesenin?” tawarnya lagi.

Lea menggeleng. “Tidak perlu. Aku juga bakal keluar setelah kamu pergi.”

“Kemana?”

Lea menutup laptop miliknya, menatap ke arah Adrian dengan kedua mata yang tak berkedip. Demi apapun, ia merasa tubuh Adrian memang menggiurkan. Otot perut yang berbentuk kotak-kotak, serta punggung lebar yang mempesona yang sering Lea cakar saat mereka tengah beradu peluh gairah.

“Lea!”

Klik!

Teguran dan jentikan jari di depan wajahnya, membuat Lea tersadar. Nampak ia salah tingkah. “Ke rumah sakit.”

“Oh mau jenguk adikmu atau Ayahmu?” tanya Adrian sambil mengambil ponselnya. Berulang kali ia mencoba menyalakan namun tidak juga bisa. Lalu decakan kesal terdengar dari bibirnya. “Ponselku mati. Aku tidak bisa transfer sekarang.” Ia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku, mengeluarkan dompetnya ia ambil beberapa lembaran uang lalu menyerahkannya pada Adrian. “Ini untuk ongkos...”

“Ini kebanyakan, Ian.”

“Sekalian beli makan sama pakaian baru. Kayaknya kamu sekarang kurusan ya. Dulu kayaknya enggak sekecil ini.” Adrian mengusap rambut Lea dengan lembut. ”Adikmu dan ayahmu pasti akan sembuh, jangan terlalu dipikirkan,” sambungnya membuat Lea mengulas senyumnya tipisnya.

”Makasih, Ian.”

“Ya udah nanti beli makanan yang sehat. Susu buah gitu stok di kulkas.”

“Iya, nanti.” Lea menjawab dengan pasrah.

“Jangan lupa beli lingerie yang warna merah. Aku suka.”

“Untuk apa, ujungnya juga pasti kamu robek.”

Adrian terkekeh dengan pakaiannya yang sudah rapi, kembali mendekati Lea. Harum maskulin dari tubuhnya membuat hasratnya terpancing. “Bukankah itu memang tercipta untuk disobek?” tanyanya meraup kembali bibir Lea.

“Pergilah.” Lea mendorong tubuh Adrian dengan cepat.

Related chapters

  • Sebatas Teman Tidur    Part 2. Empat Bulan Yang Lalu

    Di dalam taksi Lea terus berpikir sambil menatap jalanan di luar jendela. Hubungannya dengan Adrian baru berjalan empat bulan. Namun, tetap berjalan di tempat tak ada kemajuan. “Ah, memangnya aku berharap apa?” gumamnya merutuki pikirannya yang kelewat batas. Mengenyahkan dan kembali meyakinkan dirinya bahwa semua memang harus berjalan dengan semestinya. Kembali membuang arah ke jendela dengan pikiran mengembara pada kejadian empat bulan yang lalu.Lea berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit swasta. Ia baru pulang kerja pada dinihari. Ia baru bekerja di perusahaan Briliantoro Corp sejak tiga bulan yang lalu, selain itu ia juga mengambil pekerjaan part time di salah satu cafe. Semua ia lakukan demi mendapatkan pundi-pundi rupiah untuk mengobati Ayahnya yang saat ini tengah struk juga mengidap penyakit gejala jantung lemah. Ia juga harus membiayai adiknya — Leo yang saat ini masih menduduki kelas 3 SMA. Namun, saat baru tiba di rumah ia kejutkan dengan panggilan dari pihak

    Last Updated : 2024-12-31
  • Sebatas Teman Tidur    Part 3. Karena Aku Menginginkanmu

    Siang hari menjelang jam istirahat tiba-tiba Lea dipanggil sang atasan. Ia langsung beranjak mengetuk pintu.Tok.. tok... Tok...“Masuk!”Ceklek!“Mohon maaf, Pak. Pak Adrian memanggil saya?” tanya Lea usai membuka pintu.Adrian menatap ke arahnya, mengangguk. “Hem.. duduklah,” pintanya menunjuk ke arah kursi yang berada di depannya.Dengan perasaan bingung, Lea pun melangkah dan duduk di kursi tepat di depan Adrian. “Apa apa ya, Pak?” tanyanya was-was. Ia tengah berpikir adakah kesalahan yang ia lakukan, ataukah sang atasan masih kurang puasa dengan kinerjanya, mengingat ia memang masih karyawan baru. “Ku dengar kamu mengajukan pinjaman ke perusahaan. Apakah itu benar?” tanya Adrian membuat Lea terkejut. Secepat itukah kabar itu terdengar sang atasan, bukankah ia baru bicara dengan Bu Hani. Apakah Bu Hani tengah mencoba mengusahakan untuk dirinya, pikirnya.“Iya, Pak. Tapi, kata Bu Hani tidak bisa karena uang yang mau saya pinjam itu terlalu banyak.”Adrian mengangguk sambil mengetu

    Last Updated : 2025-01-05
  • Sebatas Teman Tidur    Part 4. Aku Seperti Pelacur

    “Lea!!” terguran keras membuat lamunan Lea seketika buyar. Gadis itu tersentak dan melangkah mendekat secara perlahan. Bulir bening mengalir dari kedua pelupuk matanya. Segera ia hapus dengan cepat. ‘Ya Tuhan maafkan aku. Aku tahu ini salah, ini berdosa. Tapi, aku tak punya pilihan lain. Aku tidak mau kehilangan adikku.’ Lea meremas kedua telapak tangannya, memberanikan diri menatap ke arah sang atasan. “Pak, apakah tawaran yang tadi siang masih berlaku?” tanya Lea memejamkan matanya sejenak. Adrian terperangah hampir tak percaya mendengarnya. Ia pikir Lea akan mempertahankan egonya. Nampaknya gadis itu memang sudah berada di ambang putus asa. “Kenapa? Kamu berubah pikiran?” tanyanya balik. Ia beranjak dari tempat duduknya menghampiri Lea.Dengusan kasar terdengar dari mulut Lea, entah kenapa ia masih merasa kesal dengan penawaran atasannya tersebut. “Tapi, anda punya tunangan, Pak. Bagaimana kalau dia tahu, ternyata calon suaminya punya perempuan lain?” tegurnya kasar.Adrian meng

    Last Updated : 2025-01-08
  • Sebatas Teman Tidur    Part 5. Jangan Berani Dekat Dengan Pria Lain

    “Lea...”Lea mengurungkan niatnya masuk ke dalam toko buku saat mendengar namanya di panggil. Menoleh ke samping ia melihat seorang lelaki muda melangkah ke arahnya. “Evan.”“Hai,...”“Hai..”“Mau beli buku ya,?” tanya Evan.“Iya ni.” Lea menjawab seraya masuk ke dalam toko diikuti Evan. Terlihat ia mulai menyusuri satu rak buku demi rak lainnya. “Kau cari buku apa?” tanya Evan yang saat itu tengah mengambil sebuah buku tuntutan bisnis.“Aku cuma cari novel, ini sudah mendapatkannya.” Lea menunjukkan buku di tangannya dengan cover bergambar senja, matanya menatap ke arah buku dalam genggaman tangan Evan. “Kamu suka bacaan bisnis ya? Wah keren, padahal itu bacaan yang berat.”Evan tersenyum tipis. “Iya, siapa tahu nanti berguna. Sekarang belajar dulu.” “Iya siapa tahu nanti kamu pengen buka perusahaan sendiri,” kata Lea yang diamini Evan sebelum berlalu menuju meja kasir. Evan memang hanyalah anak magang di kantor Adrian. Ia sebenarnya tipikal anak yang tak banyak bicara, entah kenap

    Last Updated : 2025-01-10
  • Sebatas Teman Tidur    Part 6. Aku Yang Hina

    “Masuk!” perintah Adrian ketika pintu mobil telah terbuka. Ia mendorong sedikit tubuh Lea, lalu mengikutinya masuk.Tanpa sebuah peringatan Adrian langsung mencium bibirnya dengan kasar. Lea tidak menyukai momen ini. Ia merasa Adrian seperti menganggap dirinya itu pelacur.Hah pe lacur? Mengapa harus ditanya. Bukankah sejatinya memang begitu anggapan Adrian padanya. Perempuan seperti apa yang rela memberikan keperawanannya hanya demi sejumlah uang. Lalu ia berharap apa? Dirinya bukan sebuah berlian yang berharga.Ingatan Lea kembali tertuju pada kejadian empat bulan yang lalu , usai operasi Leo berjalan dengan lancar namun adiknya dinyatakan koma. Sore harinya ia menepati janjinya dengan mendatangi apartemen Adrian. Di sana lelaki itu sudah menunggu dirinya dengan memberikan surat perjanjian.“Enam bulan?” tanya Lea usai membaca surat perjanjian di tangannya, di mana di sana dinyatakan kontrak itu akan berlangsung selama enam bulan, dan saat itu Lea tidak boleh terikat hubungan dengan

    Last Updated : 2025-01-16
  • Sebatas Teman Tidur    Part 7. Ketakutan Lea

    Belinda melirik arloji di tangannya, ini sudah tiga puluh menit yang lalu sejak Adrian pamit ke toilet. “Adrian kemana sih? Toilet doang masa bisa selama ini,” gerutunya yang tentu di dengar oleh Evan. ”Iya ini juga Lea mana ya? Apa toiletnya ngantri ya.” Belinda menghela napas kesal. Kembali melirik arloji di tangannya. Ia ingat lima belas menit lagi ia ada pemotretan. Seharusnya hari Minggu itu libur. Namun, karena memang jadwalnya padat sedang banyak penawaran, jadi terpaksa tetap ia ambil, demi melambungkan namanya semakin terkenal. Ia yakin Adrian akan merasa sangat bahagia dan beruntung jika bisa menikah dengan dirinya. Selain karena dia seorang publik figur ia merupakan anak seorang pengusaha sukses di kotanya, dengan digabungkan dua perusahaan raksasa milik keluarga Adrian dan juga keluarganya mereka akan semakin sukses. Ya, memang keduanya akan menikah karena perjodohan. “Aku akan menyusulnya.” Belinda beranjak dari tempat duduknya. Namun, belum sempat berlalu, ia melihat

    Last Updated : 2025-01-17
  • Sebatas Teman Tidur    Part 8. Segala Jenis Obat

    [Sayang, aku pusing] Kalimat itu merupakan pesan dari Adrian yang ia terima setelah selesai membersihkan diri. [Kamu kira aku dokter, setelah mengeluh pusing sama aku bakalan langsung dikasih obat terus sembuh gitu] Lea membalas pesan Adrian dengan raut wajah kesal mengingat lagi momen percintaannya di mobil tadi. Meski lambat laun ia larut dan menikmati sentuhan Adrian, tak menutupi kemungkinan ia terasa cemas, rasanya seperti naik roller coaster, tidakkah Adrian berpikir seperti itu. Ah, dasar lelaki kalau sudah nafsu mana mungkin lihat-lihat tempat. Ia memasang wajah jutek, dengan bibir yang manyun seakan-akan Adrian akan melihatnya.[Dokter mah gak akan tahu obat yang aku butuhkan, sayang. Soalnya segala obat pada rasa sakitku ada di kamu. Kamu pasti tahu kan apa yang aku butuhkan.][Sinting!]Lea mendengus setelah melemparkan ponselnya ke atas kasur secara asal, setelah sebelumnya membalas pesan Adrian dengan kalimat umpatan tersebut. Beranjak dari tempat duduknya ke meja rias

    Last Updated : 2025-01-18
  • Sebatas Teman Tidur    Part 9. Tidak Mati Mendadak

    Terdengar dengusan kasar dari bibir gadis itu, karena merasa ucapannya sama sekali tak mendapatkan respon apapun. Mereka hanya merespon dengan tatapan yang tak berarti. Apalagi pria di depannya itu hanya menatapnya dengan tatapan intens. Tanpa ia sadari, jika Adrian tengah terpesona padanya. Merasa risih, ia pun memutuskan pandangan Adrian, lalu mengusap pucuk kepala Zalina.”Lain kali hati-hati ya sayang. Jangan main eskalator sendirian, itu berbahaya.” Ia melirik ke arah Adrian dengan pandang jengkel.“Iya, Kak.”“Oh... Kak Lea ternyata di sini. Aku cari-cari juga tadi.” Seorang anak lelaki remaja tiba-tiba menghampiri dirinya.“Udah dapat?”“Udah ini. Yuk kita pulang.” Setelah remaja itu menunjukkan shoping bag di tangannya, ia pun berlalu pergi. “Paman... Paman...” Seketika panggilan Zalina membuat Adrian mengerjap. “Paman kok diam saja sih?” tanyanya dengan mimik wajah yang lucu.Adrian menghela napasnya, bayangan wajah Lea melintas. Mana mungkin ia katakan jika ia terpesona de

    Last Updated : 2025-01-19

Latest chapter

  • Sebatas Teman Tidur    Part 25B

    “Lihatin aku ya,” tebak Adrian kemudian membuat Lea berdecak jengkel. Belum sempat ia mengelak, pria itu sudah mendaratkan tangannya untuk mengacak-acak rambutnya. “Ya sudah lanjutkan. Aku keluar dulu ya.”“Iya, Pak.”“Lea...” Di depan pintu Adrian kembali menoleh dan memanggil Lea.“Iya, Pak.”Adrian tersenyum mendengar panggilan, Lea. “Nanti malam aku ajak kamu makan di luar ya?”Lea tampak bingung karena belum jatuh weekend bukankah Adrian janjinya kalau sudah weekend. Namun, belum sempat ia bertanya Adrian kembali membuka suara untuk menjelaskannya.“Weekend nanti aku ada acara keluarga, jadi aku gak bisa ajak kamu keluar.”Lea mengangguk. “Baik.”“Dandan yang cantik,” kata Adrian mengakhiri obrolan pada pagi hari itu. Meninggalkan Lea yang masih tersenyum bak seorang gadis yang tengah kasmaran.Malam hari Lea telah bersiap dengan dress cantiknya. Untuk pertama kalinya ia akan dinner makan malam berdua dengan Lea. Entah kenapa ia merasa sangat senang. Sangking senangnya setelah pu

  • Sebatas Teman Tidur    Part 25A.

    Tak ada yang bersuara masing-masing sibuk dengan pemikirannya, usai sesi pergumulan panas keduanya. Sampai napas keduanya menjadi normal, Adrian menarik Lea ke dalam dekapannya. Membuat perempuan itu merasa nyaman, dan sejenak lupa permasalahan yang terjadi. “Makasih banyak ya,” kata Adrian membuat Lea tersenyum mengusap lengan Adrian yang melingkar di perutnya. Sejenak mereka terdiam hingga akhirnya pria itu menarik tangannya. “Mandi dulu yuk, Le. Habis ini makan bareng, aku akan pesan makanan.”Lea menatap punggung Adrian yang menghilang di balik pintu kamar mandi. Beberapa menit setelah Adrian selesai ia bergantian masuk ke kamar mandi, membiarkan Adrian memesan makanan lebih dulu. Beberapa saat kemudian Lea sudah menata makanan. Lea berteriak memanggil Adrian, hingga pria itu datang. Keduanya makan bersama tanpa suara. “Oh ya, Le. Aku punya hadiah untukmu.” Adrian berlalu ke kamar meninggalkan Lea yang saat ini duduk di sofa setelah selesai makan. Tak berselang lama Adrian data

  • Sebatas Teman Tidur    Part 24B

    “Lea...” teguran seseorang membuat ia menoleh dan mendapati Evan duduk di atas motornya.“Evan.”“Udah mau pulang kan?” tanyanya lagi seraya menepuk jok motornya. “Bareng yuk. Aku anterin,” tawarnya kemudian.Lea terdiam sejenak lalu menggeleng. “Aku gak langsung pulang, Van.”“Terus mau kemana? Kebetulan hari ini aku free, tidak ada tugas kuliah juga. Ayo aku antar kemanapun kamu mau.”“Aku pengen ke makam ibu.” Ya, ia tidak sepenuhnya bohong entah kenapa saat suasana hatinya tidak baik, ia hanya ingin bertemu ibunya. “Ya udah ayo aku antar.”Lea terdiam meragu antara ingin menolak tapi terasa sungkan, mengingat beberapa kali saat ditawari tumpangan ia merasa enggan. Merasa ingin menjaga hati Adrian, tetapi untuk apa kini ia lakukan? Bukankah hubungannya akan berakhir. Pada akhirnya ia pun naik ke motor Evan dan meninggalkan kawasan kantor tersebut. Tak sadar dibelakangnya seorang pria mengepalkan kedua tangannya. “Cukup sampai di sini saja, Van. Kau langsung pulang saja. Aku lagi

  • Sebatas Teman Tidur    Part 24A.

    Solo, Jawa Tengah“Kerjaanmu sudah beres kan?” tanya Maya pada adiknya.“Iya, sudah kelar dari kemarin.”“Tumben tidak buru-buru pulang?”“Pusing.” Adrian merebahkan kepalanya di pangkuan sang kakak. “Pijitin kepalaku sini, Kak.”“Makanya pulang minta pijitin saja sama calon istrimu.”“Jangan bahas dia lah, makin pusing saja.” Adrian memaksa tangan sang kakak untuk memijat kepalanya. Membuat Maya menghela napas panjang. “Begini kalau Mas Randy lihat kamu bisa-bisa ditarik ceburin ke kolam ikan kamu,” celetuk Maya meski begitu tangannya bergerak memijat kepala sang adik. Memang dari ketiga adiknya yang paling dekat dengannya hanya Adrian. “Dasar bucin!” cibir Adrian menarik diri dari pangkuan sang kakak, lalu memilih bersandar di sofa.“Bukan bucin tapi karena cinta. Kamu sih mana ngerti hal begituan. Tahunya cuma kerja sama menuruti kemauan orang tua. Kapan mikirin diri sendiri.” Randy yang baru dari kamar si kembar ikut menimpali. Pria yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah Das

  • Sebatas Teman Tidur    Part 23.

    Lea mengambil lembaran itu yang terisi fotonya saat memasuki mobil Adrian. Seketika jantungnya terasa berdetak lebih kencang. “Kau bahkan sudah berani memasuki mobil calon suamiku, Lea!”Tangan Lea gemetar, tapi sebisa mungkin ia harus bisa mengendalikan diri. “Maaf, Nona. Ini tidak seperti yang anda lihat. Saat itu Pak Adrian hanya memberi tumpangan tidak lebih, karena hari sudah terlalu larut.”“Lalu kenapa kau bisa duduk di depan? Seharusnya kau bahkan bisa menempatkan diri yang namanya orang menumpang!”“Maaf Nona, saat itu—”“Dengar!” Belinda memotong ucapan Lea dengan cepat. “Aku tidak ingin dengar apapun alasanmu. Tapi, kedatanganku kemari hanya ingin adalah bentuk peringatan pertama dan terakhir untukmu. Jangan pernah berpikir merebut Adrian dariku, ataupun mendekatinya. Jika, sampai hal itu ia lakukan. Kau akan wajahku sebenarnya!”Lea terdiam kaku tak bisa menyela ucapan perempuan di depannya. Ia berpikir apapun pembelaannya akan tetap salah. “Nona...”“Nyawa dan nama baikm

  • Sebatas Teman Tidur    Part 22.

    “Sesuai kesepakatan yang terjalin, jika perjodohan ini berjalan dengan sukses saya akan memberikan salah satu pabrik plastik saya pada anda, Pak. Dan mulai besok saya akan minta pengacara akan mengurusnya.” Adrian menatap wajah sang Papa yang tampak berbinar. Ia tahu otak sang Papa itu telah menghitung kepingan uang yang akan mereka dapatkan nanti. Tiba-tiba selera makannya lenyap begitu saja, ia mendorong piringnya ke tengah dan menyudahi makannya. Pembicaraan yang ia dengar hanya memicu kekesalan di hatinya. Ia memilih pamit undur diri menuju taman belakang. “Cie calon pengantin!” Evelyn datang menggoda dirinya, membuat Adrian bertambah kesal.“Bocil, mendingan kamu belajar.”“Enaknya ya, Kak. Dijodohkan?” tanya gadis itu polos.“Menurutmu?”Gadis itu menggeleng tanda tak mengerti, membuat Adrian mengacak-acak rambutnya gemas. “Gak usah pikirin. Nanti kalau sudah saatnya kamu juga bakalan dijodohkan, tenang saja,” kelakarnya membuat gadis itu cemberut.“Sorry ya. Aku tidak mau! Ak

  • Sebatas Teman Tidur    Part 21B.

    Adrian tersenyum sinis melihat obsesi Belinda. Sebelum kemudian memilih berlalu meninggalkan Belinda. Tak memperdulikan sekalipun perempuan itu berteriak memanggil dirinya. Ia tetap berlalu meninggalkannya, melajukan mobilnya menuju apartemen di mana Lea berada. Sayangnya saat itu hujan begitu deras, tepat di jalanan yang cukup sepi ban mobilnya licin membuat ia mengerem secara mendadak. Dalam derasnya air hujan ia tetap keluar dari mobilnya, soalnya saat itu ada beberapa preman yang mau merampoknya. Adrian berusaha melawan, tapi di saat ia lengah salah satu dari menodongkan clu rit hingga, ia berhasil menghalanginya dengan cara menahan menggunakan tangannya, yang pada akhirnya membuat ia terluka. Sebelum kemudian bala bantuan akhirnya ia dapatkan. Adrian merasa sial sekali sore itu. Seandainya ia tidak menuruti Belinda akhirnya pasti tidak akan seperti ini, pikirnya.Tin... Tin...Klakson mobil yang terdengar membuat Adrian tersadar dari lamunannya. Segera ia pacu mobilnya menuju ked

  • Sebatas Teman Tidur    Part 21A.

    Malam semakin larut, hujan mulai terhenti menyisakan rintik gerimis. Adrian mengerjap dalam tidurnya. Merasakan sesuatu barang menimpa keningnya, ia ambil ternyata handuk kecil. Ia menoleh ke samping mendapati Lea tertidur dalam posisi yang tak nyaman. Ia berusaha mengingat-ingat kejadian semalam, ketika ia datang menemui Lea dalam kondisi tangan yang terluka, hingga akhirnya keduanya menghabiskan malam penuh gairah. Tiba-tiba ia merasakan kepalanya berdentam menyakitkan. Setelahnya ia tak ingat apapun, dan kini bangun-bangun badannya terasa segar. Lea pasti merawatnya, melirik ke arah tubuhnya ia juga terkejut mendapati dirinya sudah berpakaian dengan lengkap. Turun dari ranjang, mendekati Lea. Ia tersenyum tipis, perempuan itu terlihat begitu nyenyak, sama sekali tak terusik ketika ia mencoba memindahkannya posisinya ke hal yang lebih nyaman. “Dia pasti kelelahan. Terima kasih, Le.”Adrian mendaratkan kecupan singkat di keningnya, ia ambil kunci mobil, dompet dan ponselnya di atas

  • Sebatas Teman Tidur    Part 20.

    Tuhan jika boleh diri ini meminta. Tanamkan sedikit saja rasa cinta di hatinya, sisanya biar aku yang berusaha.Lea Queenara_“Tidak ada.” Lea menjawab dengan kedua mata yang menatap Adrian dengan memindai. “Kau dari mana, Ian? Kenapa baru sampai, dan pakaianmu juga basah kuyup seperti ini,” lanjutnya mencecar Adrian.“Hei, kau ini kenapa? Aku baik-baik saja. Ini tadi hanya ada insiden kecil di jalanan.” Adrian menarik tangan Lea membawanya masuk. “Apanya yang baik-baik saja! Kau basah kuyup begini. Seperti anak kecil yang bermain air hujan!” Lea berdecak menepis tangan Adrian, membuat pria itu meringis, detik berikutnya mata Lea terbelalak saat melihat darah menetes dari tangan Adrian. “Darah!! Ian apa yang terjadi?” “Tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil.”“Apanya yang tidak apa-apa. Kau terluka seperti ini.” Lea meminta Adrian untuk duduk di sofa, dengan tergesa-gesa ia mencari kotak p3k lalu membawanya kembali. “Kemarikan tanganmu, Ian.”“Le, aku itu...”“Buruan Adrian!!” teriak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status