Home / Romansa / Sebatas Teman Tidur / Part 5. Jangan Berani Dekat Dengan Pria Lain

Share

Part 5. Jangan Berani Dekat Dengan Pria Lain

last update Last Updated: 2025-01-10 16:17:39

“Lea...”

Lea mengurungkan niatnya masuk ke dalam toko buku saat mendengar namanya di panggil. Menoleh ke samping ia melihat seorang lelaki muda melangkah ke arahnya. “Evan.”

“Hai,...”

“Hai..”

“Mau beli buku ya,?” tanya Evan.

“Iya ni.” Lea menjawab seraya masuk ke dalam toko diikuti Evan. Terlihat ia mulai menyusuri satu rak buku demi rak lainnya.

“Kau cari buku apa?” tanya Evan yang saat itu tengah mengambil sebuah buku tuntutan bisnis.

“Aku cuma cari novel, ini sudah mendapatkannya.” Lea menunjukkan buku di tangannya dengan cover bergambar senja, matanya menatap ke arah buku dalam genggaman tangan Evan. “Kamu suka bacaan bisnis ya? Wah keren, padahal itu bacaan yang berat.”

Evan tersenyum tipis. “Iya, siapa tahu nanti berguna. Sekarang belajar dulu.”

“Iya siapa tahu nanti kamu pengen buka perusahaan sendiri,” kata Lea yang diamini Evan sebelum berlalu menuju meja kasir. Evan memang hanyalah anak magang di kantor Adrian. Ia sebenarnya tipikal anak yang tak banyak bicara, entah kenapa saat bersama Lea ia merasa nyaman di ajak bicara.

“Biar aku sekalian yang bayar,”

“Tidak perlu, Van. Aku bisa...”

“Ayolah. Saat itu kamu kan udah bayarin makan aku di kantin, sekarang apa salahnya aku juga traktir kamu kan.” Evan mengambil dompet mendorong kedua buku di atas meja kasir. “Sekalian mba. Totalnya berapa?”

Usai menyelesaikan transaksinya. Keduanya melangkah keluar dari toko. Evan mengajak Lea makan, sebelumnya Lea menolak dan ingin buru-buru pulang. Ia ingat di rumah ada Ayahnya yang menunggu, meski saat ini ada perawat khusus yang ia sewa tapi itu tak lantas membuat dirinya lepas. Namun, tiba-tiba perutnya berbunyi membuat Lea merasa malu, hingga pada akhirnya ia pun menerima ajakan Evan.

Dan di sinilah keduanya berada di sebuah restoran cepat saji memesan makanan. Siang itu restoran itu cukup penuh, apalagi ini hari weekend tentu banyak anak muda yang menghabiskan waktunya di luar rumah.

“Duh kursi penuh semua lagi.” Seorang perempuan cantik mengeluh, matanya mengedarkan pandangannya dan terhenti di meja Evan dan Lea. “Kami boleh gabung gak?” tanyanya tiba-tiba.

Lea yang hendak menikmati makanannya tersentak langsung mengangkat wajahnya, detik berikutnya ia terbelalak melihat Belinda dan Adrian sudah berdiri di hadapannya.

“Pak Adrian...” Evan menyapanya dengan hangat.

“Kursi lain penuh. Boleh kan kamu gabung, aku udah lapar banget ni. Gak apa-apa kan sayang?” rengek Belinda pada Adrian. Sementara lelaki itu hanya bergeming menatap ke Lea dengan tajam.

“Sayang, ayolah bicara. Gak apa-apa kan. Lagian mereka itu karyawan kamu kan.” Tepukan di pundak Belinda menyadarkan Adrian dari lamunannya.

“Ah iya, terserah kamu.” Adrian menjawab dengan datar, matanya kembali menatap ke arah Lea yang tengah menunduk, tak sadar tangannya mengepal.

“Boleh kan ya?”

“Tentu saja boleh Nona.” Bukan Lea yang menjawab melainkan Evan. Perempuan itu hanya mengulas senyum tipisnya. Hingga pesanan Adrian dan Belinda datang, perempuan itu dengan antusias tak sabar ingin makan. Sementara Lea mendadak kehilangan selera makannya, apalagi mendengar rengekan dan panggilan manja Belinda pada Adrian. Entah kenapa ia merasa tak nyaman, ada sesuatu yang mengusik hatinya. Ia merasa tak suka, namun ia juga sadar ia tak ada hak apapun. Semakin merasa tak nyaman kala tak sengaja tatapannya bertemu dengan manik mata milik Adrian.

“Kalian habis kencan ya?” tanya Belinda dengan senyum manisnya. Lea sedikit terperangah, perempuan di depannya sangat cantik, anggun, pintar tentunya berkelas bahkan tutur katanya ramah meski terlihat manja apalagi berkali-kali Belinda meminta disuapi makanan dalam piring Adrian. Apa yang salah dari Adrian, kenapa lelaki itu tidak setia padanya. Kenapa lelaki itu justru menjerat dirinya menjadi perempuan simpanan. Tentunya dibandingkan dirinya, ibarat langit dan bumi. Tiba-tiba Lea jadi berkecil hati, mengingat segala pergemulan terlarang, merebuk manisnya dosa, ia semakin merasa rendah diri.

“Oh enggak kok, Nona. Kebetulan kami tadi ketemu di toko buku.” Sedari tadi Evan yang menjawab, sementara Adrian dan Lea hanya sibuk dengan pemikirannya masing-masing.

“Oh...”

Lea tersenyum getir merasakan kepahitan hidupnya. Ia bahkan tidak tahu bagaimana nasibnya setelah hubungannya dengan Adrian berakhir. Tak sadar ia mendesah secara kasar membuat semua orang menoleh ke arahnya.

“Kenapa?” tanya Evan.

“Em... Gak apa-apa. Aku cuma ngerasa pengen buang air kecil. Aku ke kamar mandi dulu ya, Van.”

“Oh, oke.”

Lea bergegas beranjak dari tempatnya, buru-buru ke kamar mandi. Sampai di kamar mandi ia tidak masuk ke dalam wc, melainkan hanya berdiri di depan wastafel memandang wajahnya dari balik kaca. Ada banyak hal yang ia pikirkan tak hanya tentang hubungan gelapnya dengan Adrian, ada nasib Leo dan Ayahnya. Ia bersyukur keduanya sudah sama-sama mulai menunjukkan adanya perubahan.

Lelah berpikir, Lea membasahi tangannya dan membasuh wajahnya, mengeringkannya kemudian beranjak keluar dari kamar mandi. Saat ia tengah berjalan pelan menyusuri lorong kamar mandi, tiba-tiba tubuhnya tersentak saat tangannya di tarik paksa oleh seseorang. Ingin memberontak namun ia tidak bisa. Dirinya di bawa paksa menuju tangga darurat.

“Ian, ada apa?” Lea bertanya seraya mencoba memberontak, mencoba melepaskan tangan Adrian dari pergelangannya. Namun, usahanya sia-sia, kekuatannya jelas tak sebanding dengan lelaki itu.

Di tengah usahanya itu, ia kembali tersentak saat Adrian kembali menghimpit tubuhnya ke dinding, lalu tanpa aba-aba menciumnya dalam satu gerakan kasar. Kedua mata Lea terbelalak kaget, sekuat tenaga ia berusaha mengelak. Namun, alih-alih melepaskan Adrian justru memegang rahangnya menggerakkan bibirnya dengan gerakan kasar. Ia seperti merasakan gelora kemarahan dalam pangutan bibir lelaki itu.

”Please, Ian jangan seperti ini,” pinta Lea ketika Adrian telah melepaskan ciumannya, ia merasakan bibirnya berdarah. Betapa kuat dan kasarnya lelaki itu. “Ini ada apa?” lanjutnya.

Bukan jawaban yang ia dapatkan. Adrian kembali mengikis jaraknya, berniat mencium bibir Lea. Sigap Lea menahan tubuh lelaki itu dengan sekuat tenaga. “Ian, tolonglah jangan seperti ini. Ada apa? Sadar tidak ini di mana?”

“Aku tidak peduli, Lea. Aku ingin kamu.” Kedua matanya yang memerah itu masih terus menatap ke arah Lea.

“Tapi...”

“Kamu ingat perjanjiannya bukan. Jangan pernah dekat pria lain saat kamu masih menjadi milik aku.”

Seketika Lea tersadar jika Adrian merasa marah lantaran melihat ia bersama Evan. “Aku tadi tidak sengaja bertemu dengan Evan di toko buku dan emm....” Lea kesulitan melanjutkan ucapannya saat Adrian langsung membungkam bibirnya dengan ciumannya.

“Jangan sebut namanya,” bisiknya di sela-sela pangutan bibirnya. Satu tangannya bergerak mengunci tubuh Lea, sementara satu lainnya meraba tubuh Lea dari balik pakaiannya. Napas Lea tampak memburu, ia seperti tengah dibakar gairah oleh Adrian. Ia hampir saja meloloskan dress perempuan itu, jika saja Lea tak menahannya.

“Ian... Tolonglah jangan seperti ini. Kamu harus sadar ini di mana.” Lea berteriak frustasi. Tubuhnya terasa panas menggelora akibat sen tuhan Adrian. Namun, otaknya berpikir jika ini tempat yang salah.

“Ikut aku.” Lea kembali tersentak saat dengan cepat Adrian menarik tangannya turun ke lewat tangga menuju lantai basement. Keduanya berhenti tepat di sebuah mobil mewah. Mengambil kunci ia tekan tombol hingga otomatis pintu bagian belakang terbuka. “Masuk!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Sebatas Teman Tidur    Part 6. Aku Yang Hina

    “Masuk!” perintah Adrian ketika pintu mobil telah terbuka. Ia mendorong sedikit tubuh Lea, lalu mengikutinya masuk.Tanpa sebuah peringatan Adrian langsung mencium bibirnya dengan kasar. Lea tidak menyukai momen ini. Ia merasa Adrian seperti menganggap dirinya itu pelacur.Hah pe lacur? Mengapa harus ditanya. Bukankah sejatinya memang begitu anggapan Adrian padanya. Perempuan seperti apa yang rela memberikan keperawanannya hanya demi sejumlah uang. Lalu ia berharap apa? Dirinya bukan sebuah berlian yang berharga.Ingatan Lea kembali tertuju pada kejadian empat bulan yang lalu , usai operasi Leo berjalan dengan lancar namun adiknya dinyatakan koma. Sore harinya ia menepati janjinya dengan mendatangi apartemen Adrian. Di sana lelaki itu sudah menunggu dirinya dengan memberikan surat perjanjian.“Enam bulan?” tanya Lea usai membaca surat perjanjian di tangannya, di mana di sana dinyatakan kontrak itu akan berlangsung selama enam bulan, dan saat itu Lea tidak boleh terikat hubungan dengan

    Last Updated : 2025-01-16
  • Sebatas Teman Tidur    Part 7. Ketakutan Lea

    Belinda melirik arloji di tangannya, ini sudah tiga puluh menit yang lalu sejak Adrian pamit ke toilet. “Adrian kemana sih? Toilet doang masa bisa selama ini,” gerutunya yang tentu di dengar oleh Evan. ”Iya ini juga Lea mana ya? Apa toiletnya ngantri ya.” Belinda menghela napas kesal. Kembali melirik arloji di tangannya. Ia ingat lima belas menit lagi ia ada pemotretan. Seharusnya hari Minggu itu libur. Namun, karena memang jadwalnya padat sedang banyak penawaran, jadi terpaksa tetap ia ambil, demi melambungkan namanya semakin terkenal. Ia yakin Adrian akan merasa sangat bahagia dan beruntung jika bisa menikah dengan dirinya. Selain karena dia seorang publik figur ia merupakan anak seorang pengusaha sukses di kotanya, dengan digabungkan dua perusahaan raksasa milik keluarga Adrian dan juga keluarganya mereka akan semakin sukses. Ya, memang keduanya akan menikah karena perjodohan. “Aku akan menyusulnya.” Belinda beranjak dari tempat duduknya. Namun, belum sempat berlalu, ia melihat

    Last Updated : 2025-01-17
  • Sebatas Teman Tidur    Part 8. Segala Jenis Obat

    [Sayang, aku pusing] Kalimat itu merupakan pesan dari Adrian yang ia terima setelah selesai membersihkan diri. [Kamu kira aku dokter, setelah mengeluh pusing sama aku bakalan langsung dikasih obat terus sembuh gitu] Lea membalas pesan Adrian dengan raut wajah kesal mengingat lagi momen percintaannya di mobil tadi. Meski lambat laun ia larut dan menikmati sentuhan Adrian, tak menutupi kemungkinan ia terasa cemas, rasanya seperti naik roller coaster, tidakkah Adrian berpikir seperti itu. Ah, dasar lelaki kalau sudah nafsu mana mungkin lihat-lihat tempat. Ia memasang wajah jutek, dengan bibir yang manyun seakan-akan Adrian akan melihatnya.[Dokter mah gak akan tahu obat yang aku butuhkan, sayang. Soalnya segala obat pada rasa sakitku ada di kamu. Kamu pasti tahu kan apa yang aku butuhkan.][Sinting!]Lea mendengus setelah melemparkan ponselnya ke atas kasur secara asal, setelah sebelumnya membalas pesan Adrian dengan kalimat umpatan tersebut. Beranjak dari tempat duduknya ke meja rias

    Last Updated : 2025-01-18
  • Sebatas Teman Tidur    Part 9. Tidak Mati Mendadak

    Terdengar dengusan kasar dari bibir gadis itu, karena merasa ucapannya sama sekali tak mendapatkan respon apapun. Mereka hanya merespon dengan tatapan yang tak berarti. Apalagi pria di depannya itu hanya menatapnya dengan tatapan intens. Tanpa ia sadari, jika Adrian tengah terpesona padanya. Merasa risih, ia pun memutuskan pandangan Adrian, lalu mengusap pucuk kepala Zalina.”Lain kali hati-hati ya sayang. Jangan main eskalator sendirian, itu berbahaya.” Ia melirik ke arah Adrian dengan pandang jengkel.“Iya, Kak.”“Oh... Kak Lea ternyata di sini. Aku cari-cari juga tadi.” Seorang anak lelaki remaja tiba-tiba menghampiri dirinya.“Udah dapat?”“Udah ini. Yuk kita pulang.” Setelah remaja itu menunjukkan shoping bag di tangannya, ia pun berlalu pergi. “Paman... Paman...” Seketika panggilan Zalina membuat Adrian mengerjap. “Paman kok diam saja sih?” tanyanya dengan mimik wajah yang lucu.Adrian menghela napasnya, bayangan wajah Lea melintas. Mana mungkin ia katakan jika ia terpesona de

    Last Updated : 2025-01-19
  • Sebatas Teman Tidur    Part 10. Shitt... Ini Gila

    Lea mengusap dadanya sambil bersandar di dinding, begitu berhasil keluar dari ruangan Adrian. “Jadi, boss kok galak banget. Gak berperi karyawanan banget. Emang dia pikir kantor bisa berkembang sendiri tampak karyawan,” gerutunya jengkel.“Kenapa, Lea?” Kehadiran lelaki di depannya kembali mengejutkan dirinya.“Duh Pak Ben ngagetin saja sih. Kirain....” Lea melirik ke arah pintu ruangan Adrian yang masih tertutup rapat. Tampak lelaki itu terkekeh.“Kaget ya,” tebaknya membuat Lea spontan mengangguk. ”Pasti berpikir jika kekasihmu yang muncul.”Mendengarnya membuat wajah Lea bersemu. Ia jelas paham siapa yang dimaksud. Di antara semua orang hanya Ben yang mengetahui hubungannya dengan Adrian. “Sst... Diam, Pak. Jangan keras-keras, ini di kantor. Saya tidak mau reputasi Pak Adrian hancur. Saya permisi.”Ben menghela napas kasar sebelum kemudian tersenyum samar. “Sampai kapan, Lea?”Langkah Lea kembali terhenti mendengar pertanyaan asisten pribadi Adrian itu. “Apanya?” jawabnya polos.Be

    Last Updated : 2025-01-20
  • Sebatas Teman Tidur    Part 11. Jantungmu Berdetak

    ”Shittt... Ini gila!!” Prang!!Serentak semua menoleh ke arahnya. Lea menjatuhkan gelas yang berisi air mineral hingga terjatuh, bahkan pakaiannya dan sepatunya sampai basah terkena minumannya.”Kenapa Lea?” Belum sempat Adrian bertanya Ben lebih dulu mengeluarkan suaranya.“Em... Maaf-maaf semua. Saya tidak sengaja menyenggol gelasnya,” cicitnya tak enak hati. “Saya akan bertanggung jawab membersihkannya.”“Rapat kita sampai sini. Kalian semua boleh keluar.” Adrian berakata seraya memandang tajam ke arah Lea. “Kecuali Lea..”Mereka semua keluar, dan mengira Lea akan mendapatkan hukuman. Sementara Ben menggelengkan kepalanya, menepuk pundak Adrian. “Ingat ini di kantor, jangan melakukan apapun. Kalian harus profesional.”“Aku mengerti bawel. Pergilah sana.”Sepeninggal Ben, Lea merasa aura ruangan ini terasa mencekam. Apalagi saat merasa tatapan Adrian kian lebih intens, seakan-akan ia telah melakukan kesalahan yang fatal. Juga suara langkah kaki lelaki itu yang kian mendekat. “Saya

    Last Updated : 2025-01-21
  • Sebatas Teman Tidur    Part 12. Vitamin

    Seperti apa yang telah dikatakan Adrian jika Lea harus menerima hukuman, akibat tidak mematuhi aturan perusahaan. Tentu saja sebagai karyawan yang teladan, Lea mematuhi perintah sang atasan. Lea melirik arloji di tangannya di mana waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, suasana kantor juga terasa sepi. Bahkan kopi di cangkirnya telah habis tak tersisa. Namun, kerjaannya belum selesai juga. Adrian benar-benar seperti tengah memanfaatkan dirinya. Bisa-bisanya ia diberi pekerjaan yang membludak. Susunan data iklan harus segera ia selesaikan, selain itu ada beberapa data statistik yang harus benar-benar ia teliti. Jika sampai salah sedikit saja, Adrian pasti tidak akan terima.“Pokoknya ini harus selesai. Kalau tidak bisa-bisa si boss killer itu akan terus menindasku dengan cara lembur terus.” Lea menyemangati diri meski sambil menggerutu jengkel akan sikap Adrian, ia tetap berusaha konsentrasi menyelesaikan kerjaannya.“Ehem, siapa bos killermu!” Suara dingin itu membuat Lea terke

    Last Updated : 2025-01-22
  • Sebatas Teman Tidur    Part 13. Dih Emang Aku Cabe

    “Aku tidak mau bangun.” “Bangun.” “Tidak mau.” “Bangun, Ian!” ”Tidak, sayang.” Lea mengerjap saat mendengar panggilan Adrian padanya, bahkan bibirnya sampai terbuka secelah. Detik berikutnya ia terkejut, saat Adrian mengecup bibirnya singkat. “Ian, apa-apaan sih kamu.” “Bibirmu terbuka tanpa suara, ku pikir itu suatu persetujuan untukku mencium dirimu.” “Ck! Menyebalkan sekali dirimu.” Lea memukul dan mendorong dada Adrian pelan. “Tak usah banyak merayu,” imbuhnya. Ia memutar kursinya berniat melanjutkan pekerjaannya. Namun, tiba-tiba ia tersentak saat tangannya ditarik oleh Adrian, membuatnya spontan berdiri menabrak dada bidang lelaki itu. Matanya terbelalak kala dengan cepat pria itu membungkam bibirnya dengan ciumannya. Sigap salah satu tangan Adrian menahan pinggangnya, seiring dengan lumatan yang terasa intens. Lea merasa tubuhnya lemas, hampir terdorong ke belakang, jika saja Adrian tak menahan pinggangnya. Darahnya berdesir, jantungnya berdetak lebih kencang dan

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Sebatas Teman Tidur    PART 27B.

    “Sembarangan, emang mukaku itu tampang penikung apa!” sergah Ben tak terima membuat Aditya terbahak. Menoleh ke arah Lea. “Lea kenalin ini Aditya, sahabat Adrian juga. Dan ini Laras calon istrinya mungkin,” lanjutnya.Lea mengangguk menyalami keduanya. “Lea.”“Aditya.”“Laras.”“Ck! Kok bisa kamu bawa dia? Gak takut sama Adrian. Bisa dibabat habis kalau dia tahu.” Aditya menggelengkan kepalanya heran. Sementara Laras menawarkan makanan pada Lea, tapi perempuan itu lebih memilih minuman saja. “Ada sedikit masalah tadi. Adrian itu sekali-kali perlu diberi pelajaran.”“Ben, jangan terlalu ikut campur lah. Aku tahu kamu gak suka sama cara Adrian yang begitu. Tapi, aku takut juga itu berimbas pada persahabatan kita.” Ben menggelengkan kepalanya pelan. “Aku hanya ingin membuat dia sadar akan perasaannya. Kamu tahu apa yang barusan dia lakukan...” Ia menghentikan ucapannya sejenak. “Dia telah berjanji akan mengajak Lea makan malam. Tapi, bisa-bisanya ia melupakannya dan lebih menemani Beli

  • Sebatas Teman Tidur    Part 27A.

    Terima kasih ya, Adrian.”“Hem...”“Kamu gak mampir?” tawar Belinda kemudian.“Enggak, sudah malam. Sana masuk.”“Oke deh. Makasih banget ya. Aku senang banget hari ini.” Belinda berjinjit mengecup pipi Adrian sebelum masuk ke rumah. Adrian melajukan mobilnya membelah jalan raya yang cukup padat itu. Ia mengambil ponselnya yang ternyata mati, mengambil power bank ia segera menghidupkannya lagi. Saat itu pula notif pesan dan panggilan tak terjawab masuk secara beruntun. Memelankan mobilnya, ia segera membuka notif tersebut.15 panggilan tak terjawab 20 pesan belum terbaca[Ian, aku sudah tiba di restoran ni][Tempatnya indah banget, Ian. Aku suka][Ian, kamu kok belum datang? Macet ya][Aku tunggu di sini ya][Pramusaji udah datang nawarin menu yang kamu pesan. Tapi, aku bilang nanti tunggu kamu. Ian, kamu gak lupa kan?][Ian, kamu di mana sih? Aku sudah 30 menit di sini][Ian, kamu baik-baik saja kan?][Seharusnya kalau tidak bisa datang katakan padaku, Ian. Agar aku tidak menunggu

  • Sebatas Teman Tidur    Part 26

    Pramusaji kembali datang menghampirinya.“Nona bagaimana? Menunya mau dikeluarin sekarang?” “Nanti dulu ya, dia belum datang,” jawabnya lirih matanya memandang arah pintu masuk dengan penuh harap.“Baik.” Pramusaji itu pun kembali meninggalkan dirinya. Musik mengalun merdu mengiringi suasana hatinya yang menurutnya tidak pas. Ia sedang merasa gundah gulana, sedangkan musiknya terdengar romantis. Ini justru membuat hatinya terasa teriris perih. Meski begitu ia masih berharap penuh kedatangan Adrian. Ia berharap pria itu tidak akan mengingkari janjinya. Lea telah mencoba menghubungi Adrian berkali-kali tapi sia-sia. Ia merasa ingin menangis saat ini juga. Ruangan yang sudah disulap romantis itu seketika justru terlihat menyakitkan. Detik berganti menit hingga berubah jam Adrian tak kunjung datang.Pramusaji kembali datang mendekati dirinya perihal pertanyaan yang sama. “Batalkan saja semuanya,” kata Lea dengan nada serak.“Tapi, Nona. Semua itu sudah dibayar dan kami tidak bisa untuk

  • Sebatas Teman Tidur    Part 25B

    “Lihatin aku ya,” tebak Adrian kemudian membuat Lea berdecak jengkel. Belum sempat ia mengelak, pria itu sudah mendaratkan tangannya untuk mengacak-acak rambutnya. “Ya sudah lanjutkan. Aku keluar dulu ya.”“Iya, Pak.”“Lea...” Di depan pintu Adrian kembali menoleh dan memanggil Lea.“Iya, Pak.”Adrian tersenyum mendengar panggilan, Lea. “Nanti malam aku ajak kamu makan di luar ya?”Lea tampak bingung karena belum jatuh weekend bukankah Adrian janjinya kalau sudah weekend. Namun, belum sempat ia bertanya Adrian kembali membuka suara untuk menjelaskannya.“Weekend nanti aku ada acara keluarga, jadi aku gak bisa ajak kamu keluar.”Lea mengangguk. “Baik.”“Dandan yang cantik,” kata Adrian mengakhiri obrolan pada pagi hari itu. Meninggalkan Lea yang masih tersenyum bak seorang gadis yang tengah kasmaran.Malam hari Lea telah bersiap dengan dress cantiknya. Untuk pertama kalinya ia akan dinner makan malam berdua dengan Lea. Entah kenapa ia merasa sangat senang. Sangking senangnya setelah pu

  • Sebatas Teman Tidur    Part 25A.

    Tak ada yang bersuara masing-masing sibuk dengan pemikirannya, usai sesi pergumulan panas keduanya. Sampai napas keduanya menjadi normal, Adrian menarik Lea ke dalam dekapannya. Membuat perempuan itu merasa nyaman, dan sejenak lupa permasalahan yang terjadi. “Makasih banyak ya,” kata Adrian membuat Lea tersenyum mengusap lengan Adrian yang melingkar di perutnya. Sejenak mereka terdiam hingga akhirnya pria itu menarik tangannya. “Mandi dulu yuk, Le. Habis ini makan bareng, aku akan pesan makanan.”Lea menatap punggung Adrian yang menghilang di balik pintu kamar mandi. Beberapa menit setelah Adrian selesai ia bergantian masuk ke kamar mandi, membiarkan Adrian memesan makanan lebih dulu. Beberapa saat kemudian Lea sudah menata makanan. Lea berteriak memanggil Adrian, hingga pria itu datang. Keduanya makan bersama tanpa suara. “Oh ya, Le. Aku punya hadiah untukmu.” Adrian berlalu ke kamar meninggalkan Lea yang saat ini duduk di sofa setelah selesai makan. Tak berselang lama Adrian data

  • Sebatas Teman Tidur    Part 24B

    “Lea...” teguran seseorang membuat ia menoleh dan mendapati Evan duduk di atas motornya.“Evan.”“Udah mau pulang kan?” tanyanya lagi seraya menepuk jok motornya. “Bareng yuk. Aku anterin,” tawarnya kemudian.Lea terdiam sejenak lalu menggeleng. “Aku gak langsung pulang, Van.”“Terus mau kemana? Kebetulan hari ini aku free, tidak ada tugas kuliah juga. Ayo aku antar kemanapun kamu mau.”“Aku pengen ke makam ibu.” Ya, ia tidak sepenuhnya bohong entah kenapa saat suasana hatinya tidak baik, ia hanya ingin bertemu ibunya. “Ya udah ayo aku antar.”Lea terdiam meragu antara ingin menolak tapi terasa sungkan, mengingat beberapa kali saat ditawari tumpangan ia merasa enggan. Merasa ingin menjaga hati Adrian, tetapi untuk apa kini ia lakukan? Bukankah hubungannya akan berakhir. Pada akhirnya ia pun naik ke motor Evan dan meninggalkan kawasan kantor tersebut. Tak sadar dibelakangnya seorang pria mengepalkan kedua tangannya. “Cukup sampai di sini saja, Van. Kau langsung pulang saja. Aku lagi

  • Sebatas Teman Tidur    Part 24A.

    Solo, Jawa Tengah“Kerjaanmu sudah beres kan?” tanya Maya pada adiknya.“Iya, sudah kelar dari kemarin.”“Tumben tidak buru-buru pulang?”“Pusing.” Adrian merebahkan kepalanya di pangkuan sang kakak. “Pijitin kepalaku sini, Kak.”“Makanya pulang minta pijitin saja sama calon istrimu.”“Jangan bahas dia lah, makin pusing saja.” Adrian memaksa tangan sang kakak untuk memijat kepalanya. Membuat Maya menghela napas panjang. “Begini kalau Mas Randy lihat kamu bisa-bisa ditarik ceburin ke kolam ikan kamu,” celetuk Maya meski begitu tangannya bergerak memijat kepala sang adik. Memang dari ketiga adiknya yang paling dekat dengannya hanya Adrian. “Dasar bucin!” cibir Adrian menarik diri dari pangkuan sang kakak, lalu memilih bersandar di sofa.“Bukan bucin tapi karena cinta. Kamu sih mana ngerti hal begituan. Tahunya cuma kerja sama menuruti kemauan orang tua. Kapan mikirin diri sendiri.” Randy yang baru dari kamar si kembar ikut menimpali. Pria yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah Das

  • Sebatas Teman Tidur    Part 23.

    Lea mengambil lembaran itu yang terisi fotonya saat memasuki mobil Adrian. Seketika jantungnya terasa berdetak lebih kencang. “Kau bahkan sudah berani memasuki mobil calon suamiku, Lea!”Tangan Lea gemetar, tapi sebisa mungkin ia harus bisa mengendalikan diri. “Maaf, Nona. Ini tidak seperti yang anda lihat. Saat itu Pak Adrian hanya memberi tumpangan tidak lebih, karena hari sudah terlalu larut.”“Lalu kenapa kau bisa duduk di depan? Seharusnya kau bahkan bisa menempatkan diri yang namanya orang menumpang!”“Maaf Nona, saat itu—”“Dengar!” Belinda memotong ucapan Lea dengan cepat. “Aku tidak ingin dengar apapun alasanmu. Tapi, kedatanganku kemari hanya ingin adalah bentuk peringatan pertama dan terakhir untukmu. Jangan pernah berpikir merebut Adrian dariku, ataupun mendekatinya. Jika, sampai hal itu ia lakukan. Kau akan wajahku sebenarnya!”Lea terdiam kaku tak bisa menyela ucapan perempuan di depannya. Ia berpikir apapun pembelaannya akan tetap salah. “Nona...”“Nyawa dan nama baikm

  • Sebatas Teman Tidur    Part 22.

    “Sesuai kesepakatan yang terjalin, jika perjodohan ini berjalan dengan sukses saya akan memberikan salah satu pabrik plastik saya pada anda, Pak. Dan mulai besok saya akan minta pengacara akan mengurusnya.” Adrian menatap wajah sang Papa yang tampak berbinar. Ia tahu otak sang Papa itu telah menghitung kepingan uang yang akan mereka dapatkan nanti. Tiba-tiba selera makannya lenyap begitu saja, ia mendorong piringnya ke tengah dan menyudahi makannya. Pembicaraan yang ia dengar hanya memicu kekesalan di hatinya. Ia memilih pamit undur diri menuju taman belakang. “Cie calon pengantin!” Evelyn datang menggoda dirinya, membuat Adrian bertambah kesal.“Bocil, mendingan kamu belajar.”“Enaknya ya, Kak. Dijodohkan?” tanya gadis itu polos.“Menurutmu?”Gadis itu menggeleng tanda tak mengerti, membuat Adrian mengacak-acak rambutnya gemas. “Gak usah pikirin. Nanti kalau sudah saatnya kamu juga bakalan dijodohkan, tenang saja,” kelakarnya membuat gadis itu cemberut.“Sorry ya. Aku tidak mau! Ak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status