Beranda / Romansa / Sebatas Teman Tidur / Part 8. Segala Jenis Obat

Share

Part 8. Segala Jenis Obat

Penulis: Lentera Jingga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 18:15:42

[Sayang, aku pusing]

Kalimat itu merupakan pesan dari Adrian yang ia terima setelah selesai membersihkan diri.

[Kamu kira aku dokter, setelah mengeluh pusing sama aku bakalan langsung dikasih obat terus sembuh gitu]

Lea membalas pesan Adrian dengan raut wajah kesal mengingat lagi momen percintaannya di mobil tadi. Meski lambat laun ia larut dan menikmati sentuhan Adrian, tak menutupi kemungkinan ia terasa cemas, rasanya seperti naik roller coaster, tidakkah Adrian berpikir seperti itu. Ah, dasar lelaki kalau sudah nafsu mana mungkin lihat-lihat tempat. Ia memasang wajah jutek, dengan bibir yang manyun seakan-akan Adrian akan melihatnya.

[Dokter mah gak akan tahu obat yang aku butuhkan, sayang. Soalnya segala obat pada rasa sakitku ada di kamu. Kamu pasti tahu kan apa yang aku butuhkan.]

[Sinting!]

Lea mendengus setelah melemparkan ponselnya ke atas kasur secara asal, setelah sebelumnya membalas pesan Adrian dengan kalimat umpatan tersebut. Beranjak dari tempat duduknya ke meja rias mengambil hair dryer mengeringkan rambutnya. “Kirim-kirim pesan ke aku seperti itu. Dia gak takut apa kalau calon istrinya itu tahu.” Sambil terus menggerakkan hair dryernya, menyisirnya kemudian kembali ke ranjang, ia rebahkan tubuhnya di sana. Rasanya ia begitu lelah, baru saja ingin memejamkan matanya getaran ponselnya kembali mengganggunya.

[Gak usah pasang wajah jutek, terus pake bibir manyun-manyun, sayang. Soalnya kita lagi gak dekat, jadi aku gak bisa nyium deh.]

Lea meraup wajahnya membaca pesan Adrian. Entah sedang apa lelaki itu bisa mengirim pesan padanya dengan sesantai itu. Meski penasaran tak pernah ia ada niat untuk bertanya. Lea mati-matian menahan dirinya untuk ikut campur akan urusan pribadi Adrian.

[Ber cinta di mobil asyik juga ya. Kayaknya kita perlu ganti suasana deh. Bosan kan cuma di apartemen terus. Lama-lama itu bisa jadi apartemen bersejarah]

Lea hanya berdecak malas tanpa ingin membacanya.

[Oh iya aku ada ide. Bagaimana kalau besok kita lakukan di kebun]

Bola mata Lea seketika membeliak nyaris keluar dari tempatnya mendengarnya pesan terakhir Adrian. Seketika ponselnya ia lempar secara asal, sambil mengumpat kesal. “Laki-laki ini semakin berbahaya. Ya Tuhan... Bisa-bisanya aku terperangkap padanya.” Lea mengeluh sambil merebahkan tubuhnya kembali ke ranjang. “Tapi, aku akui di balik kebrengsekannya itu dia baik sama aku,” lanjutnya.

****

Sementara Adrian yang kini tengah berada di salah satu gedung menahan tawanya, saat membayangkan wajah Lea yang ia pastikan tengah kesal padanya. Bibirnya manyun, wajahnya terlihat jutek, pasti terlihat menggemaskan. Seandainya saat ini tengah berada di dekatnya, sudah ia pastikan bibir perempuan itu akan habis untuk ia raup.

“Dia memang cantik dan menarik.”

“Siapa yang cantik dan menarik?” Belinda yang berniat mengambil air mineral, menatap Adrian penuh curiga.

Adrian menghela napas panjang, lamunan tentang Lea seketika buyar karena kehadiran Belinda berhasil mengacaukannya. “Kamu,” dustanya.

Detik berikutnya wajah Belinda langsung bersemu, hatinya melayang tinggi mendengar pujian sang pujaan hati. “Aku memang cantik dan menarik. Maka tak salah jika kamu menikah denganku,” katanya percaya diri sambil meneguk minumannya.

Adrian tersenyum malas. Entah setiap membahas pernikahan ia merasa malas. “Memangnya kamu yakin mau dimajukan? Bukankah kerjaanmu masih padat.”

“Iya, memang. Hanya saja aku merasa takut jika terlalu lama kamu akan berpaling dariku.” Belinda memasang wajah sendu.

“Enggak tenang saja, aku itu enggak macam-macam.” Adrian berusaha menenangkan. Belinda hanya menghela napasnya tanpa menjawab ucapan Adrian ia menghampiri lelaki itu, sedikit membungkuk mengecup pipi Adrian sebelum kemudian kembali melakukan pemotretan.

'Aku benar bukan? Aku tidak macam-macam, hanya melakukan satu macam saja,' gumam Adrian mengeratkan genggaman ponselnya. Matanya menerawang ke atas pemandangan gedung luar yang tinggi. Namun, pikirannya mengembara pada sosok perempuan yang berhasil mengusik dirinya. Perempuan yang berhasil membuat dirinya belakangan ini tersenyum. Ia kembali menatap ponselnya, membuka pesan yang sudah ia kirimkan untuk Lea. Terbaca namun tidak dibalas.

“Bisa-bisanya dia tidak membalas pesanku,” gerutunya kesal. Matanya menatap ke arah calon istrinya yang tengah melakukan pemotretan dengan gaun mewah. Namun, memperlihatkan sebagian tubuhnya. Ia memalingkan wajahnya tak suka. Sebagian orang mengira dirinya beruntung akan mempunyai istri seorang model, anak pengusaha tentunya cantik dan berkelas. Namun, hingga detik ini Adrian sendiri kurang memahami perasaannya. Ia kurang menyukai profesi calon istrinya tersebut, tapi ia sendiri tak bisa melakukan apapun.

Belinda yang kerap berpakaian mini, tentunya seksi tak sekalipun membuat dirinya tergoda. Ia justru kerap merasa risih. Berbeda dengan Lea yang selalu berpakaian sopan. Lea memang bukan perempuan yang alim, tapi pakaiannya yang terlihat sopan, wajahnya yang jutek itu justru membuat dirinya merasa penasaran. Seketika ia teringat tengah pertemuannya dengan Lea, tiga tahun yang lalu.

Malam Minggu yang cerah di salah satu pusat perbelanjaan tepatnya di kota Solo. Adrian tengah mengandeng tangan Zalina — sang keponakan. Ia yang sudah dipusingkan dengan urusan kerjaan berniat menjernihkan otaknya dengan pergi keluar mumpung lagi ada kunjungan kerjaan di kota tersebut. Namun, tanpa di sangka Zalina merengek ikut dengannya, membuat ia tak kuasa untuk menolak. Apalagi kalau sudah berhadapan dengan Maya — kakak pertamanya, mana mungkin ia bisa mengelak dan mencari alasan.

Adrian berniat membawa Zalina ke time zoon. Namun, sebelum itu ia berniat membelikan jajanan. Tapi, Zalina mengeluh capek dan ingin duduk. Karena merasa tempatnya tak jauh, ia pun meninggalkannya. Selang beberapa menit ia kembali dan terkejut mendapati Zalina tengah menangis dalam dekapan seseorang. Bahkan di sana ada sekumpulan orang-orang, ada security juga.

“Zalina apa yang terjadi?” Adrian menghampiri keduanya, meletakkan bawang bawaannya di kursi dan mengambil alih Zalina. “Sayang... Sayang....”

“Huhuhu...." Zalina memeluk Adrian dengan erat sambil menangis ketakutan. Membuat lelaki itu menghela napas lega. Manik matanya kini beradu pandang dengan perempuan cantik yang menatap dirinya dengan tajam. Tak sadar Adrian menelan ludahnya, baru saja ia hendak bicara. Omelan pengunjung lainnya menyela.

“Gimana sih anak sekecil itu kok ditinggalin sendirian di tempat umum seperti ini. Bahaya tahu. Hampir saja dia celaka. Untung ada Mba ini yang sigap menolong!”

“Maaf.... Maaf semua,” sesal Adrian kemudian.

“Heran sama anak jaman sekarang. Pada senang buatnya doang, jagainnya gak becus,” gerutu pengunjung lainnya. Ia menghela napas kasar, bahkan ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya. Namun, melihat Zalina menangis tentu sesuatu telah terjadi, hal itulah yang membuatnya timbul rasa bersalah.

Setelah kepergian pengunjung itu, Adrian memaku pandangannya pada sosok gadis cantik di depannya yang kini melipat kedua tangannya di dada, seraya menatap dirinya dengan tajam. “Ini tadi—”

”Kalau bawa anaknya itu jangan ditinggal sendirian di tempat umum seperti ini. Bapak gak tahu kan hampir saja anaknya terjepit eskalator.” Terlihat gadis itu menghentikan ucapannya sejenak, memindai penampilan Adrian. “Coba bayangkan mau jadi kalau sampai dia terjepit. Lain kali bawa saja istrinya, Pak. Atau pengasuhnya lah!”

Adrian dibuat menganga akan omelannya. Namun, ia masih merasa tak bersuara. Pandangannya dibuat memaku pada sosok di depannya tersebut. Wajahnya terlihat cantik, bola matanya berbentuk bulat terang, pipinya memerah, dan bibirnya berwarna peach yang dipoles dengan cara tak berlebihan. Di matanya ia terlihat cantik, lucu, dan menggemaskan.

Bab terkait

  • Sebatas Teman Tidur    Part 9. Tidak Mati Mendadak

    Terdengar dengusan kasar dari bibir gadis itu, karena merasa ucapannya sama sekali tak mendapatkan respon apapun. Mereka hanya merespon dengan tatapan yang tak berarti. Apalagi pria di depannya itu hanya menatapnya dengan tatapan intens. Tanpa ia sadari, jika Adrian tengah terpesona padanya. Merasa risih, ia pun memutuskan pandangan Adrian, lalu mengusap pucuk kepala Zalina.”Lain kali hati-hati ya sayang. Jangan main eskalator sendirian, itu berbahaya.” Ia melirik ke arah Adrian dengan pandang jengkel.“Iya, Kak.”“Oh... Kak Lea ternyata di sini. Aku cari-cari juga tadi.” Seorang anak lelaki remaja tiba-tiba menghampiri dirinya.“Udah dapat?”“Udah ini. Yuk kita pulang.” Setelah remaja itu menunjukkan shoping bag di tangannya, ia pun berlalu pergi. “Paman... Paman...” Seketika panggilan Zalina membuat Adrian mengerjap. “Paman kok diam saja sih?” tanyanya dengan mimik wajah yang lucu.Adrian menghela napasnya, bayangan wajah Lea melintas. Mana mungkin ia katakan jika ia terpesona de

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Sebatas Teman Tidur    Part 10. Shitt... Ini Gila

    Lea mengusap dadanya sambil bersandar di dinding, begitu berhasil keluar dari ruangan Adrian. “Jadi, boss kok galak banget. Gak berperi karyawanan banget. Emang dia pikir kantor bisa berkembang sendiri tampak karyawan,” gerutunya jengkel.“Kenapa, Lea?” Kehadiran lelaki di depannya kembali mengejutkan dirinya.“Duh Pak Ben ngagetin saja sih. Kirain....” Lea melirik ke arah pintu ruangan Adrian yang masih tertutup rapat. Tampak lelaki itu terkekeh.“Kaget ya,” tebaknya membuat Lea spontan mengangguk. ”Pasti berpikir jika kekasihmu yang muncul.”Mendengarnya membuat wajah Lea bersemu. Ia jelas paham siapa yang dimaksud. Di antara semua orang hanya Ben yang mengetahui hubungannya dengan Adrian. “Sst... Diam, Pak. Jangan keras-keras, ini di kantor. Saya tidak mau reputasi Pak Adrian hancur. Saya permisi.”Ben menghela napas kasar sebelum kemudian tersenyum samar. “Sampai kapan, Lea?”Langkah Lea kembali terhenti mendengar pertanyaan asisten pribadi Adrian itu. “Apanya?” jawabnya polos.Be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Sebatas Teman Tidur    Part 11. Jantungmu Berdetak

    ”Shittt... Ini gila!!” Prang!!Serentak semua menoleh ke arahnya. Lea menjatuhkan gelas yang berisi air mineral hingga terjatuh, bahkan pakaiannya dan sepatunya sampai basah terkena minumannya.”Kenapa Lea?” Belum sempat Adrian bertanya Ben lebih dulu mengeluarkan suaranya.“Em... Maaf-maaf semua. Saya tidak sengaja menyenggol gelasnya,” cicitnya tak enak hati. “Saya akan bertanggung jawab membersihkannya.”“Rapat kita sampai sini. Kalian semua boleh keluar.” Adrian berakata seraya memandang tajam ke arah Lea. “Kecuali Lea..”Mereka semua keluar, dan mengira Lea akan mendapatkan hukuman. Sementara Ben menggelengkan kepalanya, menepuk pundak Adrian. “Ingat ini di kantor, jangan melakukan apapun. Kalian harus profesional.”“Aku mengerti bawel. Pergilah sana.”Sepeninggal Ben, Lea merasa aura ruangan ini terasa mencekam. Apalagi saat merasa tatapan Adrian kian lebih intens, seakan-akan ia telah melakukan kesalahan yang fatal. Juga suara langkah kaki lelaki itu yang kian mendekat. “Saya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Sebatas Teman Tidur    Part 12. Vitamin

    Seperti apa yang telah dikatakan Adrian jika Lea harus menerima hukuman, akibat tidak mematuhi aturan perusahaan. Tentu saja sebagai karyawan yang teladan, Lea mematuhi perintah sang atasan. Lea melirik arloji di tangannya di mana waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, suasana kantor juga terasa sepi. Bahkan kopi di cangkirnya telah habis tak tersisa. Namun, kerjaannya belum selesai juga. Adrian benar-benar seperti tengah memanfaatkan dirinya. Bisa-bisanya ia diberi pekerjaan yang membludak. Susunan data iklan harus segera ia selesaikan, selain itu ada beberapa data statistik yang harus benar-benar ia teliti. Jika sampai salah sedikit saja, Adrian pasti tidak akan terima.“Pokoknya ini harus selesai. Kalau tidak bisa-bisa si boss killer itu akan terus menindasku dengan cara lembur terus.” Lea menyemangati diri meski sambil menggerutu jengkel akan sikap Adrian, ia tetap berusaha konsentrasi menyelesaikan kerjaannya.“Ehem, siapa bos killermu!” Suara dingin itu membuat Lea terke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Sebatas Teman Tidur    Part 13. Dih Emang Aku Cabe

    “Aku tidak mau bangun.” “Bangun.” “Tidak mau.” “Bangun, Ian!” ”Tidak, sayang.” Lea mengerjap saat mendengar panggilan Adrian padanya, bahkan bibirnya sampai terbuka secelah. Detik berikutnya ia terkejut, saat Adrian mengecup bibirnya singkat. “Ian, apa-apaan sih kamu.” “Bibirmu terbuka tanpa suara, ku pikir itu suatu persetujuan untukku mencium dirimu.” “Ck! Menyebalkan sekali dirimu.” Lea memukul dan mendorong dada Adrian pelan. “Tak usah banyak merayu,” imbuhnya. Ia memutar kursinya berniat melanjutkan pekerjaannya. Namun, tiba-tiba ia tersentak saat tangannya ditarik oleh Adrian, membuatnya spontan berdiri menabrak dada bidang lelaki itu. Matanya terbelalak kala dengan cepat pria itu membungkam bibirnya dengan ciumannya. Sigap salah satu tangan Adrian menahan pinggangnya, seiring dengan lumatan yang terasa intens. Lea merasa tubuhnya lemas, hampir terdorong ke belakang, jika saja Adrian tak menahan pinggangnya. Darahnya berdesir, jantungnya berdetak lebih kencang dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Sebatas Teman Tidur    Part 14. Mau Kamu

    “Jangan aneh-aneh, Ian.” “Apa sih yang aneh-aneh. Kakiku kram makanya minta tanganmu, biar ditarik.”Mendecak sebal, Lea pun mengulurkan tangannya. Namun, bukannya ia yang menarik Adrian, justru dirinya yang ditarik, membuatnya jatuh dan ikut masuk ke dalam kolong meja. Adrian sigap menendang kursi yang menghalanginya. “Ian, apa-apaan sih kamu!” protes Lea yang tak juga didengarkan, tubuhnya justru dibalik membuatnya terkunci di bawah lingkungan Adrian. Tampak lelaki itu menyeringai senang. “Lepasin. Ayo bangun.”“Gak.”“Ih, Ian. Kamu itu mau apa sih!”“Mau kamu.” Jawaban Adrian selanjutnya membuatnya terperangah. ”Jangan macam-macam.” Lea menepuk Adrian, mencoba mendorong dada lelaki itu. “Gak macam-macam. Cuma semacam aja,” katanya menggoda. Nadanya terdengar serak seperti menginginkan sesuatu.“Apaan sih, Ian.”Adrian mengangkat sebelah alisnya menggoda. “Kayaknya kalau kita lakukan di sini menantang Lea. Ganti suasana baru. Kamu mau gak?”Lea melotot mendengarnya. “Kamu mau ca

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Sebatas Teman Tidur    Part 14B. Intrik Jalinan Bisnis

    Mobil yang dikemudikan Adrian baru tiba di rumah usai sebelumnya mengantarkan Lea pulang. Memang hanya sampai gang tempat tinggal Lea. Perempuan itu selalu menolak ketika dirinya ingin mampir ke rumahnya, sejauh ini bahkan ia tidak tahu seperti apa dan bagaimana rumah Lea. Membuka pintu rumahnya, melangkah masuk sampai di ruang keluarga ia terkejut melihat ibunya masih terjaga. “Mama belum tidur?” tanyanya mencoba mengingat mobil di garasi. “Nunggu siapa? Perasaan Papa sudah pulang.”“Nunggu kamu.” Dea meletakkan majalah yang tengah ia baca, beralih menatap sang putra. “Aku.” Adrian menunjuk ke arah dirinya. “Tumben.”“Tadi siang Belinda ke kantor mengajakmu makan siang. Kenapa kamu menolaknya. Bahkan terang-terangan mengusirnya. Iya kan, Adrian?” cecar Dea tanpa jeda. Membuat Adrian berdecak sebal.“Dasar kang ngadu.”“Belinda itu bukan mengadu Adrian. Tapi, ia hanya memberi tahu.”Adrian menarik sudut bibirnya, membentuk seringai kecil. “Itu sama saja. Karena intinya ingin membua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Sebatas Teman Tidur    Part 15A. Kangen?

    Adrian tersentak saat mendengar suara lembut di balik ponselnya, ia jauhkan ponselku demi melihat siapa yang tengah berbicara dengannya. “L—lea.”Ucapannya terbata-bata, ada kegugupan yang mendera, diam-diam ia merasa takut jika kekasih gelapnya itu akan marah karenanya. Mendesis pelan, ia merasa konyol di sini dia yang lebih berhak atas Lea, kenapa jadi ia yang takut pada perempuan itu. Aneh bukan, pikirnya.“Maaf kalau aku mengganggumu, Ian.” Suara Lea terdengar rendah ada nada takut di dalamnya, membuat Adrian segera tersadar. “Ada apa? Kangen?” tanya Adrian menggoda yang sudah kembali ke mode awal. “Makanya gak usah sok-sokan nolak, aku ajak main di mobil tadi gak mau. Kan akhirnya baru sampai rumah langsung telepon,” lanjutnya.Ada apa dengan dirinya? Kenapa semudah itu moodnya berubah hanya karena mendengar suara Lea. Sesespesial itukah gadis itu untuk dirinya? Tidak! Adrian menggelengkan kepalanya berusaha menepis apa yang ada dalam benaknya. Semua yang terjadi hanya kerena ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • Sebatas Teman Tidur    Part 25B

    “Lihatin aku ya,” tebak Adrian kemudian membuat Lea berdecak jengkel. Belum sempat ia mengelak, pria itu sudah mendaratkan tangannya untuk mengacak-acak rambutnya. “Ya sudah lanjutkan. Aku keluar dulu ya.”“Iya, Pak.”“Lea...” Di depan pintu Adrian kembali menoleh dan memanggil Lea.“Iya, Pak.”Adrian tersenyum mendengar panggilan, Lea. “Nanti malam aku ajak kamu makan di luar ya?”Lea tampak bingung karena belum jatuh weekend bukankah Adrian janjinya kalau sudah weekend. Namun, belum sempat ia bertanya Adrian kembali membuka suara untuk menjelaskannya.“Weekend nanti aku ada acara keluarga, jadi aku gak bisa ajak kamu keluar.”Lea mengangguk. “Baik.”“Dandan yang cantik,” kata Adrian mengakhiri obrolan pada pagi hari itu. Meninggalkan Lea yang masih tersenyum bak seorang gadis yang tengah kasmaran.Malam hari Lea telah bersiap dengan dress cantiknya. Untuk pertama kalinya ia akan dinner makan malam berdua dengan Lea. Entah kenapa ia merasa sangat senang. Sangking senangnya setelah pu

  • Sebatas Teman Tidur    Part 25A.

    Tak ada yang bersuara masing-masing sibuk dengan pemikirannya, usai sesi pergumulan panas keduanya. Sampai napas keduanya menjadi normal, Adrian menarik Lea ke dalam dekapannya. Membuat perempuan itu merasa nyaman, dan sejenak lupa permasalahan yang terjadi. “Makasih banyak ya,” kata Adrian membuat Lea tersenyum mengusap lengan Adrian yang melingkar di perutnya. Sejenak mereka terdiam hingga akhirnya pria itu menarik tangannya. “Mandi dulu yuk, Le. Habis ini makan bareng, aku akan pesan makanan.”Lea menatap punggung Adrian yang menghilang di balik pintu kamar mandi. Beberapa menit setelah Adrian selesai ia bergantian masuk ke kamar mandi, membiarkan Adrian memesan makanan lebih dulu. Beberapa saat kemudian Lea sudah menata makanan. Lea berteriak memanggil Adrian, hingga pria itu datang. Keduanya makan bersama tanpa suara. “Oh ya, Le. Aku punya hadiah untukmu.” Adrian berlalu ke kamar meninggalkan Lea yang saat ini duduk di sofa setelah selesai makan. Tak berselang lama Adrian data

  • Sebatas Teman Tidur    Part 24B

    “Lea...” teguran seseorang membuat ia menoleh dan mendapati Evan duduk di atas motornya.“Evan.”“Udah mau pulang kan?” tanyanya lagi seraya menepuk jok motornya. “Bareng yuk. Aku anterin,” tawarnya kemudian.Lea terdiam sejenak lalu menggeleng. “Aku gak langsung pulang, Van.”“Terus mau kemana? Kebetulan hari ini aku free, tidak ada tugas kuliah juga. Ayo aku antar kemanapun kamu mau.”“Aku pengen ke makam ibu.” Ya, ia tidak sepenuhnya bohong entah kenapa saat suasana hatinya tidak baik, ia hanya ingin bertemu ibunya. “Ya udah ayo aku antar.”Lea terdiam meragu antara ingin menolak tapi terasa sungkan, mengingat beberapa kali saat ditawari tumpangan ia merasa enggan. Merasa ingin menjaga hati Adrian, tetapi untuk apa kini ia lakukan? Bukankah hubungannya akan berakhir. Pada akhirnya ia pun naik ke motor Evan dan meninggalkan kawasan kantor tersebut. Tak sadar dibelakangnya seorang pria mengepalkan kedua tangannya. “Cukup sampai di sini saja, Van. Kau langsung pulang saja. Aku lagi

  • Sebatas Teman Tidur    Part 24A.

    Solo, Jawa Tengah“Kerjaanmu sudah beres kan?” tanya Maya pada adiknya.“Iya, sudah kelar dari kemarin.”“Tumben tidak buru-buru pulang?”“Pusing.” Adrian merebahkan kepalanya di pangkuan sang kakak. “Pijitin kepalaku sini, Kak.”“Makanya pulang minta pijitin saja sama calon istrimu.”“Jangan bahas dia lah, makin pusing saja.” Adrian memaksa tangan sang kakak untuk memijat kepalanya. Membuat Maya menghela napas panjang. “Begini kalau Mas Randy lihat kamu bisa-bisa ditarik ceburin ke kolam ikan kamu,” celetuk Maya meski begitu tangannya bergerak memijat kepala sang adik. Memang dari ketiga adiknya yang paling dekat dengannya hanya Adrian. “Dasar bucin!” cibir Adrian menarik diri dari pangkuan sang kakak, lalu memilih bersandar di sofa.“Bukan bucin tapi karena cinta. Kamu sih mana ngerti hal begituan. Tahunya cuma kerja sama menuruti kemauan orang tua. Kapan mikirin diri sendiri.” Randy yang baru dari kamar si kembar ikut menimpali. Pria yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah Das

  • Sebatas Teman Tidur    Part 23.

    Lea mengambil lembaran itu yang terisi fotonya saat memasuki mobil Adrian. Seketika jantungnya terasa berdetak lebih kencang. “Kau bahkan sudah berani memasuki mobil calon suamiku, Lea!”Tangan Lea gemetar, tapi sebisa mungkin ia harus bisa mengendalikan diri. “Maaf, Nona. Ini tidak seperti yang anda lihat. Saat itu Pak Adrian hanya memberi tumpangan tidak lebih, karena hari sudah terlalu larut.”“Lalu kenapa kau bisa duduk di depan? Seharusnya kau bahkan bisa menempatkan diri yang namanya orang menumpang!”“Maaf Nona, saat itu—”“Dengar!” Belinda memotong ucapan Lea dengan cepat. “Aku tidak ingin dengar apapun alasanmu. Tapi, kedatanganku kemari hanya ingin adalah bentuk peringatan pertama dan terakhir untukmu. Jangan pernah berpikir merebut Adrian dariku, ataupun mendekatinya. Jika, sampai hal itu ia lakukan. Kau akan wajahku sebenarnya!”Lea terdiam kaku tak bisa menyela ucapan perempuan di depannya. Ia berpikir apapun pembelaannya akan tetap salah. “Nona...”“Nyawa dan nama baikm

  • Sebatas Teman Tidur    Part 22.

    “Sesuai kesepakatan yang terjalin, jika perjodohan ini berjalan dengan sukses saya akan memberikan salah satu pabrik plastik saya pada anda, Pak. Dan mulai besok saya akan minta pengacara akan mengurusnya.” Adrian menatap wajah sang Papa yang tampak berbinar. Ia tahu otak sang Papa itu telah menghitung kepingan uang yang akan mereka dapatkan nanti. Tiba-tiba selera makannya lenyap begitu saja, ia mendorong piringnya ke tengah dan menyudahi makannya. Pembicaraan yang ia dengar hanya memicu kekesalan di hatinya. Ia memilih pamit undur diri menuju taman belakang. “Cie calon pengantin!” Evelyn datang menggoda dirinya, membuat Adrian bertambah kesal.“Bocil, mendingan kamu belajar.”“Enaknya ya, Kak. Dijodohkan?” tanya gadis itu polos.“Menurutmu?”Gadis itu menggeleng tanda tak mengerti, membuat Adrian mengacak-acak rambutnya gemas. “Gak usah pikirin. Nanti kalau sudah saatnya kamu juga bakalan dijodohkan, tenang saja,” kelakarnya membuat gadis itu cemberut.“Sorry ya. Aku tidak mau! Ak

  • Sebatas Teman Tidur    Part 21B.

    Adrian tersenyum sinis melihat obsesi Belinda. Sebelum kemudian memilih berlalu meninggalkan Belinda. Tak memperdulikan sekalipun perempuan itu berteriak memanggil dirinya. Ia tetap berlalu meninggalkannya, melajukan mobilnya menuju apartemen di mana Lea berada. Sayangnya saat itu hujan begitu deras, tepat di jalanan yang cukup sepi ban mobilnya licin membuat ia mengerem secara mendadak. Dalam derasnya air hujan ia tetap keluar dari mobilnya, soalnya saat itu ada beberapa preman yang mau merampoknya. Adrian berusaha melawan, tapi di saat ia lengah salah satu dari menodongkan clu rit hingga, ia berhasil menghalanginya dengan cara menahan menggunakan tangannya, yang pada akhirnya membuat ia terluka. Sebelum kemudian bala bantuan akhirnya ia dapatkan. Adrian merasa sial sekali sore itu. Seandainya ia tidak menuruti Belinda akhirnya pasti tidak akan seperti ini, pikirnya.Tin... Tin...Klakson mobil yang terdengar membuat Adrian tersadar dari lamunannya. Segera ia pacu mobilnya menuju ked

  • Sebatas Teman Tidur    Part 21A.

    Malam semakin larut, hujan mulai terhenti menyisakan rintik gerimis. Adrian mengerjap dalam tidurnya. Merasakan sesuatu barang menimpa keningnya, ia ambil ternyata handuk kecil. Ia menoleh ke samping mendapati Lea tertidur dalam posisi yang tak nyaman. Ia berusaha mengingat-ingat kejadian semalam, ketika ia datang menemui Lea dalam kondisi tangan yang terluka, hingga akhirnya keduanya menghabiskan malam penuh gairah. Tiba-tiba ia merasakan kepalanya berdentam menyakitkan. Setelahnya ia tak ingat apapun, dan kini bangun-bangun badannya terasa segar. Lea pasti merawatnya, melirik ke arah tubuhnya ia juga terkejut mendapati dirinya sudah berpakaian dengan lengkap. Turun dari ranjang, mendekati Lea. Ia tersenyum tipis, perempuan itu terlihat begitu nyenyak, sama sekali tak terusik ketika ia mencoba memindahkannya posisinya ke hal yang lebih nyaman. “Dia pasti kelelahan. Terima kasih, Le.”Adrian mendaratkan kecupan singkat di keningnya, ia ambil kunci mobil, dompet dan ponselnya di atas

  • Sebatas Teman Tidur    Part 20.

    Tuhan jika boleh diri ini meminta. Tanamkan sedikit saja rasa cinta di hatinya, sisanya biar aku yang berusaha.Lea Queenara_“Tidak ada.” Lea menjawab dengan kedua mata yang menatap Adrian dengan memindai. “Kau dari mana, Ian? Kenapa baru sampai, dan pakaianmu juga basah kuyup seperti ini,” lanjutnya mencecar Adrian.“Hei, kau ini kenapa? Aku baik-baik saja. Ini tadi hanya ada insiden kecil di jalanan.” Adrian menarik tangan Lea membawanya masuk. “Apanya yang baik-baik saja! Kau basah kuyup begini. Seperti anak kecil yang bermain air hujan!” Lea berdecak menepis tangan Adrian, membuat pria itu meringis, detik berikutnya mata Lea terbelalak saat melihat darah menetes dari tangan Adrian. “Darah!! Ian apa yang terjadi?” “Tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil.”“Apanya yang tidak apa-apa. Kau terluka seperti ini.” Lea meminta Adrian untuk duduk di sofa, dengan tergesa-gesa ia mencari kotak p3k lalu membawanya kembali. “Kemarikan tanganmu, Ian.”“Le, aku itu...”“Buruan Adrian!!” teriak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status