AKU BUKAN SEORANG PELACUR

AKU BUKAN SEORANG PELACUR

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-08
Oleh:  POMMEOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
39Bab
3.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Kejutan, sikap manis, dan semua perlakuan romantis. Semula Jasmine berpikir bahwa kesedihannya akan memudar seiring berjalannya waktu, dan sebab Daniel yang nyaris selalu ada untuknya ketika dia ingin berbagi ketakutannya akan setiap hari esok. Namun, stigma itu faktanya dengan jelas dihancurkan. Pagi yang kelam, dan pertemuan mereka dengan seorang bandar narkoba sekaligus mafia adalah hal yang tidak pernah sekali pun perempuan berusia dua puluh empat tahun itu bayangkan. Sama sekali. Jasmine tidak pernah mengira kalau dia akan dijual demi bisa membayar hutang sang kekasih, dan mengacaukan pekerjaan di kantornya untuk sesuatu yang seketika membuatnya merasa begitu hina, seolah Tuhan memang tidak mau memberinya lajur kehidupan yang baik, barang sebentar, meski cuma sebatas mengukir tawa.

Lihat lebih banyak

Bab 1

PROLOG

[Note : hai, terima kasih banyak dari pomme untuk yang sudah berkenan mampir, tapi, kalau suka, pomme minta tolong vote sama komentarnya, yaaa, hihi. selamat membaca, semoga dark romance ini bisa menghibur suasana hati kalian ❤]

***

Mendung.

Aku membuang napasku lagi di sepanjang kaca bus Jakarta yang menyambut irisku dengan pemandangan suram tanggal dua belas. Awan hitam membentang apik ㅡmalam sedang membawa dirinya untuk kembali berhadir bersama kejutan-kejutan tidak terduga bulan Mei di lajur kehidupanku; pekerjaan sialan di kantor, uang, bahkan semua orang dalam keterlibatan yang tak diharapkan olehku.

Senyumku bersembunyi. Sudah enam bulan semenjak berita kecelakaan tragis itu mengambil alih separuh isi kepalaku untuk tenggelam lama di sana. Suatu senja yang nahas, dan dedaunan melayu dalam sekejap kala harus kuterima sebuah telepon dari Paman yang bilang kalau mobil orang tuaku ditemukan hancur karena menabrak pembatas jurang. Kadar alkohol yang begitu tinggi menjadi alasan paling bodoh untuk kutertawakan, namun, jawaban itu justru benar adanya. Hobi baru Papa yang belakangan berteman dengan minuman keras membuatku percaya kalau itu mungkin jalan yang sudah ditakdirkan oleh Sang Pencipta untuk mereka temui akhir hayat.

Sebuah halte kecil berwarna kuning pada akhirnya muncul di depan mataku. Suraiku menari bersama kaki yang melangkah cepat keluar dari pintu bus. Wajahku menunduk, menatap ke jam tanganku. Pukul lima. Gerimis tiba-tiba menyuguhi presensiku di antara matahari yang mau pamit. Aku langsung mengangkat tasku ke atas kepalaku, menyipitkan mata, kemudian hanya berlari menerobos beberapa kerumunan kacau dengan ujung jemari-jemari kaki yang terasa pedih.

Dadaku sesak. Angin tajam berembus ke leherku ketika gedung apartemen menunjukkan selembar heningnya yang menyaksikanku berlari menuju lift. Nyawaku seperti dipacu. Butuh beberapa menit untuk mencapai lobi kecil di mana aku segera menyeret kembali tubuhku buat sampai ke depan pintu unitku, membuat kode masuk, melempar heel dan melepas kaos kakiku, kendati, perasan lelah yang semula memaksaku untuk bunuh diri saja nyatanya mendadak berubah menjadi kepingan-kepingan granat kecil yang bakal meledak di diriku.

Jantungku berdetak laju, dan romaku diremangkan. Daniel, bersandar di sofaku, dengan sebatang rokok di sela jemarinya.

“Hai, Cantik.”

Aku mengejap, lamban. Gemuruh hujan yang tengah berdendang dari balik jendela terbuka seakan tidak sanggup membeli ketidakpercayaanku yang kupertaruhkan di samping rak sepatu. Apakah itu benar, atau apakah kerinduan yang terangkai cuma menjelma sebagai ilusi yang indah. Aku mencoba menepis, namun, mahakarya itu terbentuk secara utuh. Tepat. Di ujung pandanganku.

“Daniel...”

“Apa kabarmu?”

Asap rokok membentang di udara, bak membentuk syair sendu atas sebuah melodi usang dalam siaran lawas radio. Selama beberapa saat, napasku benar-benar habis. Pikiranku kosong. Tidak. Aku tidak percaya ini. Aku tidak yakin kalau sakit hatiku yang terbentuk sepanjang empat bulan seketika sirna, dan kebencian itu turut menghilang.

Daniel memandangiku. Dalam. Sangat dalam. Matanya yang tajam, masih sama. Bahkan, rahang menukiknya dengan dagu agak lancip. Juga, gaya rambutnya yang berponi dan tetap dibelah meskipun kini kusaksikan jika itu sudah berganti warna merah. Semua hal yang kusangka lenyap tanpa kabar, dirinya dan hubungan kami, aku sedang memastikan bahwa dugaanku yang salah telah ditampik dengan satu fakta dalam momen canggung ini sekarang: Daniel kembali. Pacarku, mendatangiku.

“Ini aku. Apakah semengejutkan itu sampai aku belum kunjung mendapatkan sebuah ciuman mesra?” Dia menyeringai, dan aku tersadar dalam seketika ketika mampu kutemukan bibirnya yang dia gigit sambil membentangkan tangannya di bahu sofa yang keras dan ikut kebingungan. Masih terus mengamatiku, menunggu reaksiku. “Come on,” ucapnya, lagi.

Daniel menunjuk sofa kosong di samping badannya menggunakan dagunya, tetapi aku cuma diam, membeku dengan pikiranku.

“Apa... yang sebenarnya terjadi?” Aku menggeleng. “Aku... tidak mengerti.”

“Aku merindukanmu, Jasmine.”

Angin kekanakan kembali datang, petir di seberang pepohonan terekam di ekor mataku. Begitu pantas untuk menambah gelenyar yang merambat dari ujung kaki sampai kepalaku ketika lantas kusadari betul kalau pada akhirnya aku justru melangkah, berjalan pelan ke arahnya, dan kemudian jatuh ke pangkuannya ketika dia menangkap pinggangku dengan cepat sambil menarikku kasar.

Aroma tubuhnya seperti dahulu, dan wajah tampannya yang bersinar dari dekat. Aku meremas pahaku di antara kota keras yang hanya bergeming menyaksikan. Tubuhku kembali kaku. Satu kecupan di leher, usai sekian lama. Daniel meletakkan tangannya di pipiku, dan menyeka rambutku yang jatuh ke belakang telingaku untuk diselipkan dengan rapi. Napasnya terdengar santai, juga terasa manis.

“Daniel, akuㅡ”

“Sst.” Suara hujan yang berirama sendu semakin keras. Nadiku mendadak berdenyut lebih kencang saat Daniel tiba-tiba menaruh jari telunjuknya di bibirku, memberiku sebuah isyarat melalui iris hitamnya. “Jangan bicara.”

Gelap. Sebuah taman sunyi tak berbunga mendadak menyergap pandangan dalam mataku yang sedetik kontan memejam. Bibirnya, ciumannya. Aku meneguk ludah, merasakan milyaran kupu-kupu yang kini bersemayam lagi di dalam perutku. Satu nuansa lama, dan aku kembali membenci sisi asli dari diriku yang lemah, melupakan bagaimana sembilan hari pertamaku tanpa Daniel dipenuhi dengan tisu yang berhamburan di bawah ranjang, mata bengkak, dan keranjang sampah yang berisikan ratusan kertas catatan tentang kesedihanku.

Masih tentang malam itu, atau mungkin juga sebenarnya tidak sepenuhnya karena malam itu. Aku menata diriku seharian dengan sikapku yang sedang buruk ㅡtepat dua bulan setelah kepergian Mama yang menghampiri mimpiku, dan Daniel datang menerobos tempat tinggalku seperti apa yang dia lakukan sekarang. Wajahnya penuh dengan luka, dan kepalanya lebih sering menoleh ke belakang untuk menatap ke pintu ketimbang melihat ke wajahku. Selain tas ransel berisikan pakaian yang tergantung di punggungnya, perkataannya pun kasar, sehingga tidak butuh banyak waktu untuk kami berdua menjadi masing-masing manusia kacau yang bertengkar hebat dalam semalam. Lalu tidak saling menghubungi, dan semua, seperti berakhir.

“Buka mulutmu.”

“DㅡDanielㅡ” Aku menggeleng, menarik wajahku ketika jemarinya meremat tengkukku. Sebagian nyaliku menentangnya, dan aku kembali mendapati satu hal lainnya yang sampai detik ini kusadari bahwa itu tidak berubah dari dirinya, bahkan bisa jadi tidak akan pernah, yaitu, perlakuan kasarnya yang tidak jarang dia persembahkan untukku.

“Aku ingin tahu. Apakah kepergianku selama ini sudah cukup mengusik perasaanmu, Cantik?”

Daniel mengamatiku sementara aku sedang memulai untuk memikirkan semuanya. Situasi ini, kami dan jalan pikirannya. Aku bahkan ingin berteriak di hadapannya, mengatakan kepadanya kalau jenis pertanyaan itu sangat tidak sopan untuk dia lontarkan kepadaku.

“Empat bulan.” Suaraku lirih. Setelah dua puluh sembilan detik, intonasiku bergetar, tanganku dingin. “Aku berusaha mencari cara untuk bisa menghubungimu. Aku pergi ke semua tempat yang pernah kita datangi bersama. Aku menunggu pesan singkat walau setidaknya hanya ada tulisan namamu. Tapi, kau tidak ada di sana. Kau, tidak memikiranku.” Kutarik lagi napasku, dan mataku mulai panas ketika kuangkat wajahku di antara sorot berengseknya yang terjal dan seperti siap untuk memakanku hidup-hidup. “Apa... melihatku menderita adalah hal yang selalu menyenangkan bagimu?”

“Tidak.”

Dia menggeleng.

Senyum kecilnya lalu beralih dari hitam ke putih, sebelum berikutnya itu ternyata menipuku kala kuduga penyesalan dan rasa bersalahnya muncul tatkala jemarinya mengusap halus bibirku, dan seringai itu kembali dia tunjukkan di depanku, di antara kebodohanku lagi. “No, Baby. Ini bahkan jauh lebih menarik dari apa yang kaupikirkan.” []

Pomme, 2022.08.23.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
39 Bab
PROLOG
[Note : hai, terima kasih banyak dari pomme untuk yang sudah berkenan mampir, tapi, kalau suka, pomme minta tolong vote sama komentarnya, yaaa, hihi. selamat membaca, semoga dark romance ini bisa menghibur suasana hati kalian ❤]***Mendung.Aku membuang napasku lagi di sepanjang kaca bus Jakarta yang menyambut irisku dengan pemandangan suram tanggal dua belas. Awan hitam membentang apik ㅡmalam sedang membawa dirinya untuk kembali berhadir bersama kejutan-kejutan tidak terduga bulan Mei di lajur kehidupanku; pekerjaan sialan di kantor, uang, bahkan semua orang dalam keterlibatan yang tak diharapkan olehku.Senyumku bersembunyi. Sudah enam bulan semenjak berita kecelakaan tragis itu mengambil alih separuh isi kepalaku untuk tenggelam lama di sana. Suatu senja yang nahas, dan dedaunan melayu dalam sekejap kala harus kuterima sebuah telepon dari Paman yang bilang kalau mobil orang tuaku ditemukan hancur karena menabrak pembatas jurang. Kadar alkohol yang begitu tinggi menjadi alasan palin
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-23
Baca selengkapnya
i. Setelah Empat Bulan
“Aku rindu tidur denganmu.”Malam benar-benar datang, dan kehadirannya memberiku kebingungan sekaligus keterkejutan paling sempurna di pinggir ranjang. Bola mataku membelalak lebar ㅡtersentak dengan perkataannya yang berada tepat di cuping kananku, sesaat setelah Daniel sudah selesai dengan dirinya yang sedikit basah dan bertelanjang dada untuk tiba-tiba menghampiriku yang melamun di hadapan jendela serta bintang-bintang yang hilang sebab hujan masih terlihat di beberapa langit.Aku terbatuk, dan jemari kiriku kini telah mendatangi pahaku, meremasnya gelisah.“Aㅡapa yang mau kaulakukan?”“Hanya masih merindukan pacarku.” Daniel menundukkan punggungnya untuk mensejajari wajahku yang harus mendongak menatap ke dalam irisnya, mencoba menemukan kejujuran demi kejujuran yang sebenarnya kutahu kalau itu cuma ada di satu minggu pertama hubungan kami sejak Daniel menyatakan cintanya padaku di sebuah taman sunyi, selebihnya hanya perasaan tulus dari satu belah pihak, dan nahas, itu adalah diri
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-29
Baca selengkapnya
ii. Pertemuan di Tempat Karaoke
Pagi membentang, dan kedua mataku sedang terbuka dengan hati-hati. Tidak. Bukan karena irisku yang harus berkompromi dengan sinar tajam matahari. Ini hari Minggu. Aku bahkan bisa tidur lebih lama lagi untuk menghindari semua hal sepele yang mengusik. Namun, pikiranku dipermainkan. Seratus mimpi aneh hadir menghampiriku, dan segala ceritanya terlihat mirip. Aku, dan Daniel, dan beberapa orang lainnya. Manusia-manusia yang tidak kukenal, akan tetapi tampak menginginkanku.“Selamat pagi, Cantik.”Aku mengejap lamban. Daniel tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk milikku. Sekarang lebih dari sebatas cukup untuk membuatku sangat yakin dan percaya kalau tadi malam kami telah kembali melewati malam panjang bersama, memilikinya di atas tempat tidurku, dan bercumbu singkat setelah hampir setengah tahun, persis seperti biasanya, meski sebenarnya itu telah menjadi dahulu sebagai kisah yang telah kuanggap lawas.Senyumku hadir secara tipis atas satu respon yang hangat. Entah. Aku masih meras
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-30
Baca selengkapnya
iii. Aku Dijual
Asap rokok mengepul tebal di hadapanku, kali ini seperti kereta api yang melaju di atas rel tidak lurus; udara kotor menyesaki hidungku. Aku terbatuk beberapa kali, mencoba untuk tidak menghirup oksigen, namun terus berakhir gagal dengan aku yang justru nyaris mati kehabisan napas, di antara dua lelaki yang mengapitku di sisi kiri dan kanan pahaku. Daniel, dan Gerry ㅡseseorang yang ternyata adalah bandar narkoba, mafia besar di Jakarta yang masih bersembunyi dengan begitu baik dari jangkauan mata dan tangan polisi.Aku kembali menunduk, mengikis kuku jari kiriku dengan kuku-kuku jari kananku.“Siapa nama lengkapmu?”Berat. Suaranya yang masih sangat asing, mendadak terdengar di kupingku. Gerry. Senyumnya yang lantang menyuguhiku. Dia sedang menghisap sebilah rokoknya bersama sorot runcing yang dia beri padaku, dan dugaanku benar, kalau kami akan harus berbicara usai Daniel menggiringku untuk duduk di tengah-tengah mereka dan mendengarkan berbagai umpatan kotor.“Perkenalkan namamu, Sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-01
Baca selengkapnya
iv. Malam Pertama
Bulan menontonku dari tempat yang begitu tinggi untuk kusentuh ㅡnapasku masih terus berembus cepat, namun juga sesekali menghilang, memaki diriku sendiri yang tidak tahu harus melakukan apa. Apakah aku sungguh harus melompat dari lantai tiga untuk bisa bebas dari tempat ini dan pergi ke kantor polisi, atau apakah aku malah lebih baik bunuh diri.Gerry baru saja melemparkan sebuah dress pendek ketat, dan setengah dada, kepadaku. Dia bilang, Daniel menjualku karena uang, dan mereka membeliku karena aku punya kategori yang pas untuk memuaskan para pelanggan tetap dari bisnis haram yang mereka jalankan.“Berdandanlah. Selain cantik, kau juga harus seksi. Pelangganmu akan menilai dari bagaimana penampilanmu, dan kepiawaianmu dalam membuat mereka merasa puas olehmu.”Aku duduk diam, merenung memandangi pakaian kurang bahan tersebut. Serta peralatan make-up lengkap, di mana di antaranya terselip lipstik matte berwarna merah terang yang mencolok. Sangat berbeda dari apa yang biasa kupakai dala
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-01
Baca selengkapnya
v. Bertemu Pelanggan
“Aku hanya percaya fakta. Kau harus membuktikan ucapanmu kalau tidak mau aku memberikanmu kepada para lelaki hidung belang yang membutuhkan seks.”“Apa yang harus kulakukan?”Aku melempar napasku, mengepalkan tangan kiriku dengan secercah harapan kalau Gerry bisa menilai keseriusanku, dan mau mempertimbangkan kembali keputusannya soal ini. Hatiku sakit. Aku benar-benar tidak mau melakukan hal kotor seperti ini, dan aku harus bekerja besok. Aku tidak bisa absen mendadak, terlebih, dengan tanpa memberi keterangan. Akan lebih sukar untukku jika aku harus dipecat karena hal penting yang kusepelekan kendati ini di luar kendaliku. Sebab, mencari pekerjaan di ibukota bukanlah perkara gampang. Semua orang bersaing dengan nilai tinggi dan kemampuan. Bahkan, sebagian, menyogok dengan menyetorkan banyak uang.Gerry adalah orang yang paling sering mengamatiku sekarang. Bibirnya yang dia basahi kelihatan berkilau di bawah cahaya lampu, sebelum kemudian jemarinya ikut terangkat naik dan mengusapi pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-02
Baca selengkapnya
vi. Disekap
Tidak ada ponsel. Tidak ada dompet. Aku kembali ke ruangan sempit ini lagi dengan sedikit rasa keram di bagian pergelangan tanganku. Gerry menyeretku ketika aku mencoba untuk memberontak, mengumandangkan keinginanku berulang kali kalau aku hanya ingin pulang, menjalani kehidupan normalku lagi seperti biasanya. Aku tidak bisa dikekang seperti ini, dan kegelisahan itu menghantam pikiranku lagi; aku, harus bekerja besok, dan juga hari-hari seterusnya.Bunyi kenop mengagetkan lamunanku. Gerry, masuk dengan sebuah kantong plastik besar di tangannya. Berjalan ke meja, dan memindahkan kursi ke depanku. Duduk di sana dengan memberangkangi punggung kursi.“Kau harus makan. Badanmu tampak lemas. Apakah... memuaskan lelaki berumur semelelahkan itu?” Senyumnya kelihatan tipis, dan baru kusadari, ada titik hitam yang tertanam di dekat bola matanya ketika kupandangi itu dengan ribuan kebencian yang terlukis jelas di dalam kedua netraku. Aku diam. Tidak ada ekpresi lain yang bisa disimpulkan dari w
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-03
Baca selengkapnya
vii. Sakit
Sore hari yang masih sama kelam seperti kemarin. Jasmine terduduk lemas di kursi yang dia tarik ke depan jendela. Senyumnya tenggelam dalam, dan akalnya berkelana sangat jauh, melintasi milyaran mega-mega putih di sekeliling matahari yang tampak muram baginya. Bahkan langit seolah ikut menangis untuknya, melantunkan sebuah lagu paling sedih. Apakah semua yang sedang dia alami adalah pantas untuk disebut hidup?Sendu. Pandangannya hanya sanggup bergelandang ke pepohonan tinggi yang sedang diam. Angin sudah berhenti berembus semenjak dia merasakan jiwanya mulai mati. Kosong. Hampa. Jasmine merasa kalau dirinya bak tubuh yang berjalan tanpa raga. Apa pun penolakan yang dia lakukan, semua hanya kembali kepada satu jawaban yang tak pernah berubah : terpental ke ruangan ini lagi, dan dibayangi oleh kematian. Entah mati karena Gerry yang kemungkinan besar akan membunuhnya jika dia terus menerus melakukan perlawanan ㅡdan fakta mujur tentang lelaki berengsek itu yang benar psikopat, atau justr
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-04
Baca selengkapnya
viii. Skenario
Sembilan jam berlalu. Jasmine kembali mendaratkan bokongnya di kursi, masih di hadapan dunia luar yang kini tampak abai kepada dirinya. Napasnya lemah. Sepotong khayalan jauh terpatri di kepalanya, membayangkan kalau seandainya masa depan bahagia yang dia impikan hanya berubah menjadi alur kehidupan pahit yang tidak pernah menjadi bagian dari cerita baik yang dia inginkan. Terkurung di sana sendirian, dengan cairan bening yang nyaris selalu muncul di pelupuk matanya. Seakan-akan dia memang akan berada di tempat itu. Selamanya.Papa, Mama. Terkadang dia merindukannya, dan sekarang, perasaan itu menjumpainya lagi. Jasmine dan kedua orang tuanya sangat dekat ketika dia masih kanak-kanak dahulu, dan hidup dengan kesederhanaan. Mama selalu mengajaknya bercengkerama, dan Papa kerap memberinya lelucon-lelucon kuno. Namun, seiring bertambahnya usia, berlalunya waktu, dan nasib buruk yang perlahan memudar, kehidupannya mulai berubah secara magis.Jasmine tidak begitu sering lagi mendengar suar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-05
Baca selengkapnya
ix. Kabur
Gemetar. Pada kenyataannya aku memang tidak pandai berbohong. Jantungku berdetak amat cepat, dan bola mataku goyah ketika Gerry kembali memangkas sedikit jarak yang tersisa di antara kami. Bau krim rambut yang dia pakai menjelajah ke hidungku, dan aku hanya punya napas yang kutahan secara halus di antara kedua irisnya yang menatapiku, lekat.Jemariku dingin. Gerry menjamuku sepenggal seringainya lagi yang kini datang bersama suara kecil burung gereja. Ekspresinya nakal. Sementara aku sedang menarik urat leherku yang menegang, kaku. Perutku mulai berkeringat. Berusaha kabur dari Gerry bukanlah perkara mudah semenjak awal, dan rasanya bak menyeberangi sungai berombak untuk bisa mencapai tepian terjal. Sulit sekali.“Aku... tidak bisa kalau harus langsung menjawabnya sekarang. Bisa beri aku waktu?”Aku melirikkan ekor mataku ke meja, memberi kode padanya terhadap apa yang dia bawa ke kamar ini untukku. Sebuah kantong plastik makanan, dan paper bag besar. Masih utuh di sana. Aku tahu kalau
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-07
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status