Home / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 175. Tidak Bertanggungjawab

Share

Bab 175. Tidak Bertanggungjawab

Author: Silvania
last update Last Updated: 2025-04-26 15:25:34

Sementara itu, di ruangan Dokter Lexa. Arnold tengah menunggu Dokter Lexa yang sedang menangani pasien melahirkan sesar.

Waktu terasa berjalan sangat lambat. Jarum jam yang berdetak di dinding seakan sengaja memperpanjang kegelisahan yang merayap dalam dada Arnold. Sesekali ia menatap layar ponselnya, namun tak satu pun pesan masuk. Pikirannya kacau, hatinya berkecamuk.

Arnold duduk dengan gelisah, dia benar-benar kaget saat mengetahui Emily sudah mengetahui kehamilannya, padahal akan lebih mudah kalau Emily tidak tahu sehingga Dokter bisa memberikannya obat penggugur kandungan, seperti saran awal Dokter Lexa yang ditanggapi Arnold dingin tadi malam.

Suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan. Pintu dibuka perlahan dan wajah lelah Dokter Lexa muncul di ambang pintu.

"Tuan Arnold, maaf menunggu lama."

Dokter Lexa menarik kursinya dan duduk dengan wajah muram. Beberapa helai rambut terurai dari sanggulnya yang sedikit berantakan, menunjukkan betapa berat kasus yang baru saja ia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 176. Menagih Janji

    Arnold mengusap puncak kepala Emily hingga ke punggungnya, berulang kali hingga akhirnya Emily bangun dari tidurnya. Sentuhan itu lembut dan penuh perhatian, seakan ingin meredakan beban di hati sang istri. Napas Emily yang semula berat perlahan menjadi teratur, tapi matanya masih tampak sembab. Dengan gerakan cepat Emily menyeka sudut mata dan pipinya yang basah karena air mata. Ia tidak ingin terlihat rapuh di hadapan Arnold, terlebih setelah apa yang baru saja terjadi. "Kau menangis?" tanya Arnold saat melihat Emily menyeka wajahnya. Suaranya lembut, ada nada khawatir yang tak bisa disembunyikan. Emily tidak menjawab, dia turun dari kasur melalui sisi sebelah kanannya untuk menghindari Arnold. Emily sedang kesal dan enggan menatap suaminya yang menjadi serba salah. Ia berjalan pelan menuju jendela, membiarkan sinar matahari menyinari wajahnya yang masih tampak murung. "Kita pulang, Sally, tolong bereskan barang-barang Emily. Aku akan meminta supir untuk kemari." Arnold be

    Last Updated : 2025-04-26
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 177. Jangan Gugurkan, Aku mohon...

    Arnold beranjak dari duduknya dan kembali masuk ke dalam walk-in closet. Langkahnya mantap namun terasa berat, seakan ada beban yang ikut menyeret setiap gerakan. Tidak berselang lama, dia keluar dengan membawa sebuah amplop berwarna putih di tangannya. Tangannya sedikit gemetar, tapi ekspresi wajahnya tetap tenang, seolah berusaha menyembunyikan badai yang tengah mengamuk di dalam dadanya. Dia lalu duduk perlahan di samping Emily yang sejak tadi terlihat gelisah, menggigit bibir bawahnya dan menunduk, menghindari tatapan. Arnold meletakkan amplop itu di atas pahanya, dengan sengaja memastikan Emily tahu betapa pentingnya isi dari amplop tersebut. “St. Thomas Hospital,” ucapnya pelan, namun nadanya tegas dan penuh makna. Emily menatap amplop itu dengan mata membulat. Hatinya berdebar hebat, napasnya memburu. Tiba-tiba saja pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan buruk. Tangannya mulai berkeringat, dan ia bahkan belum berani menyentuh amplop itu. "Ini pasti berat untukmu,"

    Last Updated : 2025-04-26
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 1. Terpaksa

    “Aku sudah membelimu, jadi lahirkan anak laki-laki untukku.” Diangkatnya dagu Emily dan ditatapnya mata sayu yang tampak berkaca-kaca tersebut. Dengan sekali sentak Arnold merobek gaun tidur tipis yang dikenakan Emily. Sorot matanya berkabut tatkala melihat tubuh polos tanpa cela di hadapannya. Kulit Emily yang putih seputih susu menggugah Arnold untuk melabuhkan jemarinya, halus dan hangat hingga membuat Arnold tak kuasa membendung hasratnya yang menggelora. Ditelannya salivanya, atensi Arnold kini sepenuhnya tercurah pada keindahan tubuh mungil Emily yang memiliki lekuk yang sangat indah. Ukuran dadanya yang di atas rata-rata membuat keindahan itu semakin sempurna. Ditambah lagi hidungnya lancip dengan bibir penuh berwarna pink menggoda. Arnold akhirnya mengungkung tubuh Emily di bawahnya. Seringaian terbit di wajah tampannya. "Buka pahamu!" titahnya dengan mata berkabut. Emily masih bergeming, dia menutup rapat kedua kakinya dan menyilangkan kedua tangannya di dadan

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 2. Sebatas Istri Kedua

    Emily langsung terduduk begitu merasakan air dingin menerpa tubuhnya. Sarah, istri pertama Arnold, tengah berdiri di depannya dengan berkacak pinggang, matanya menyala penuh amarah. Penampilan wanita itu sangat glamor, dengan rambut pirang panjang, kulit putih, serta riasan dan pakaian mahal yang melekat di tubuhnya. Sarah memandangi Emily dari atas ke bawah. "Kamu bukan nyonya di sini. Siapa yang menyuruhmu tidur sekarang?" Tubuh Emily bergetar, bahkan giginya bergemeletuk. Ruangan ini sangat dingin, ditambah air yang membasahi tubuhnya juga tak kalah dinginnya. Padahal tubuh dan perasaannya baru saja dicabik-cabik oleh Arnold. Emily mengulurkan tangan, mencari-cari selimut yang ada di sekitarnya untuk membungkus tubuh polosnya. Namun, Sarah tidak memberinya kesempatan. "Jangan berpikir bahwa kamu adalah nyonya di sini hanya karena tidur dengan Arnold. Kamu hanyalah alat penghasil anak! Bangun sekarang." Setelah mengatakan itu, Sarah menatap Emily dengan jijik, seolah-olah me

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 3. Siksaan Sepanjang Malam

    Emily sontak menoleh, betapa kagetnya dia saat melihat Arnold datang. Jantung Emily seketika berdebar kencang, dadanya naik turun. Arnold menatapnya tanpa berkedip, lagi, hanya dengan melihat tubuh Emily, membuat miliknya langsung berontak. Arnold berjalan pelan sambil membuka kancing piyamanya. Diraihnya pinggul Emily dan didekapnya erat. Bibirnya sudah berlabuh di bibir Emily, membuat perempuan itu hanya bisa pasrah. Dengan satu gerakan cepat, Arnold membawa Emily ke atas ranjang dan menyingkap handuk itu.Lagi dan lagi, Arnold menyerangnya.... **"Akh..." Emily terbangun dalam keadaan seluruh tubuh ngilu, Arnold benar-benar menyiksanya sepanjang malam. Dia bahkan tidak memberi Emily waktu untuk beristirahat. Kasur, sofa, dinding, bahkan bath up menjadi saksi bisu betapa ganasnya Arnold. Saat bangun, Emily hanya sendirian. Arnold sudah tidak ada di sisinya. Emily menyeret kakinya ke kamar mandi. Kini sudah satu bulan Emily menjadi istri kedua Arnold. Arnold juga

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 4. Semakin Meresahkan

    Emily berdiri sambil meremas ujung dress-nya. Ia tidak berani menjawab dan hanya tertunduk diam. Emily tidak merusaknya, tetapi ia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya kepada semua orang. "Apa kau tidak punya telinga, Emily? Mama bertanya padamu, tetapi kau malah diam!" Ucapan Sarah membuat Emily mengangkat dagunya. "Ma... maafkan Emily!" ucapnya dengan mata sayu. Apa lagi yang bisa ia lakukan selain meminta maaf? Menjelaskan pun tidak ada gunanya karena Emily sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada perhiasannya. Melihat mata sendu menantunya, Nyonya Ruby mendadak merasa menyesal. Ia segera merangkul Emily. "Tidak perlu meminta maaf, Sayang. Mama tidak peduli dengan perhiasannya, sungguh! Mama hanya peduli padamu dan juga janin yang kau kandung. Lain kali lebih hati-hati, jangan ceroboh lagi, ya?" Emily mengangguk. "Iya, Ma. Terima kasih," ucapnya tulus. Nyonya Ruby tersenyum dan mengelus perut Emily. "Perhiasan bisa dibeli lagi, tapi kandungan ini tidak. Jadi, jagala

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 5. Kamu Sudah Menikah

    Arnold berjalan keluar kamar tanpa mempedulikan Emily yang memohon kepadanya. Dibukanya pintu kamar, Sarah langsung menghambur ke dalam pelukannya dengan tangis yang semakin kencang. "Ada apa, Honey? Berhenti menangis." Arnold mengusap pundak dan rambut Sarah dengan lembut. "A-aku mimpi buruk, aku takut sekali, Honey," jawabnya terbata. "Sudah, tidak apa-apa, ada aku di sini. Aku akan menemanimu tidur." Arnold melepaskan pelukannya, mengusap kedua pipi Sarah, lalu mengecup keningnya. Setelah menutup pintu kamar Emily, Arnold menggandeng Sarah dan membawanya kembali ke kamarnya. Jangan ditanya bagaimana perasaan Emily saat melihat perhatian Arnold kepada Sarah. Sakit, sakit sekali. Namun, Emily cukup tahu diri. Dia hanyalah istri kedua yang tidak diharapkan oleh Arnold. Setelah kepergian Arnold, Emily membenamkan dirinya di bawah selimut karena takut. Guntur dan petir yang bersahut-sahutan semakin menambah suasana horor di kamarnya yang gelap. Emily tidak bisa langsung

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 6. Kemarahan Arnold

    Tanpa menyadari yang sedang terjadi, James, Emily dan Sarah tengah kebingungan.Karena bertepatan dengan jam makan siang, meja Restoran hampir semuanya terisi.Mereka pun terpaksa duduk di tengah tengah ruangan karena hanya meja itu yang tersisa. James langsung memanggil waiter dan meminta buku menu. Tepat seperti dugaan James, Emily memesan ayam goreng bagian sayap, tampaknya kesukaan Emily masihlah sama. "Kau tidak banyak berubah Emily, hanya saja kau semakin cantik!" ucap James begitu waiter meninggalkan meja mereka. Pipi Emily tampak merona mendengar pujian James, tapi dia tidak lantas terbang. James memang selalu memujinya sejak dulu. "Jangan merayu Emily, James, nanti suaminya marah. Rayu aku saja, aku masih jomblo!" timpal Sera sambil cekikikan. "Aku tidak merayunya, aku hanya memuji, apa tidak boleh?" Sera mengangguk anggukkan kepalanya. "Merayu dan memuji bedanya sangat tipis! Nah, sekarang cepat puji aku! Apakah kecantikanku kalah dengan Emily?" Mereka bertiga

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 177. Jangan Gugurkan, Aku mohon...

    Arnold beranjak dari duduknya dan kembali masuk ke dalam walk-in closet. Langkahnya mantap namun terasa berat, seakan ada beban yang ikut menyeret setiap gerakan. Tidak berselang lama, dia keluar dengan membawa sebuah amplop berwarna putih di tangannya. Tangannya sedikit gemetar, tapi ekspresi wajahnya tetap tenang, seolah berusaha menyembunyikan badai yang tengah mengamuk di dalam dadanya. Dia lalu duduk perlahan di samping Emily yang sejak tadi terlihat gelisah, menggigit bibir bawahnya dan menunduk, menghindari tatapan. Arnold meletakkan amplop itu di atas pahanya, dengan sengaja memastikan Emily tahu betapa pentingnya isi dari amplop tersebut. “St. Thomas Hospital,” ucapnya pelan, namun nadanya tegas dan penuh makna. Emily menatap amplop itu dengan mata membulat. Hatinya berdebar hebat, napasnya memburu. Tiba-tiba saja pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan buruk. Tangannya mulai berkeringat, dan ia bahkan belum berani menyentuh amplop itu. "Ini pasti berat untukmu,"

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 176. Menagih Janji

    Arnold mengusap puncak kepala Emily hingga ke punggungnya, berulang kali hingga akhirnya Emily bangun dari tidurnya. Sentuhan itu lembut dan penuh perhatian, seakan ingin meredakan beban di hati sang istri. Napas Emily yang semula berat perlahan menjadi teratur, tapi matanya masih tampak sembab. Dengan gerakan cepat Emily menyeka sudut mata dan pipinya yang basah karena air mata. Ia tidak ingin terlihat rapuh di hadapan Arnold, terlebih setelah apa yang baru saja terjadi. "Kau menangis?" tanya Arnold saat melihat Emily menyeka wajahnya. Suaranya lembut, ada nada khawatir yang tak bisa disembunyikan. Emily tidak menjawab, dia turun dari kasur melalui sisi sebelah kanannya untuk menghindari Arnold. Emily sedang kesal dan enggan menatap suaminya yang menjadi serba salah. Ia berjalan pelan menuju jendela, membiarkan sinar matahari menyinari wajahnya yang masih tampak murung. "Kita pulang, Sally, tolong bereskan barang-barang Emily. Aku akan meminta supir untuk kemari." Arnold be

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 175. Tidak Bertanggungjawab

    Sementara itu, di ruangan Dokter Lexa. Arnold tengah menunggu Dokter Lexa yang sedang menangani pasien melahirkan sesar. Waktu terasa berjalan sangat lambat. Jarum jam yang berdetak di dinding seakan sengaja memperpanjang kegelisahan yang merayap dalam dada Arnold. Sesekali ia menatap layar ponselnya, namun tak satu pun pesan masuk. Pikirannya kacau, hatinya berkecamuk. Arnold duduk dengan gelisah, dia benar-benar kaget saat mengetahui Emily sudah mengetahui kehamilannya, padahal akan lebih mudah kalau Emily tidak tahu sehingga Dokter bisa memberikannya obat penggugur kandungan, seperti saran awal Dokter Lexa yang ditanggapi Arnold dingin tadi malam. Suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan. Pintu dibuka perlahan dan wajah lelah Dokter Lexa muncul di ambang pintu. "Tuan Arnold, maaf menunggu lama." Dokter Lexa menarik kursinya dan duduk dengan wajah muram. Beberapa helai rambut terurai dari sanggulnya yang sedikit berantakan, menunjukkan betapa berat kasus yang baru saja ia

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 174. Tidak Menginginkannya?

    "Katakan apa itu?" Arnold tidak kalah antusias. Dia juga ikut tersenyum saat melihat Emily tersenyum lebar. Setelah apa yang terjadi pada Emily tadi malam—mimpi buruk, tangisan tertahan, dan tatapan kosong yang begitu dalam—senyum lebarnya membuat Arnold bisa sedikit melupakan kepedihannya. Seolah senyum itu adalah cahaya pertama setelah malam yang panjang. "Tutup matamu," pinta Emily sambil mengusap rahang tegas Arnold. Sentuhan lembut jarinya menyapu bulu-bulu halus yang tumbuh tidak teratur karena Arnold pasti tidak mencukurnya beberapa hari ini. Emily selalu menyukai sisi acak Arnold yang satu ini, tampak maskulin namun tetap tenang dan penuh kehangatan. "Baiklah, cepat beritahu aku kejutannya." Arnold menutup matanya dengan patuh, menarik napas panjang seolah ingin menyerap momen bahagia itu sedalam mungkin. Senyum manis masih terukir di bibirnya, begitu tulus dan penuh harapan. Emily menoleh sesaat ke arah Sally yang berdiri tidak jauh dari mereka. Sally, sahabat sekaligus

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 173. Test Pack

    Emily menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Rasa mual yang datang tiba-tiba membuat tubuhnya melemas. Ia bergegas menuju wastafel dan memuntahkan seluruh isi perutnya tanpa bisa ditahan. Nafasnya tersengal-sengal, bahunya naik turun menahan ketidaknyamanan. Di sampingnya, Arnold yang sedari tadi menemaninya sigap mengusap punggung istrinya, mencoba memberikan ketenangan. "Apa buburnya tidak enak?" tanyanya lembut, meski wajahnya menyiratkan kekhawatiran. Emily menggeleng pelan. "Enak, mungkin aku masuk angin... atau karena tadi malam aku tidak sempat makan." Suaranya terdengar lemah. Setelah merasa lebih baik dan mualnya sedikit mereda, Emily kembali ke tempat tidur, wajahnya masih pucat. "Makan lagi ya, Sayang," bujuk Arnold, mengangkat sendok dengan penuh harap. Emily menggeleng lagi, lebih tegas kali ini. "Aku benar-benar tidak selera." Arnold tidak menyerah. "Apa mau makan yang lain?" Dia tidak ingin membiarkan Emily melewati waktu makan, terlebih sekarang ia tengah men

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 172. Cinta Yang Nyaris Hilang

    Mendengar perkataan Papa William, Arnold tersenyum miring. Senyum sinis yang tak menutupi betapa getir hatinya. Bisa-bisanya, pikir Arnold, Papa William masih saja bertindak semaunya. Walau dia kepala keluarga dan Arnold hanyalah anaknya, bukan berarti setiap kata-kata sang ayah adalah perintah mutlak yang harus dituruti. "Arnold tidak akan pernah kembali lagi ke Maurer!" ucapnya tegas, sorot matanya tak main-main. Dulu, dia mungkin akan menuruti apa pun—menikahi Emily karena permintaan orang tua, menjalankan perusahaan keluarga tanpa banyak tanya. Tapi sekarang, semua itu sudah berubah. "Papa sudah tua, Nak. Kalau bukan kamu, lantas siapa lagi yang akan menjalankannya?" suara Papa William pelan, lebih kepada nada memohon daripada perintah. Ada getar halus yang tertangkap di ujung kalimatnya—ketakutan akan kehilangan, atau mungkin penyesalan. "Maaf, Pa. Arnold benar-benar tidak bisa." Jawabannya tegas namun lembut. Bukan untuk melukai hati ayahnya, tapi karena dia tahu, sudah wa

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 171. Permintaan Maaf Nicholas

    Kilat kebencian jelas terlihat di mata Arnold. Tanpa ragu, dia langsung berdiri dari sisi ranjang Emily dan melangkah cepat ke arah dua sosok yang kini berdiri di ambang pintu. Setiap langkahnya penuh kemarahan yang tertahan sejak lama. "Untuk apa lagi kau kemari?" tanyanya dingin, suaranya penuh nada penghinaan. Tatapannya menusuk tajam pada Nicho, yang wajahnya masih dipenuhi bekas pukulan—bengkak, memar, dan sedikit mengering. Luka yang belum genap seminggu, dan masih terasa panas. Masih mending, pikir Arnold sinis. Masih mending dia tidak membunuh Nicho saat itu, atau menyeretnya ke kantor polisi. Hanya karena dia masih menghormati Papa William, pria tua itu, ayah mereka berdua, yang masih punya tempat di hatinya—meski hanya sedikit. "Kakakmu ingin meminta maaf, Arnold." Papa William melangkah maju, mencoba menjembatani dua anak lelakinya yang kini terpecah oleh sejarah kelam. Ia melihat kedua tangan Arnold yang terkepal kuat di sisi tubuhnya. Wajah Arnold mengeras seperti

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 170. Dilema

    Dokter itu tampak melirik sekilas ke arah kertas yang ada di depannya, lalu menarik napas dalam sebelum membuka mulutnya. "Kehamilannya masih sangat muda, kurang lebih satu minggu," ucapnya dengan suara yang terkontrol, "sehingga siklus bulanannya pun belum terlambat. Saya tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, tapi ada pembengkakan di perut dalam Nyonya Emily. Apa Nyonya Emily pernah mengalami semacam kecelakaan atau trauma di perut?" Arnold mengangguk pelan, tatapannya menerawang sejenak, seperti menggali ingatan yang sudah lama terkubur. "Dia pernah kecelakaan saat hamil dan mengalami keguguran... mungkin perutnya menghantam salah satu bagian mobil dengan keras." Suara Arnold terdengar berat. Kenangan itu menghantamnya seperti badai yang datang tiba-tiba. Saat itu, dia tidak memperdulikan kondisi Emily, bahkan menyalahkannya karena keguguran yang terjadi. Kesalahan itu terus menghantuinya, walau tak pernah ia akui dengan lantang. "Tapi itu sudah lama, Dokter. Setahun yang lal

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 169. Emily Hamil

    Perjalanan menuju rumah sakit terasa sangat lama, padahal jaraknya tidak lebih dari satu kilometer. Di dalam mobil yang melaju dengan cepat, suasana begitu tegang. Arnold tak henti-hentinya melirik ke arah Emily yang terbaring lemah di jok belakang. Napasnya terdengar pelan dan tidak stabil. Sesekali, Arnold mengusap kening perempuan itu yang terasa sedikit hangat. "Jangan sakit, sayang," gumamnya pelan, lebih kepada doa daripada ucapan. Suaranya nyaris tak terdengar, tenggelam dalam deru mesin mobil. Setelah beberapa menit yang terasa seperti jam, mobil berbelok tajam memasuki halaman ST. Thomas Hospital, rumah sakit yang sama di mana Nyonya Ruby, ibu mertua Arnold, tengah dirawat karena kondisi kritisnya. Pintu mobil nyaris belum terbuka sempurna ketika dua orang perawat yang berjaga di lobi langsung datang membawa brankar. Mereka bergerak cepat, profesional, namun tetap waspada melihat raut panik di wajah Arnold. Mereka hendak mengangkat tubuh Emily, namun tiba-tiba Arnold me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status