Beranda / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 4. Semakin Meresahkan

Share

Bab 4. Semakin Meresahkan

Penulis: Silvania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-11 10:37:51

Emily berdiri sambil meremas ujung dress-nya. Ia tidak berani menjawab dan hanya tertunduk diam. Emily tidak merusaknya, tetapi ia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya kepada semua orang.

"Apa kau tidak punya telinga, Emily? Mama bertanya padamu, tetapi kau malah diam!" Ucapan Sarah membuat Emily mengangkat dagunya.

"Ma... maafkan Emily!" ucapnya dengan mata sayu. Apa lagi yang bisa ia lakukan selain meminta maaf? Menjelaskan pun tidak ada gunanya karena Emily sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada perhiasannya.

Melihat mata sendu menantunya, Nyonya Ruby mendadak merasa menyesal. Ia segera merangkul Emily.

"Tidak perlu meminta maaf, Sayang. Mama tidak peduli dengan perhiasannya, sungguh! Mama hanya peduli padamu dan juga janin yang kau kandung. Lain kali lebih hati-hati, jangan ceroboh lagi, ya?"

Emily mengangguk. "Iya, Ma. Terima kasih," ucapnya tulus.

Nyonya Ruby tersenyum dan mengelus perut Emily. "Perhiasan bisa dibeli lagi, tapi kandungan ini tidak. Jadi, jagalah dengan baik, ya."

Emily berusaha memasang senyum saat mendengar kalimat itu.

Ketika mendengar keributan, Arnold yang baru pulang langsung menuju kamar Emily. Ia hendak bertanya apa yang terjadi, tetapi mengurungkan niatnya saat melihat Nyonya Ruby sudah memasang wajah sumringah.

"Arnold! Kamu sudah mendengarnya, bukan? Emily mengandung anakmu. Jadi, mulai sekarang kamu harus lebih sering menemaninya karena ini sangat berpengaruh pada tumbuh kembang janin dalam kandungannya. Dan mulai malam ini, Mama minta kamu tidur bersama Emily!" titahnya, tidak memberi ruang untuk bantahan.

Mendengar permintaan ibu mertuanya, yang tentunya akan membuat Arnold semakin dekat dengan Emily, Sarah merasa tidak terima.

"Tapi, Ma—"

"Kau tidak usah ikut campur, Sarah. Ini persoalan antara ayah dan anak. Kesehatan dan tumbuh kembang seorang janin sangat dipengaruhi oleh interaksi positif dari ayah dan ibunya! Kau tidak akan mengerti karena kau tidak bisa mengandung!" Perkataan Nyonya Ruby bak petir yang menyambar di siang bolong.

Sarah mengeratkan genggamannya pada lengan Arnold. Hatinya hancur seketika.

"Ma, Sarah juga tidak menginginkan hal ini terjadi. Sudahlah, jangan menyudutkannya."

"Mama hanya bicara fakta!" balas Nyonya Ruby.

Arnold menghela napas panjang. "Baiklah, Mama. Arnold akan menemani Emily tidur nanti malam. Tapi, Mama, jangan marahi Sarah lagi, ya. Arnold mau ganti baju dulu."

Arnold menarik Sarah ke kamarnya, sekaligus ingin menenangkannya.

Sesampainya di kamar, Sarah langsung membenamkan wajahnya di bantal. Ia menangis sesenggukan, membuat Arnold merasa bersalah.

"Honey, berhentilah menangis. Bukankah kita sudah sepakat? Hanya sampai bayi itu terlahir ke dunia, tidak akan lama," bujuk Arnold, mencoba meyakinkan Sarah.

"Aku memang tidak bisa hamil. Aku pantas mendapatkan hinaan dari ibumu!" ucapnya masih terisak.

Arnold menarik tangannya dan membenamkannya ke dalam pelukannya. Ia mencium puncak kepala Sarah.

"Kau sempurna di mataku. Tidak akan ada yang bisa menggantikanmu di hatiku, termasuk wanita murahan itu!" Arnold semakin kesal kepada Emily. Gara-gara Emily, istri kesayangannya mendapat hinaan dari ibunya.

Sementara itu, di balik pundak Arnold, Sarah tersenyum licik. Ia berhasil membuat Arnold merasa bersalah dan semakin membenci Emily. Walaupun tujuannya untuk membuat ibu mertuanya membenci Emily gagal, ia berhasil membuat Arnold semakin membenci madunya.

Sarah melepas pelukan Arnold dan mengusap rahang tegas suaminya. "Gantilah pakaianmu. Sebentar lagi kita akan makan malam. Nanti ibumu mencarimu kalau kau terlambat datang," ucapnya sembari tersenyum.

Arnold tersenyum bahagia melihat Sarah sudah berhenti menangis. "Terima kasih, Sayang. Kau sangat pengertian. Aku sangat mencintaimu!" Arnold menarik jemari Sarah yang membelai rahangnya dan mengecupnya bergantian.

***

Nyonya Ruby dan Emily sudah duduk manis di meja makan. Mereka menunggu Sarah dan Arnold datang.

Tak lama, keduanya turun dari lantai atas sambil bergandengan. Sarah menggandeng mesra lengan Arnold. Sesekali Arnold menatap Sarah dan tersenyum lembut padanya.

Emily menunduk saat Sarah dan Arnold duduk di seberangnya. Beruntung sekali Sarah. Seandainya saja Arnold bisa bersikap seperti itu padaku, batinnya. Emily meringis, membayangkan Arnold yang selalu memarahinya. Terlebih saat Arnold memergoki mereka bertengkar, Emily pasti akan mendapat ceramah panjang lebar dari suaminya. Tapi, akhir-akhir ini, Arnold bersikap lebih lembut di tempat tidur.

"Ayo, Sayang, makan yang banyak!" Nyonya Ruby mengambilkan berbagai macam lauk dan sayur untuk Emily. "Ini bagus untuk janinmu," ucapnya sambil tersenyum.

Emily merasa tidak enak karena Nyonya Ruby sangat memperhatikannya. Terlebih, ia bisa melihat Sarah menatapnya dengan tidak suka.

Mau bagaimana lagi? Bukan dia yang meminta diperhatikan.

Setelah selesai makan malam, Nyonya Ruby langsung memerintahkan Arnold untuk menemani Emily istirahat.

"Bawa Emily ke kamarnya, Arnold. Istrimu itu harus cukup istirahat agar tidak kelelahan."

Sarah menahan napas saat mendengar Nyonya Ruby menyebut Emily sebagai istri Arnold.

Sementara itu, Arnold dengan berat hati membawa Emily ke kamar atas. Melihat Sarah tidak bergeming dari posisinya, Arnold membalikkan badan dan mengulurkan tangannya. "Ayo, aku antarkan kamu ke kamar."

"Pergilah. Tidak apa-apa, aku bisa sendiri," jawab Sarah dengan senyum palsu yang terukir di bibirnya.

Arnold pun kembali melanjutkan langkahnya.

"Gandeng istrimu, Arnold! Bahaya kalau sampai jatuh," kata Nyonya Ruby tanpa melepas pandangannya dari Arnold dan Emily yang sedang menaiki anak tangga.

Setelah mereka berdua tidak terlihat lagi, Nyonya Ruby masuk ke kamarnya di lantai bawah tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Sarah.

Malam itu, saking bahagianya, Nyonya Ruby memutuskan untuk menginap. Di kamarnya, ia terus tersenyum, bahkan sudah memikirkan nama untuk cucunya.

Di lantai atas, suasananya begitu berbeda. Tidak ada senyum, baik di wajah Emily maupun Arnold.

Emily mencuci muka dan mengganti pakaian sebelum tidur. Sementara itu, Arnold langsung berbaring di tempat tidur.

Ia sibuk memikirkan perasaan Sarah. Seandainya tidak ada ibunya di rumah ini, Arnold sudah pasti akan pergi ke kamar sebelah.

Emily yang sudah selesai berganti pakaian keluar dari kamar mandi dengan pakaian tidur transparannya. Hanya itu yang ada di dalam lemari, sehingga mau tidak mau ia harus memakainya.

Dilihatnya Arnold sudah di tempat tidur. Emily sangat mengagumi wajah tampan itu. Terlebih saat diam seperti ini, terlihat tenang dan menggetarkan jiwa.

Emily lantas masuk ke dalam selimut yang sama. Ia memejamkan mata, dan senyum itu akhirnya terbit. Tidur bersama di bawah selimut yang sama membuatnya merasa seperti suami istri sungguhan, bukan hanya ibu pengganti yang ditiduri demi cepat hamil.

Perasaan tenang saat berada di samping Arnold membuat Emily cepat terlelap. Namun, suara petir dan kilat yang menyambar di luar membuat Emily ketakutan dan merapatkan tubuhnya ke pelukan suaminya.

Arnold, yang juga belum tidur, mendorong tubuh Emily menjauh darinya.

"Tidak usah berpura-pura ketakutan. Aktingmu sungguh jelek, Nona. Kau sengaja, kan, ingin menggodaku? Asal kau tahu, aku tidak akan pernah tergoda, walaupun kau tidak berpakaian sekalipun!" cibir Arnold sambil membalikkan badan, membelakangi Emily.

Emily hanya bisa menghela napas pasrah. Ia tidak bermaksud menggoda suaminya. Ia benar-benar takut.

Baru saja ingin memejamkan matanya kembali, terdengar suara tangisan perempuan dari luar pintu kamar.

Arnold bergegas bangun.

Emily yang ketakutan menahan tangan Arnold, tetapi Arnold melepasnya begitu saja.

"Tolong, jangan tinggalkan aku..."

Bab terkait

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 5. Kamu Sudah Menikah

    Arnold berjalan keluar kamar tanpa mempedulikan Emily yang memohon kepadanya. Dibukanya pintu kamar, Sarah langsung menghambur ke dalam pelukannya dengan tangis yang semakin kencang. "Ada apa, Honey? Berhenti menangis." Arnold mengusap pundak dan rambut Sarah dengan lembut. "A-aku mimpi buruk, aku takut sekali, Honey," jawabnya terbata. "Sudah, tidak apa-apa, ada aku di sini. Aku akan menemanimu tidur." Arnold melepaskan pelukannya, mengusap kedua pipi Sarah, lalu mengecup keningnya. Setelah menutup pintu kamar Emily, Arnold menggandeng Sarah dan membawanya kembali ke kamarnya. Jangan ditanya bagaimana perasaan Emily saat melihat perhatian Arnold kepada Sarah. Sakit, sakit sekali. Namun, Emily cukup tahu diri. Dia hanyalah istri kedua yang tidak diharapkan oleh Arnold. Setelah kepergian Arnold, Emily membenamkan dirinya di bawah selimut karena takut. Guntur dan petir yang bersahut-sahutan semakin menambah suasana horor di kamarnya yang gelap. Emily tidak bisa langsung

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 6. Kemarahan Arnold

    Tanpa menyadari yang sedang terjadi, James, Emily dan Sarah tengah kebingungan.Karena bertepatan dengan jam makan siang, meja Restoran hampir semuanya terisi.Mereka pun terpaksa duduk di tengah tengah ruangan karena hanya meja itu yang tersisa. James langsung memanggil waiter dan meminta buku menu. Tepat seperti dugaan James, Emily memesan ayam goreng bagian sayap, tampaknya kesukaan Emily masihlah sama. "Kau tidak banyak berubah Emily, hanya saja kau semakin cantik!" ucap James begitu waiter meninggalkan meja mereka. Pipi Emily tampak merona mendengar pujian James, tapi dia tidak lantas terbang. James memang selalu memujinya sejak dulu. "Jangan merayu Emily, James, nanti suaminya marah. Rayu aku saja, aku masih jomblo!" timpal Sera sambil cekikikan. "Aku tidak merayunya, aku hanya memuji, apa tidak boleh?" Sera mengangguk anggukkan kepalanya. "Merayu dan memuji bedanya sangat tipis! Nah, sekarang cepat puji aku! Apakah kecantikanku kalah dengan Emily?" Mereka bertiga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 7. Tak Berdaya

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi di jalan raya Kota London. Emily sampai harus mencengkeram erat jok tempat ia duduk agar tubuhnya tetap aman di posisinya. Arnold sudah seperti pembalap yang mengejar garis finis. Tidak peduli setakut apa Emily yang duduk di kursi penumpang, Arnold malah semakin menancapkan gasnya dengan membabi buta. "Kau lihat, kan, Honey, bagaimana Emily berduaan dengan laki-laki tadi? Sebelum kau datang, mereka bahkan saling merangkul dan berciuman. Aku saja sampai jijik saat melihatnya. Beruntung kau tidak menyaksikannya!" Sarah kembali memfitnah Emily tanpa rasa takut, karena dia tahu Arnold pasti percaya padanya. Padahal, apa yang dikatakan Sarah semuanya kebohongan besar. Jelas-jelas Emily tidak hanya berdua dengan James, melainkan bertiga bersama Sera, dan Emily hanya bersalaman, tidak lebih. Mendengar perkataan Sarah, Arnold meremas setir kemudinya untuk menyalurkan emosi yang semakin membuncah. Melihat Emily makan berdua dengan laki-laki tadi saja

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 8. Hukuman...

    Ternyata kedatangannya ke kamar Emily hanya untuk menanyakan Sarah. Padahal korban sesungguhnya adalah Emily, tapi lagi lagi dia yang disalahkan.Ah, bukankah selalu begitu? Emily menahan pedih. "Aku tidak mengatakan apa pun padanya, Arnold. Tidak sepatah kata pun!" Emily coba membela dirinya, walaupun pasti Arnold tidak akan percaya. "Demi Tuhan,” tambah Emily."Bohong! Kau terus terusan berbohong!" teriaknya membuat Emily memejamkan matanya karena takut melihat ekspresi marah suaminya. "Kau berani sekali mengatainya jalang! Kau tau siapa yang jalang di rumah ini? Kau Emily, kau yang jalang! Wanita yang menjual dirinya karena uang. Wanita seperti itu yang pantas dipanggil jalang!" Arnold semakin mendekat, matanya justru terpaku pada tubuh bagian atas Emily yang terekspos karena pakaian minim yang dia pakai melorot. "Tidak benar! Aku tidak pernah mengatainya jalang, justru dia yang selalu mengataiku jalang! Aku mohon percayalah padaku!" "Diam!" Tubuh Arnold perlahan maju, ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 9. Sakit

    Di sisi lain, Sarah mondar-mandir di kamarnya dengan gelisah menunggu kedatangan Arnold. Suaminya tadi bilang dia hanya sebentar saja menemui Emily untuk memarahinya, nyatanya sudah berjam jam Arnold belum kunjung kembali. Sementara itu di kamar sebelah, setelah merasa puas, Arnold akhirnya melepaskan Emily yang tengah terpejam, matanya sembab, bibirnya bengkak karena digigit Arnold berkali kali. "Dasar wanita murahan, kau pandai sekali bersandiwara. Akui saja kalau kau sangat menikmatinya. Jangan berpura-pura kesakitan, aktingmu sangat jelek Emily!" Seringaian jahat tercetak di wajah brengseknya. Arnold memunguti pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan diri dan memakai pakaiannya kembali dia meninggalkan Emily yang masih berbaring tanpa mau menoleh karena takut tidak bisa menahan diri lagi. Arnold membanting pintu kamar Emily begitu dia keluar. Setelah kepergian Arnold, Emily membuka matanya perlahan. Inti tubuhnya terasa perih, perutnya menegang dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 10. Bertahan

    'Sekarang cepat kau ke rumah sakit, kalau tidak Mama akan mencoretmu dari daftar ahli waris!' Nyonya Ruby menutup teleponnya dengan kesal. Bisa bisanya Arnold tidak tahu istrinya berada di rumah sakit.Jantung Arnold bagai dihantam batu besar. Dia menggeram kesal dan melempar handphonenya ke sembarang arah.Kaget dengan suara ribut ribut suaminya, Sarah terbangun. Dilihatnya wajah Arnold merah padam. "Ada apa, Sayang?" tanyanya sambil mengusap rahang Arnold yang tampak mengencang."Wanita sialan itu ada di rumah sakit dan ibu memarahiku. Dia pasti mengadukan apa yang aku lakukan padanya!" desahnya sambil menuruni tempat tidur. Arnold bergegas mengganti pakaiannya dan pergi ke rumah sakit detik itu juga.Sepanjang jalan Arnold tidak henti mengumpat Emily. Dia sangat kesal karena dipikirnya Emily mengadukannya kepada ibunya."Dasar wanita licik, dia yang bersalah, dia juga yang mengadu. Awas saja nanti!" geramnya kesal sambil memukul setir kemudinya.Sesampainya di rumah sakit, Arnold b

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 11. Pemeriksaan

    Tiga bulan berlalu, perut Emily sudah mulai membesar dan waktunya untuk pemeriksaan.Emily bangun pagi pagi sekali, dia sangat tidak sabar menantikan hari ini, dimana ia bisa melihat langsung bayinya melalui monitor."Mama ingin sekali melihatmu, Nak!" ucapnya sembari mengelus perutnya yang sedikit menonjol.Kemarin Emily sudah mendaftarkan dirinya untuk melakukan pemeriksaan pagi ini. Jadi dia tidak perlu menunggu lama nantinya di sana.Setelah selesai bersiap, Emily turun ke bawah dan menuju meja makan untuk sarapan. Sudah ada Sarah dan Arnold duduk di sana. Mereka tengah berbincang sambil tersenyum. Arnold bahkan terlihat berkali kali mengecup kening Sarah. Pemandangan pagi yang cukup mengiris hati Emily, namun Emily sudah biasa berpura pura biasa saja.Saat melihat Emily datang, mereka berdua langsung diam. Meski demikian, mata elang Arnold menatapnya tanpa berkedip. Emily sangat cantik pagi ini, aura kehamilannya membuat wajahnya semakin bersinar.Emily tetap mengulas senyum mani

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 1. Terpaksa

    “Aku sudah membelimu, jadi lahirkan anak laki-laki untukku.” Diangkatnya dagu Emily dan ditatapnya mata sayu yang tampak berkaca-kaca tersebut. Dengan sekali sentak Arnold merobek gaun tidur tipis yang dikenakan Emily. Sorot matanya berkabut tatkala melihat tubuh polos tanpa cela di hadapannya. Kulit Emily yang putih seputih susu menggugah Arnold untuk melabuhkan jemarinya, halus dan hangat hingga membuat Arnold tak kuasa membendung hasratnya yang menggelora. Ditelannya salivanya, atensi Arnold kini sepenuhnya tercurah pada keindahan tubuh mungil Emily yang memiliki lekuk yang sangat indah. Ukuran dadanya yang di atas rata-rata membuat keindahan itu semakin sempurna. Ditambah lagi hidungnya lancip dengan bibir penuh berwarna pink menggoda. Arnold akhirnya mengungkung tubuh Emily di bawahnya. Seringaian terbit di wajah tampannya. "Buka pahamu!" titahnya dengan mata berkabut. Emily masih bergeming, dia menutup rapat kedua kakinya dan menyilangkan kedua tangannya di dadan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11

Bab terbaru

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 11. Pemeriksaan

    Tiga bulan berlalu, perut Emily sudah mulai membesar dan waktunya untuk pemeriksaan.Emily bangun pagi pagi sekali, dia sangat tidak sabar menantikan hari ini, dimana ia bisa melihat langsung bayinya melalui monitor."Mama ingin sekali melihatmu, Nak!" ucapnya sembari mengelus perutnya yang sedikit menonjol.Kemarin Emily sudah mendaftarkan dirinya untuk melakukan pemeriksaan pagi ini. Jadi dia tidak perlu menunggu lama nantinya di sana.Setelah selesai bersiap, Emily turun ke bawah dan menuju meja makan untuk sarapan. Sudah ada Sarah dan Arnold duduk di sana. Mereka tengah berbincang sambil tersenyum. Arnold bahkan terlihat berkali kali mengecup kening Sarah. Pemandangan pagi yang cukup mengiris hati Emily, namun Emily sudah biasa berpura pura biasa saja.Saat melihat Emily datang, mereka berdua langsung diam. Meski demikian, mata elang Arnold menatapnya tanpa berkedip. Emily sangat cantik pagi ini, aura kehamilannya membuat wajahnya semakin bersinar.Emily tetap mengulas senyum mani

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 10. Bertahan

    'Sekarang cepat kau ke rumah sakit, kalau tidak Mama akan mencoretmu dari daftar ahli waris!' Nyonya Ruby menutup teleponnya dengan kesal. Bisa bisanya Arnold tidak tahu istrinya berada di rumah sakit.Jantung Arnold bagai dihantam batu besar. Dia menggeram kesal dan melempar handphonenya ke sembarang arah.Kaget dengan suara ribut ribut suaminya, Sarah terbangun. Dilihatnya wajah Arnold merah padam. "Ada apa, Sayang?" tanyanya sambil mengusap rahang Arnold yang tampak mengencang."Wanita sialan itu ada di rumah sakit dan ibu memarahiku. Dia pasti mengadukan apa yang aku lakukan padanya!" desahnya sambil menuruni tempat tidur. Arnold bergegas mengganti pakaiannya dan pergi ke rumah sakit detik itu juga.Sepanjang jalan Arnold tidak henti mengumpat Emily. Dia sangat kesal karena dipikirnya Emily mengadukannya kepada ibunya."Dasar wanita licik, dia yang bersalah, dia juga yang mengadu. Awas saja nanti!" geramnya kesal sambil memukul setir kemudinya.Sesampainya di rumah sakit, Arnold b

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 9. Sakit

    Di sisi lain, Sarah mondar-mandir di kamarnya dengan gelisah menunggu kedatangan Arnold. Suaminya tadi bilang dia hanya sebentar saja menemui Emily untuk memarahinya, nyatanya sudah berjam jam Arnold belum kunjung kembali. Sementara itu di kamar sebelah, setelah merasa puas, Arnold akhirnya melepaskan Emily yang tengah terpejam, matanya sembab, bibirnya bengkak karena digigit Arnold berkali kali. "Dasar wanita murahan, kau pandai sekali bersandiwara. Akui saja kalau kau sangat menikmatinya. Jangan berpura-pura kesakitan, aktingmu sangat jelek Emily!" Seringaian jahat tercetak di wajah brengseknya. Arnold memunguti pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan diri dan memakai pakaiannya kembali dia meninggalkan Emily yang masih berbaring tanpa mau menoleh karena takut tidak bisa menahan diri lagi. Arnold membanting pintu kamar Emily begitu dia keluar. Setelah kepergian Arnold, Emily membuka matanya perlahan. Inti tubuhnya terasa perih, perutnya menegang dan

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 8. Hukuman...

    Ternyata kedatangannya ke kamar Emily hanya untuk menanyakan Sarah. Padahal korban sesungguhnya adalah Emily, tapi lagi lagi dia yang disalahkan.Ah, bukankah selalu begitu? Emily menahan pedih. "Aku tidak mengatakan apa pun padanya, Arnold. Tidak sepatah kata pun!" Emily coba membela dirinya, walaupun pasti Arnold tidak akan percaya. "Demi Tuhan,” tambah Emily."Bohong! Kau terus terusan berbohong!" teriaknya membuat Emily memejamkan matanya karena takut melihat ekspresi marah suaminya. "Kau berani sekali mengatainya jalang! Kau tau siapa yang jalang di rumah ini? Kau Emily, kau yang jalang! Wanita yang menjual dirinya karena uang. Wanita seperti itu yang pantas dipanggil jalang!" Arnold semakin mendekat, matanya justru terpaku pada tubuh bagian atas Emily yang terekspos karena pakaian minim yang dia pakai melorot. "Tidak benar! Aku tidak pernah mengatainya jalang, justru dia yang selalu mengataiku jalang! Aku mohon percayalah padaku!" "Diam!" Tubuh Arnold perlahan maju, ke

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 7. Tak Berdaya

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi di jalan raya Kota London. Emily sampai harus mencengkeram erat jok tempat ia duduk agar tubuhnya tetap aman di posisinya. Arnold sudah seperti pembalap yang mengejar garis finis. Tidak peduli setakut apa Emily yang duduk di kursi penumpang, Arnold malah semakin menancapkan gasnya dengan membabi buta. "Kau lihat, kan, Honey, bagaimana Emily berduaan dengan laki-laki tadi? Sebelum kau datang, mereka bahkan saling merangkul dan berciuman. Aku saja sampai jijik saat melihatnya. Beruntung kau tidak menyaksikannya!" Sarah kembali memfitnah Emily tanpa rasa takut, karena dia tahu Arnold pasti percaya padanya. Padahal, apa yang dikatakan Sarah semuanya kebohongan besar. Jelas-jelas Emily tidak hanya berdua dengan James, melainkan bertiga bersama Sera, dan Emily hanya bersalaman, tidak lebih. Mendengar perkataan Sarah, Arnold meremas setir kemudinya untuk menyalurkan emosi yang semakin membuncah. Melihat Emily makan berdua dengan laki-laki tadi saja

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 6. Kemarahan Arnold

    Tanpa menyadari yang sedang terjadi, James, Emily dan Sarah tengah kebingungan.Karena bertepatan dengan jam makan siang, meja Restoran hampir semuanya terisi.Mereka pun terpaksa duduk di tengah tengah ruangan karena hanya meja itu yang tersisa. James langsung memanggil waiter dan meminta buku menu. Tepat seperti dugaan James, Emily memesan ayam goreng bagian sayap, tampaknya kesukaan Emily masihlah sama. "Kau tidak banyak berubah Emily, hanya saja kau semakin cantik!" ucap James begitu waiter meninggalkan meja mereka. Pipi Emily tampak merona mendengar pujian James, tapi dia tidak lantas terbang. James memang selalu memujinya sejak dulu. "Jangan merayu Emily, James, nanti suaminya marah. Rayu aku saja, aku masih jomblo!" timpal Sera sambil cekikikan. "Aku tidak merayunya, aku hanya memuji, apa tidak boleh?" Sera mengangguk anggukkan kepalanya. "Merayu dan memuji bedanya sangat tipis! Nah, sekarang cepat puji aku! Apakah kecantikanku kalah dengan Emily?" Mereka bertiga

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 5. Kamu Sudah Menikah

    Arnold berjalan keluar kamar tanpa mempedulikan Emily yang memohon kepadanya. Dibukanya pintu kamar, Sarah langsung menghambur ke dalam pelukannya dengan tangis yang semakin kencang. "Ada apa, Honey? Berhenti menangis." Arnold mengusap pundak dan rambut Sarah dengan lembut. "A-aku mimpi buruk, aku takut sekali, Honey," jawabnya terbata. "Sudah, tidak apa-apa, ada aku di sini. Aku akan menemanimu tidur." Arnold melepaskan pelukannya, mengusap kedua pipi Sarah, lalu mengecup keningnya. Setelah menutup pintu kamar Emily, Arnold menggandeng Sarah dan membawanya kembali ke kamarnya. Jangan ditanya bagaimana perasaan Emily saat melihat perhatian Arnold kepada Sarah. Sakit, sakit sekali. Namun, Emily cukup tahu diri. Dia hanyalah istri kedua yang tidak diharapkan oleh Arnold. Setelah kepergian Arnold, Emily membenamkan dirinya di bawah selimut karena takut. Guntur dan petir yang bersahut-sahutan semakin menambah suasana horor di kamarnya yang gelap. Emily tidak bisa langsung

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 4. Semakin Meresahkan

    Emily berdiri sambil meremas ujung dress-nya. Ia tidak berani menjawab dan hanya tertunduk diam. Emily tidak merusaknya, tetapi ia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya kepada semua orang. "Apa kau tidak punya telinga, Emily? Mama bertanya padamu, tetapi kau malah diam!" Ucapan Sarah membuat Emily mengangkat dagunya. "Ma... maafkan Emily!" ucapnya dengan mata sayu. Apa lagi yang bisa ia lakukan selain meminta maaf? Menjelaskan pun tidak ada gunanya karena Emily sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada perhiasannya. Melihat mata sendu menantunya, Nyonya Ruby mendadak merasa menyesal. Ia segera merangkul Emily. "Tidak perlu meminta maaf, Sayang. Mama tidak peduli dengan perhiasannya, sungguh! Mama hanya peduli padamu dan juga janin yang kau kandung. Lain kali lebih hati-hati, jangan ceroboh lagi, ya?" Emily mengangguk. "Iya, Ma. Terima kasih," ucapnya tulus. Nyonya Ruby tersenyum dan mengelus perut Emily. "Perhiasan bisa dibeli lagi, tapi kandungan ini tidak. Jadi, jagala

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 3. Siksaan Sepanjang Malam

    Emily sontak menoleh, betapa kagetnya dia saat melihat Arnold datang. Jantung Emily seketika berdebar kencang, dadanya naik turun. Arnold menatapnya tanpa berkedip, lagi, hanya dengan melihat tubuh Emily, membuat miliknya langsung berontak. Arnold berjalan pelan sambil membuka kancing piyamanya. Diraihnya pinggul Emily dan didekapnya erat. Bibirnya sudah berlabuh di bibir Emily, membuat perempuan itu hanya bisa pasrah. Dengan satu gerakan cepat, Arnold membawa Emily ke atas ranjang dan menyingkap handuk itu.Lagi dan lagi, Arnold menyerangnya.... **"Akh..." Emily terbangun dalam keadaan seluruh tubuh ngilu, Arnold benar-benar menyiksanya sepanjang malam. Dia bahkan tidak memberi Emily waktu untuk beristirahat. Kasur, sofa, dinding, bahkan bath up menjadi saksi bisu betapa ganasnya Arnold. Saat bangun, Emily hanya sendirian. Arnold sudah tidak ada di sisinya. Emily menyeret kakinya ke kamar mandi. Kini sudah satu bulan Emily menjadi istri kedua Arnold. Arnold juga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status