Home / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 3. Siksaan Sepanjang Malam

Share

Bab 3. Siksaan Sepanjang Malam

Author: Silvania
last update Last Updated: 2025-02-11 10:37:20

Emily sontak menoleh, betapa kagetnya dia saat melihat Arnold datang.

Jantung Emily seketika berdebar kencang, dadanya naik turun. Arnold menatapnya tanpa berkedip, lagi, hanya dengan melihat tubuh Emily, membuat miliknya langsung berontak.

Arnold berjalan pelan sambil membuka kancing piyamanya. Diraihnya pinggul Emily dan didekapnya erat.

Bibirnya sudah berlabuh di bibir Emily, membuat perempuan itu hanya bisa pasrah.

Dengan satu gerakan cepat, Arnold membawa Emily ke atas ranjang dan menyingkap handuk itu.

Lagi dan lagi, Arnold menyerangnya....

**

"Akh..." Emily terbangun dalam keadaan seluruh tubuh ngilu, Arnold benar-benar menyiksanya sepanjang malam. Dia bahkan tidak memberi Emily waktu untuk beristirahat.

Kasur, sofa, dinding, bahkan bath up menjadi saksi bisu betapa ganasnya Arnold.

Saat bangun, Emily hanya sendirian. Arnold sudah tidak ada di sisinya. Emily menyeret kakinya ke kamar mandi.

Kini sudah satu bulan Emily menjadi istri kedua Arnold.

Arnold juga tidak sekasar saat pertama, dia datang tanpa berbicara sepatah kata pun, melepaskan pakaiannya dan menidurinya. Tidak ada paksaan maupun bentakan, tapi Emily malah merasa dirinya hanyalah seperti boneka pemuas nafsu yang ditinggalkan begitu saja setelah Arnold puas menjamahnya.

Dan parahnya lagi, semingguan ini Arnold melampiaskan hasratnya hingga menjelang pagi dan membuat Emily tidak bisa bangun dari tempat tidur. Kalau tidak karena terpaksa, Emily tidak akan bangun saking sakitnya pangkal pahanya.

Tiba-tiba perutnya terasa mual. Emily pergi ke kamar mandi dan muntah, tetapi yang keluar hanya cairan. Mualnya benar-benar tak bisa ia tahan, padahal ia sudah berusaha mengosongkan isi perutnya, tetapi tetap saja tidak ada yang keluar selain cairan.

"Ada apa denganku," desahnya lirih sembari memijit pelipisnya yang terasa pening. Emily kemudian memutuskan berendam di air hangat agar bisa menghilangkan sedikit mual dan pusingnya.

Akan tetapi, selesai mandi, Emily kembali mual, ia mencoba untuk mengeluarkan apa saja yang ada di dalam perutnya, namun nihil.

Mengingat hari ini ibu mertuanya datang, dengan terpaksa Emily menyeret kakinya menuruni anak tangga, meskipun tubuhnya lemah dan wajahnya pucat.

Sesampainya ia di meja makan, semua orang sudah ada di sana, mereka menunggunya atas perintah dari Nyonya Ruby.

Nyonya Ruby langsung berdiri, memeluknya dengan hangat, sementara di sudut lain Sarah memasang senyum palsunya.

Melihat wajah Emily yang tampak pucat, Arnold merasa istri keduanya tersebut tidak sedang baik-baik saja, ia khawatir Emily akan terjatuh, melihat bagaimana lemasnya Emily saat berjalan. Namun, belum sempat ia mengutarakan kecemasannya, Sarah yang juga memperhatikan Emily sadar bahwa Arnold ingin menginterupsi pembicaraan Nyonya Ruby, sehingga ditariknya tangan Arnold dan digenggamnya mesra.

Mereka semua menuju makan dan duduk bersama-sama. Emily di samping Nyonya Ruby, dan Sarah di samping Arnold, berusaha menguasainya sepenuhnya. Makanan datang, terlihat sangat lezat. Nasi goreng, makanan favoritnya. Tetapi, entah mengapa makanan itu berbau tidak enak. Aneh. Baunya sangat kuat sampai akhirnya, “Hoek…”

Arnold menoleh, menatap Emily dengan bingung.

“Maaf, a-aku… Hoek…”

Tak tahan lagi, Emily lari ke kamar mandi. Arnold sontak berdiri untuk mengikuti, tetapi Sarah menahannya.

Akhirnya Nyonya Ruby yang menghampiri Emily.

Setelah cukup lama berada di toilet, Emily keluar dengan wajah pucat dan keringat dingin di keningnya. Nyonya Ruby langsung membimbingnya dan membawanya ke luar rumah, Arnold yang bingung lantas mengejar ibunya.

"Emily mau dibawa ke mana, Ma?"

"Mama mau membawanya ke Dokter untuk memastikan!"

Emily langsung membelalak saat mendengar kata ke dokter. Ia juga baru ingat bahwa tamu bulanannya sudah datang terlambat, terlebih Arnold terus mengajaknya untuk berhubungan. Mendadak, Emily mengelus perutnya yang masih datar.

Tanpa menunggu respons Arnold, atau memperhatikan wajah Emily yang berubah, dengan cepat, Nyonya Ruby memanggil sopir, masuk ke dalam mobil bersama Emily, dan meninggalkan kediaman Arnold.

Sarah yang menyusul belakangan langsung menggandeng tangan Arnold yang masih menatap kepergian mama dan istri keduanya.

"Ada apa, Hon?" tanyanya mesra.

Tanpa sadar Arnold menarik tangannya, kemudian menatap Sarah. “Mereka akan ke rumah sakit untuk memastikan sesuatu, lebih baik aku pergi dulu.”

Arnold lalu mencium kening Sarah dan berpamitan, meninggalkan Sarah yang terlihat kesal.

***

Nyonya Ruby berteriak girang saat Dokter mengatakan Emily hamil. Dia lantas memeluk Emily dan ingin mencium pipinya, tetapi Emily menundukkan wajahnya. Emily merasa dirinya tidaklah pantas menerima perlakuan istimewa dari Nyonya Ruby.

Mendapat penolakan dari Emily, Nyonya Ruby tidak putus asa, dia lantas mengelus elus perut rata Emily.

“Ini cucuku, sebentar lagi kamu akan menjadi ibu dan aku akan menjadi nenek!”

Setelah itu, Nyonya Ruby menyuruh supir untuk mengantarkan mereka ke toko perhiasan langganannya, dan membelikan Emily sebuah kalung dan perhiasan berlian yang tadi sempat Emily curi-curi lihat.

Sesampainya di rumah, Nyonya Ruby mengajak Emily untuk duduk santai di ruang keluarga. Dia membuka semua paper bag berisi perhiasan yang dia beli tadi. Dibukanya salah satu kotak perhiasan berwarna merah menyala dengan hiasan gambar angsa di atas kotaknya.

“Apa kau menyukainya, Sayang?” tanyanya sambil mengangkat sebuah kalung berliontin berlian ke arah Emily.

Emily mengerjapkan matanya.

“Hei, kenapa diam saja,” tegurnya ramah. “Apa kau menyukainya? Mama membelikannya untukmu!” Seulas senyum manis terbit di bibirnya.

“Ini terlalu mahal, Nyonya!”

“Berhenti memanggil Nyonya, panggil Mama! Ya? Mama. Kau adalah menantuku dan aku membelikan ini untukmu."

Ekspresi bahagia yang ditunjukkan Nyonya Ruby tidak membuat Emily bahagia, dia justru tersadar akan posisinya sebagai ibu pengganti. Setelah bayi ini lahir ke dunia, maka Emily harus menyerahkannya kepada Sarah dan Arnold.

Emily lantas menggeleng dengan cepat sambil mengelus perutnya. “Tidak, bukan begitu, maksud saya, Nyo … eh, Mama!”

Nyonya Ruby kembali tersenyum. “Aku adalah mamamu, jadi kamu harus menerimanya!”

Tanpa menunggu persetujuan dari Emily, Nyonya Ruby melingkarkan kalung berlian yang sedari tadi di pegangnya ke leher Emily. Emily tidak lagi bisa menolak.

“Cantik sekali! Sangat cocok denganmu!”

Sarah keluar dari kamarnya, ia hendak mengambil minuman dan tidak sengaja melewati Emily dan Nyonya Ruby. Tatapannya jatuh pada leher wanita itu, sebuah kalung dengan liontin berlian berukuran besar melingkar di lehernya.

"Emily, kalungmu indah sekali," pujinya. Ia tersenyum tetapi di dalam hatinya mengutuk. Selama menikah dengan Arnold, ibu mertuanya tak pernah sekalipun membelikannya perhiasan.

"Iya, aku yang membelikannya untuk Emily sebagai hadiah."

Jawaban Nyonya Ruby semakin memantik rasa cemburu Sarah. Ia mengulas senyum terpaksa dan memilih kembali ke kamar, dengan tangan terkepal. Ingin marah tapi ia tak punya hak.

"Bersiap-siaplah, kamu bisa memakai perhiasaan itu saat Arnold sudah sampai."

Emily mengangguk dan membawanya ke kamar. Ia mendesah pelan dan kembali mengelus perutnya. Calon buah hatinya bersama Arnold. Ada perasaan senang, tetapi juga sedih yang muncul ketika mengetahui keberadaannya. Tetapi Emily berusaha menepis rasa sedihnya karena takut anaknya juga akan merasa seperti itu. Anak ini pasti akan tumbuh dengan baik bersama keluarga papanya.

Emily ke kamar untuk mandi, badannya sudah lengket apalagi cukup banyak ia harus diperiksa di rumah sakit. Sebelum itu, ia menaruh kalung dan semua perhiasaan di kotak persiapan.

Dua puluh menit kemudian, ia telah selesai sambil bersiap-siap. Terdengar suara mobil dan klakson mobil. Pasti Arnold sudah pulang. Nyonya Ruby juga memanggilnya, yang dijawab Emily dengan cepat.

Tetapi, tepat ketika dia membuka kotak perhiasannya, matanya membelalak dengan sempurna. Bagaimana ini...?

Emily menyentuh semua perhiasan itu dengan tangan gemetar. Semua kalung dan perhiasan yang diberikan ibu mertuanya telah rusak.

Bunyi langkah kaki semakin terdengar dekat, Emily bisa mendengar Nyonya Ruby mengobrol dengan Arnold. Emily panik.

Pada saat itu, ibu mertuanya muncul di depan pintu, lalu masuk sambil bertanya, “Emily, kenapa kamu belum turun?”

Related chapters

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 4. Semakin Meresahkan

    Emily berdiri sambil meremas ujung dress-nya. Ia tidak berani menjawab dan hanya tertunduk diam. Emily tidak merusaknya, tetapi ia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya kepada semua orang. "Apa kau tidak punya telinga, Emily? Mama bertanya padamu, tetapi kau malah diam!" Ucapan Sarah membuat Emily mengangkat dagunya. "Ma... maafkan Emily!" ucapnya dengan mata sayu. Apa lagi yang bisa ia lakukan selain meminta maaf? Menjelaskan pun tidak ada gunanya karena Emily sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada perhiasannya. Melihat mata sendu menantunya, Nyonya Ruby mendadak merasa menyesal. Ia segera merangkul Emily. "Tidak perlu meminta maaf, Sayang. Mama tidak peduli dengan perhiasannya, sungguh! Mama hanya peduli padamu dan juga janin yang kau kandung. Lain kali lebih hati-hati, jangan ceroboh lagi, ya?" Emily mengangguk. "Iya, Ma. Terima kasih," ucapnya tulus. Nyonya Ruby tersenyum dan mengelus perut Emily. "Perhiasan bisa dibeli lagi, tapi kandungan ini tidak. Jadi, jagala

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 5. Kamu Sudah Menikah

    Arnold berjalan keluar kamar tanpa mempedulikan Emily yang memohon kepadanya. Dibukanya pintu kamar, Sarah langsung menghambur ke dalam pelukannya dengan tangis yang semakin kencang. "Ada apa, Honey? Berhenti menangis." Arnold mengusap pundak dan rambut Sarah dengan lembut. "A-aku mimpi buruk, aku takut sekali, Honey," jawabnya terbata. "Sudah, tidak apa-apa, ada aku di sini. Aku akan menemanimu tidur." Arnold melepaskan pelukannya, mengusap kedua pipi Sarah, lalu mengecup keningnya. Setelah menutup pintu kamar Emily, Arnold menggandeng Sarah dan membawanya kembali ke kamarnya. Jangan ditanya bagaimana perasaan Emily saat melihat perhatian Arnold kepada Sarah. Sakit, sakit sekali. Namun, Emily cukup tahu diri. Dia hanyalah istri kedua yang tidak diharapkan oleh Arnold. Setelah kepergian Arnold, Emily membenamkan dirinya di bawah selimut karena takut. Guntur dan petir yang bersahut-sahutan semakin menambah suasana horor di kamarnya yang gelap. Emily tidak bisa langsung

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 6. Kemarahan Arnold

    Tanpa menyadari yang sedang terjadi, James, Emily dan Sarah tengah kebingungan.Karena bertepatan dengan jam makan siang, meja Restoran hampir semuanya terisi.Mereka pun terpaksa duduk di tengah tengah ruangan karena hanya meja itu yang tersisa. James langsung memanggil waiter dan meminta buku menu. Tepat seperti dugaan James, Emily memesan ayam goreng bagian sayap, tampaknya kesukaan Emily masihlah sama. "Kau tidak banyak berubah Emily, hanya saja kau semakin cantik!" ucap James begitu waiter meninggalkan meja mereka. Pipi Emily tampak merona mendengar pujian James, tapi dia tidak lantas terbang. James memang selalu memujinya sejak dulu. "Jangan merayu Emily, James, nanti suaminya marah. Rayu aku saja, aku masih jomblo!" timpal Sera sambil cekikikan. "Aku tidak merayunya, aku hanya memuji, apa tidak boleh?" Sera mengangguk anggukkan kepalanya. "Merayu dan memuji bedanya sangat tipis! Nah, sekarang cepat puji aku! Apakah kecantikanku kalah dengan Emily?" Mereka bertiga

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 7. Tak Berdaya

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi di jalan raya Kota London. Emily sampai harus mencengkeram erat jok tempat ia duduk agar tubuhnya tetap aman di posisinya. Arnold sudah seperti pembalap yang mengejar garis finis. Tidak peduli setakut apa Emily yang duduk di kursi penumpang, Arnold malah semakin menancapkan gasnya dengan membabi buta. "Kau lihat, kan, Honey, bagaimana Emily berduaan dengan laki-laki tadi? Sebelum kau datang, mereka bahkan saling merangkul dan berciuman. Aku saja sampai jijik saat melihatnya. Beruntung kau tidak menyaksikannya!" Sarah kembali memfitnah Emily tanpa rasa takut, karena dia tahu Arnold pasti percaya padanya. Padahal, apa yang dikatakan Sarah semuanya kebohongan besar. Jelas-jelas Emily tidak hanya berdua dengan James, melainkan bertiga bersama Sera, dan Emily hanya bersalaman, tidak lebih. Mendengar perkataan Sarah, Arnold meremas setir kemudinya untuk menyalurkan emosi yang semakin membuncah. Melihat Emily makan berdua dengan laki-laki tadi saja

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 8. Hukuman...

    Ternyata kedatangannya ke kamar Emily hanya untuk menanyakan Sarah. Padahal korban sesungguhnya adalah Emily, tapi lagi lagi dia yang disalahkan.Ah, bukankah selalu begitu? Emily menahan pedih. "Aku tidak mengatakan apa pun padanya, Arnold. Tidak sepatah kata pun!" Emily coba membela dirinya, walaupun pasti Arnold tidak akan percaya. "Demi Tuhan,” tambah Emily."Bohong! Kau terus terusan berbohong!" teriaknya membuat Emily memejamkan matanya karena takut melihat ekspresi marah suaminya. "Kau berani sekali mengatainya jalang! Kau tau siapa yang jalang di rumah ini? Kau Emily, kau yang jalang! Wanita yang menjual dirinya karena uang. Wanita seperti itu yang pantas dipanggil jalang!" Arnold semakin mendekat, matanya justru terpaku pada tubuh bagian atas Emily yang terekspos karena pakaian minim yang dia pakai melorot. "Tidak benar! Aku tidak pernah mengatainya jalang, justru dia yang selalu mengataiku jalang! Aku mohon percayalah padaku!" "Diam!" Tubuh Arnold perlahan maju, ke

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 9. Sakit

    Di sisi lain, Sarah mondar-mandir di kamarnya dengan gelisah menunggu kedatangan Arnold. Suaminya tadi bilang dia hanya sebentar saja menemui Emily untuk memarahinya, nyatanya sudah berjam jam Arnold belum kunjung kembali. Sementara itu di kamar sebelah, setelah merasa puas, Arnold akhirnya melepaskan Emily yang tengah terpejam, matanya sembab, bibirnya bengkak karena digigit Arnold berkali kali. "Dasar wanita murahan, kau pandai sekali bersandiwara. Akui saja kalau kau sangat menikmatinya. Jangan berpura-pura kesakitan, aktingmu sangat jelek Emily!" Seringaian jahat tercetak di wajah brengseknya. Arnold memunguti pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan diri dan memakai pakaiannya kembali dia meninggalkan Emily yang masih berbaring tanpa mau menoleh karena takut tidak bisa menahan diri lagi. Arnold membanting pintu kamar Emily begitu dia keluar. Setelah kepergian Arnold, Emily membuka matanya perlahan. Inti tubuhnya terasa perih, perutnya menegang dan

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 10. Bertahan

    'Sekarang cepat kau ke rumah sakit, kalau tidak Mama akan mencoretmu dari daftar ahli waris!' Nyonya Ruby menutup teleponnya dengan kesal. Bisa bisanya Arnold tidak tahu istrinya berada di rumah sakit.Jantung Arnold bagai dihantam batu besar. Dia menggeram kesal dan melempar handphonenya ke sembarang arah.Kaget dengan suara ribut ribut suaminya, Sarah terbangun. Dilihatnya wajah Arnold merah padam. "Ada apa, Sayang?" tanyanya sambil mengusap rahang Arnold yang tampak mengencang."Wanita sialan itu ada di rumah sakit dan ibu memarahiku. Dia pasti mengadukan apa yang aku lakukan padanya!" desahnya sambil menuruni tempat tidur. Arnold bergegas mengganti pakaiannya dan pergi ke rumah sakit detik itu juga.Sepanjang jalan Arnold tidak henti mengumpat Emily. Dia sangat kesal karena dipikirnya Emily mengadukannya kepada ibunya."Dasar wanita licik, dia yang bersalah, dia juga yang mengadu. Awas saja nanti!" geramnya kesal sambil memukul setir kemudinya.Sesampainya di rumah sakit, Arnold b

    Last Updated : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 11. Pemeriksaan

    Tiga bulan berlalu, perut Emily sudah mulai membesar dan waktunya untuk pemeriksaan.Emily bangun pagi pagi sekali, dia sangat tidak sabar menantikan hari ini, dimana ia bisa melihat langsung bayinya melalui monitor."Mama ingin sekali melihatmu, Nak!" ucapnya sembari mengelus perutnya yang sedikit menonjol.Kemarin Emily sudah mendaftarkan dirinya untuk melakukan pemeriksaan pagi ini. Jadi dia tidak perlu menunggu lama nantinya di sana.Setelah selesai bersiap, Emily turun ke bawah dan menuju meja makan untuk sarapan. Sudah ada Sarah dan Arnold duduk di sana. Mereka tengah berbincang sambil tersenyum. Arnold bahkan terlihat berkali kali mengecup kening Sarah. Pemandangan pagi yang cukup mengiris hati Emily, namun Emily sudah biasa berpura pura biasa saja.Saat melihat Emily datang, mereka berdua langsung diam. Meski demikian, mata elang Arnold menatapnya tanpa berkedip. Emily sangat cantik pagi ini, aura kehamilannya membuat wajahnya semakin bersinar.Emily tetap mengulas senyum mani

    Last Updated : 2025-02-28

Latest chapter

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 11. Pemeriksaan

    Tiga bulan berlalu, perut Emily sudah mulai membesar dan waktunya untuk pemeriksaan.Emily bangun pagi pagi sekali, dia sangat tidak sabar menantikan hari ini, dimana ia bisa melihat langsung bayinya melalui monitor."Mama ingin sekali melihatmu, Nak!" ucapnya sembari mengelus perutnya yang sedikit menonjol.Kemarin Emily sudah mendaftarkan dirinya untuk melakukan pemeriksaan pagi ini. Jadi dia tidak perlu menunggu lama nantinya di sana.Setelah selesai bersiap, Emily turun ke bawah dan menuju meja makan untuk sarapan. Sudah ada Sarah dan Arnold duduk di sana. Mereka tengah berbincang sambil tersenyum. Arnold bahkan terlihat berkali kali mengecup kening Sarah. Pemandangan pagi yang cukup mengiris hati Emily, namun Emily sudah biasa berpura pura biasa saja.Saat melihat Emily datang, mereka berdua langsung diam. Meski demikian, mata elang Arnold menatapnya tanpa berkedip. Emily sangat cantik pagi ini, aura kehamilannya membuat wajahnya semakin bersinar.Emily tetap mengulas senyum mani

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 10. Bertahan

    'Sekarang cepat kau ke rumah sakit, kalau tidak Mama akan mencoretmu dari daftar ahli waris!' Nyonya Ruby menutup teleponnya dengan kesal. Bisa bisanya Arnold tidak tahu istrinya berada di rumah sakit.Jantung Arnold bagai dihantam batu besar. Dia menggeram kesal dan melempar handphonenya ke sembarang arah.Kaget dengan suara ribut ribut suaminya, Sarah terbangun. Dilihatnya wajah Arnold merah padam. "Ada apa, Sayang?" tanyanya sambil mengusap rahang Arnold yang tampak mengencang."Wanita sialan itu ada di rumah sakit dan ibu memarahiku. Dia pasti mengadukan apa yang aku lakukan padanya!" desahnya sambil menuruni tempat tidur. Arnold bergegas mengganti pakaiannya dan pergi ke rumah sakit detik itu juga.Sepanjang jalan Arnold tidak henti mengumpat Emily. Dia sangat kesal karena dipikirnya Emily mengadukannya kepada ibunya."Dasar wanita licik, dia yang bersalah, dia juga yang mengadu. Awas saja nanti!" geramnya kesal sambil memukul setir kemudinya.Sesampainya di rumah sakit, Arnold b

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 9. Sakit

    Di sisi lain, Sarah mondar-mandir di kamarnya dengan gelisah menunggu kedatangan Arnold. Suaminya tadi bilang dia hanya sebentar saja menemui Emily untuk memarahinya, nyatanya sudah berjam jam Arnold belum kunjung kembali. Sementara itu di kamar sebelah, setelah merasa puas, Arnold akhirnya melepaskan Emily yang tengah terpejam, matanya sembab, bibirnya bengkak karena digigit Arnold berkali kali. "Dasar wanita murahan, kau pandai sekali bersandiwara. Akui saja kalau kau sangat menikmatinya. Jangan berpura-pura kesakitan, aktingmu sangat jelek Emily!" Seringaian jahat tercetak di wajah brengseknya. Arnold memunguti pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan diri dan memakai pakaiannya kembali dia meninggalkan Emily yang masih berbaring tanpa mau menoleh karena takut tidak bisa menahan diri lagi. Arnold membanting pintu kamar Emily begitu dia keluar. Setelah kepergian Arnold, Emily membuka matanya perlahan. Inti tubuhnya terasa perih, perutnya menegang dan

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 8. Hukuman...

    Ternyata kedatangannya ke kamar Emily hanya untuk menanyakan Sarah. Padahal korban sesungguhnya adalah Emily, tapi lagi lagi dia yang disalahkan.Ah, bukankah selalu begitu? Emily menahan pedih. "Aku tidak mengatakan apa pun padanya, Arnold. Tidak sepatah kata pun!" Emily coba membela dirinya, walaupun pasti Arnold tidak akan percaya. "Demi Tuhan,” tambah Emily."Bohong! Kau terus terusan berbohong!" teriaknya membuat Emily memejamkan matanya karena takut melihat ekspresi marah suaminya. "Kau berani sekali mengatainya jalang! Kau tau siapa yang jalang di rumah ini? Kau Emily, kau yang jalang! Wanita yang menjual dirinya karena uang. Wanita seperti itu yang pantas dipanggil jalang!" Arnold semakin mendekat, matanya justru terpaku pada tubuh bagian atas Emily yang terekspos karena pakaian minim yang dia pakai melorot. "Tidak benar! Aku tidak pernah mengatainya jalang, justru dia yang selalu mengataiku jalang! Aku mohon percayalah padaku!" "Diam!" Tubuh Arnold perlahan maju, ke

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 7. Tak Berdaya

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi di jalan raya Kota London. Emily sampai harus mencengkeram erat jok tempat ia duduk agar tubuhnya tetap aman di posisinya. Arnold sudah seperti pembalap yang mengejar garis finis. Tidak peduli setakut apa Emily yang duduk di kursi penumpang, Arnold malah semakin menancapkan gasnya dengan membabi buta. "Kau lihat, kan, Honey, bagaimana Emily berduaan dengan laki-laki tadi? Sebelum kau datang, mereka bahkan saling merangkul dan berciuman. Aku saja sampai jijik saat melihatnya. Beruntung kau tidak menyaksikannya!" Sarah kembali memfitnah Emily tanpa rasa takut, karena dia tahu Arnold pasti percaya padanya. Padahal, apa yang dikatakan Sarah semuanya kebohongan besar. Jelas-jelas Emily tidak hanya berdua dengan James, melainkan bertiga bersama Sera, dan Emily hanya bersalaman, tidak lebih. Mendengar perkataan Sarah, Arnold meremas setir kemudinya untuk menyalurkan emosi yang semakin membuncah. Melihat Emily makan berdua dengan laki-laki tadi saja

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 6. Kemarahan Arnold

    Tanpa menyadari yang sedang terjadi, James, Emily dan Sarah tengah kebingungan.Karena bertepatan dengan jam makan siang, meja Restoran hampir semuanya terisi.Mereka pun terpaksa duduk di tengah tengah ruangan karena hanya meja itu yang tersisa. James langsung memanggil waiter dan meminta buku menu. Tepat seperti dugaan James, Emily memesan ayam goreng bagian sayap, tampaknya kesukaan Emily masihlah sama. "Kau tidak banyak berubah Emily, hanya saja kau semakin cantik!" ucap James begitu waiter meninggalkan meja mereka. Pipi Emily tampak merona mendengar pujian James, tapi dia tidak lantas terbang. James memang selalu memujinya sejak dulu. "Jangan merayu Emily, James, nanti suaminya marah. Rayu aku saja, aku masih jomblo!" timpal Sera sambil cekikikan. "Aku tidak merayunya, aku hanya memuji, apa tidak boleh?" Sera mengangguk anggukkan kepalanya. "Merayu dan memuji bedanya sangat tipis! Nah, sekarang cepat puji aku! Apakah kecantikanku kalah dengan Emily?" Mereka bertiga

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 5. Kamu Sudah Menikah

    Arnold berjalan keluar kamar tanpa mempedulikan Emily yang memohon kepadanya. Dibukanya pintu kamar, Sarah langsung menghambur ke dalam pelukannya dengan tangis yang semakin kencang. "Ada apa, Honey? Berhenti menangis." Arnold mengusap pundak dan rambut Sarah dengan lembut. "A-aku mimpi buruk, aku takut sekali, Honey," jawabnya terbata. "Sudah, tidak apa-apa, ada aku di sini. Aku akan menemanimu tidur." Arnold melepaskan pelukannya, mengusap kedua pipi Sarah, lalu mengecup keningnya. Setelah menutup pintu kamar Emily, Arnold menggandeng Sarah dan membawanya kembali ke kamarnya. Jangan ditanya bagaimana perasaan Emily saat melihat perhatian Arnold kepada Sarah. Sakit, sakit sekali. Namun, Emily cukup tahu diri. Dia hanyalah istri kedua yang tidak diharapkan oleh Arnold. Setelah kepergian Arnold, Emily membenamkan dirinya di bawah selimut karena takut. Guntur dan petir yang bersahut-sahutan semakin menambah suasana horor di kamarnya yang gelap. Emily tidak bisa langsung

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 4. Semakin Meresahkan

    Emily berdiri sambil meremas ujung dress-nya. Ia tidak berani menjawab dan hanya tertunduk diam. Emily tidak merusaknya, tetapi ia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya kepada semua orang. "Apa kau tidak punya telinga, Emily? Mama bertanya padamu, tetapi kau malah diam!" Ucapan Sarah membuat Emily mengangkat dagunya. "Ma... maafkan Emily!" ucapnya dengan mata sayu. Apa lagi yang bisa ia lakukan selain meminta maaf? Menjelaskan pun tidak ada gunanya karena Emily sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada perhiasannya. Melihat mata sendu menantunya, Nyonya Ruby mendadak merasa menyesal. Ia segera merangkul Emily. "Tidak perlu meminta maaf, Sayang. Mama tidak peduli dengan perhiasannya, sungguh! Mama hanya peduli padamu dan juga janin yang kau kandung. Lain kali lebih hati-hati, jangan ceroboh lagi, ya?" Emily mengangguk. "Iya, Ma. Terima kasih," ucapnya tulus. Nyonya Ruby tersenyum dan mengelus perut Emily. "Perhiasan bisa dibeli lagi, tapi kandungan ini tidak. Jadi, jagala

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 3. Siksaan Sepanjang Malam

    Emily sontak menoleh, betapa kagetnya dia saat melihat Arnold datang. Jantung Emily seketika berdebar kencang, dadanya naik turun. Arnold menatapnya tanpa berkedip, lagi, hanya dengan melihat tubuh Emily, membuat miliknya langsung berontak. Arnold berjalan pelan sambil membuka kancing piyamanya. Diraihnya pinggul Emily dan didekapnya erat. Bibirnya sudah berlabuh di bibir Emily, membuat perempuan itu hanya bisa pasrah. Dengan satu gerakan cepat, Arnold membawa Emily ke atas ranjang dan menyingkap handuk itu.Lagi dan lagi, Arnold menyerangnya.... **"Akh..." Emily terbangun dalam keadaan seluruh tubuh ngilu, Arnold benar-benar menyiksanya sepanjang malam. Dia bahkan tidak memberi Emily waktu untuk beristirahat. Kasur, sofa, dinding, bahkan bath up menjadi saksi bisu betapa ganasnya Arnold. Saat bangun, Emily hanya sendirian. Arnold sudah tidak ada di sisinya. Emily menyeret kakinya ke kamar mandi. Kini sudah satu bulan Emily menjadi istri kedua Arnold. Arnold juga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status