Accueil / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 6. Kemarahan Arnold

Share

Bab 6. Kemarahan Arnold

Auteur: Silvania
last update Dernière mise à jour: 2025-02-11 10:39:09

Tanpa menyadari yang sedang terjadi,  James, Emily dan Sarah tengah kebingungan.

Karena bertepatan dengan jam makan siang, meja Restoran hampir semuanya terisi.

Mereka pun terpaksa duduk di tengah tengah ruangan karena hanya meja itu yang tersisa.

James langsung memanggil waiter dan meminta buku menu. Tepat seperti dugaan James, Emily memesan ayam goreng bagian sayap, tampaknya kesukaan Emily masihlah sama.

"Kau tidak banyak berubah Emily, hanya saja kau semakin cantik!" ucap James begitu waiter meninggalkan meja mereka.

Pipi Emily tampak merona mendengar pujian James, tapi dia tidak lantas terbang. James memang selalu memujinya sejak dulu.

"Jangan merayu Emily, James, nanti suaminya marah. Rayu aku saja, aku masih jomblo!" timpal Sera sambil cekikikan.

"Aku tidak merayunya, aku hanya memuji, apa tidak boleh?"

Sera mengangguk anggukkan kepalanya. "Merayu dan memuji bedanya sangat tipis! Nah, sekarang cepat puji aku! Apakah kecantikanku kalah dengan Emily?"

Mereka bertiga lantas tertawa bersama, ada ada saja yang dibicarakan Sera hingga mengundang gelak tawa Emily dan James.

Sementara itu di meja yang tidak jauh dari meja Emily dan teman temannya, Sarah menatap dengan tatapan sinis.

"Tertawalah sepuasmu Emily, sebentar lagi kau akan ku buat menangis sampai air matamu kering!"

Sarah merogoh tasnya karena handphone nya bergetar, dibukanya aplikasi pesan. "Arnold!"

Setelah selesai membaca pesan yang dikirimkan suaminya, Sarah segera berdiri dari kursinya dan berlalu keluar dari Restoran.

"Pertunjukkan akan segera dimulai!" gumamnya sembari tersenyum licik.

Di tengah perbincangan hangat ketiganya, Sera pamit ke belakang karena merasa sakit perut.

Tinggallah Emily dan James, mereka lantas kembali berbincang layaknya sahabat karena James sendiri sangat pandai menutupi kekecewaannya sehingga Emily tidak merasa canggung.

Melihat Emily tersenyum, sudah cukup bagi James.

Makanan tiba, tapi Sera tidak kunjung datang. "Apa yang dilakukannya?" tanya Emily sambil menengok ke arah belakang. Perutnya sudah keroncongan minta diisi. Semenjak hamil memang nafsu makan Emily meningkat.

"Makanlah kalau kau lapar Emily, sebentar lagi Sera juga pasti datang!"

Emily kembali menengok ke arah belakang, tapi Sera tidak terlihat.

"Aku duluan ya!"

James mengangguk sambil tersenyum.

Saat Emily hendak menyuapkan makanan ke mulutnya, tangannya ditarik seseorang hingga sendoknya jatuh begitu saja hingga membuat makanannya berhamburan.

Emily membelalakan matanya saat melihat siapa yang menarik tangannya.

James segera berdiri dan menarik Emily dengan lembut. Tatapan James terarah pada pria yang mencengkeram tangan Emily, memberikan peringatan. "Lepaskan tangannya, dia kesakitan!" titah James.

Arnold tersenyum samar dan memeluk pinggang Emily dengan posesif.

"Dia kesakitan atau tidak, bukan urusanmu. Emily adalah istriku jadi menjauhlah darinya!"

"I-istri?" Tangan James perlahan melepas lengan Emily. Pria yang ada di hadapannya ini suami Emily?

"Ya, istriku, Nyonya Arnold William!" tegas Arnold sambil merapatkan tubuh Emily ke tubuhnya.

Seketika nyali James menciut, siapa yang tidak mengenal Arnold William, CEO Maurer Corp. Kalau di bandingkan dengannya, James tidak ada apa-apanya, ibarat langit dan bumi. Dan lagi Arnold terkenal kejam, siapa saja yang membuat masalah dengannya, maka siap siap saja usahanya bangkrut tak bersisa.

Perdebatan antara Emily dan Arnold tidak bisa dielakkan. Arnold tampak sangat marah karena merasa Emily sudah bermain api.

"Apa yang kau lakukan disini berdua dengannya? Kau berselingkuh?" tanya Arnold dengan tatapan mematikan.

"Tidak, aku tidak berselingkuh, dia temanku!" jelas Emily.

"Kau yakin hanya berteman dengannya? Pantaskah seorang perempuan yang sudah bersuami makan berduaan dengan laki-laki lain?"

"Arnold, aku mohon, ini tidak seperti yang kau pikirkan, kami tidak hanya berdua, aku bersama temanku Sera!" Emily merasa perlu menjelaskan karena Arnold sudah salah paham. Mata Emily bolak-balik menatap toilet, berharap Sera cepat kembali dan meluruskan kesalahpahaman ini.

Bukannya menerima penjelasan Emily, Arnold masih saja menyudutkannya. "Ingat kau adalah istriku Emily! Seharusnya kau menjaga dirimu, kau sengaja ingin membuatku malu, hah?"

Emily menggeleng pelan, apa yang dikatakannya benar benar tidak didengar oleh Arnold. "Maafkan aku, aku tidak pernah bermaksud begitu, sungguh!" Karena saat ini sedang jam makan siang, pengunjung Restoran tengah ramai ramainya. Keributan yang terjadi di meja Emily sontak membuat para pelanggan menghentikan aktivitas makan siang mereka dan menatap ke arah meja Emily dengan tatapan penasaran.

"Arnold, bisakah kau berhenti menuduhku. Ada banyak orang disini, aku malu!" pinta Emily sambil berbisik dan berusaha melepaskan pelukan Arnold.

Bukannya melepaskan Emily, Arnold malah menariknya dan membawanya pergi dari sana. James tidak bisa berbuat apa apa, selain takut dengan Arnold, status Emily adalah istrinya. James tahu, dia tidak bisa ikut campur. Hanya saja James merasa bersalah karena sudah mengajak Emily dan Sera makan bersama. Andai saja tadi dia langsung kembali, maka kejadian seperti ini tidak akan terjadi. "Maafkan aku, Emily!" desahnya lirih sambil menatap kepergian Emily dan suaminya.

Setelah Emily dan Arnold menghilang baru Sera datang.

"Astaga, kenapa ini? Mana Emily?” Apa yang terjadi tanyanya melihat meja yang berantakan.

James menunduk dalam, dia masih merasa sangat bersalah. "Emily dibawa pergi oleh suaminya, tampaknya suaminya salah paham karena melihatku dan Emily hanya makan berdua.”

Sera menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Sera merasa bersalah karena terlalu lama berada di dalam kamar mandi, perutnya benar benar sakit dan Sera dua kali bolak balik masuk ke dalam toilet.

"Kasian Emily, semoga suaminya tidak memarahinya!" Sera mendudukkan dirinya di kursi dengan tatapan sayu.

"Apa kita sebaiknya ke rumahnya dan menjelaskan semuanya, James?" tanya Sera kemudian. Dia takut Emily kenapa-napa.

"Aku tidak yakin suaminya mau mendengarkan kita, Sera." Melihat tatapan Arnold tadi, James bisa melihat bahwa Arnold sangatlah dominan. Emily yang notabene istrinya saja tidak didengarnya. Apalagi mereka berdua yang bukan siapa-siapanya. Yang ada malah Arnold akan semakin marah kalau mereka datang ke rumahnya.

Sera menarik nafasnya dalam. "Aku akan menghubunginya nanti, semoga saja suaminya hanya marah sesaat."

Sementara itu di sepanjang jalan menuju basement parkir, Arnold menarik tangan Emily dengan kasar. Tangan Emily bahkan terasa kebas karena Arnold mencengkramnya kuat hingga menghambat aliran darahnya.

Emily hanya bisa diam mendapat perlakuan kasar Arnold, bagaimanapun Emily memang terlihat bersalah, jadi wajar Arnold marah padanya.

Sesampainya di samping mobil mewahnya, Arnold membuka pintu kabin penumpang dan mendorong masuk Emily hingga tersungkur di kursi. Dibantingnya daun pintu dengan kencang sehingga menimbulkan bunyi yang teramat memekakkan telinga.

Emily membetulkan posisinya dan duduk sambil memegangi ujung dressnya. Emily menarik nafasnya cepat, dadanya naik turun karena tadi sepanjang jalan menuju mobil Emily tidak bisa bernafas dengan baik. Baru kali ini Emily melihat Arnold semarah ini, dulu saat dia bertengkar dengan Sarah, Arnold tidak sekasar seperti barusan.

Arnold memutari mobil dan masuk ke dalam kabin kemudi, dia lantas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Blue Sky Mall dengan wajah merah padam.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Related chapter

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 7. Tak Berdaya

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi di jalan raya Kota London. Emily sampai harus mencengkeram erat jok tempat ia duduk agar tubuhnya tetap aman di posisinya. Arnold sudah seperti pembalap yang mengejar garis finis. Tidak peduli setakut apa Emily yang duduk di kursi penumpang, Arnold malah semakin menancapkan gasnya dengan membabi buta. "Kau lihat, kan, Honey, bagaimana Emily berduaan dengan laki-laki tadi? Sebelum kau datang, mereka bahkan saling merangkul dan berciuman. Aku saja sampai jijik saat melihatnya. Beruntung kau tidak menyaksikannya!" Sarah kembali memfitnah Emily tanpa rasa takut, karena dia tahu Arnold pasti percaya padanya. Padahal, apa yang dikatakan Sarah semuanya kebohongan besar. Jelas-jelas Emily tidak hanya berdua dengan James, melainkan bertiga bersama Sera, dan Emily hanya bersalaman, tidak lebih. Mendengar perkataan Sarah, Arnold meremas setir kemudinya untuk menyalurkan emosi yang semakin membuncah. Melihat Emily makan berdua dengan laki-laki tadi saja

    Dernière mise à jour : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 8. Hukuman...

    Ternyata kedatangannya ke kamar Emily hanya untuk menanyakan Sarah. Padahal korban sesungguhnya adalah Emily, tapi lagi lagi dia yang disalahkan.Ah, bukankah selalu begitu? Emily menahan pedih. "Aku tidak mengatakan apa pun padanya, Arnold. Tidak sepatah kata pun!" Emily coba membela dirinya, walaupun pasti Arnold tidak akan percaya. "Demi Tuhan,” tambah Emily."Bohong! Kau terus terusan berbohong!" teriaknya membuat Emily memejamkan matanya karena takut melihat ekspresi marah suaminya. "Kau berani sekali mengatainya jalang! Kau tau siapa yang jalang di rumah ini? Kau Emily, kau yang jalang! Wanita yang menjual dirinya karena uang. Wanita seperti itu yang pantas dipanggil jalang!" Arnold semakin mendekat, matanya justru terpaku pada tubuh bagian atas Emily yang terekspos karena pakaian minim yang dia pakai melorot. "Tidak benar! Aku tidak pernah mengatainya jalang, justru dia yang selalu mengataiku jalang! Aku mohon percayalah padaku!" "Diam!" Tubuh Arnold perlahan maju, ke

    Dernière mise à jour : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 9. Sakit

    Di sisi lain, Sarah mondar-mandir di kamarnya dengan gelisah menunggu kedatangan Arnold. Suaminya tadi bilang dia hanya sebentar saja menemui Emily untuk memarahinya, nyatanya sudah berjam jam Arnold belum kunjung kembali. Sementara itu di kamar sebelah, setelah merasa puas, Arnold akhirnya melepaskan Emily yang tengah terpejam, matanya sembab, bibirnya bengkak karena digigit Arnold berkali kali. "Dasar wanita murahan, kau pandai sekali bersandiwara. Akui saja kalau kau sangat menikmatinya. Jangan berpura-pura kesakitan, aktingmu sangat jelek Emily!" Seringaian jahat tercetak di wajah brengseknya. Arnold memunguti pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan diri dan memakai pakaiannya kembali dia meninggalkan Emily yang masih berbaring tanpa mau menoleh karena takut tidak bisa menahan diri lagi. Arnold membanting pintu kamar Emily begitu dia keluar. Setelah kepergian Arnold, Emily membuka matanya perlahan. Inti tubuhnya terasa perih, perutnya menegang dan

    Dernière mise à jour : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 10. Bertahan

    'Sekarang cepat kau ke rumah sakit, kalau tidak Mama akan mencoretmu dari daftar ahli waris!' Nyonya Ruby menutup teleponnya dengan kesal. Bisa bisanya Arnold tidak tahu istrinya berada di rumah sakit.Jantung Arnold bagai dihantam batu besar. Dia menggeram kesal dan melempar handphonenya ke sembarang arah.Kaget dengan suara ribut ribut suaminya, Sarah terbangun. Dilihatnya wajah Arnold merah padam. "Ada apa, Sayang?" tanyanya sambil mengusap rahang Arnold yang tampak mengencang."Wanita sialan itu ada di rumah sakit dan ibu memarahiku. Dia pasti mengadukan apa yang aku lakukan padanya!" desahnya sambil menuruni tempat tidur. Arnold bergegas mengganti pakaiannya dan pergi ke rumah sakit detik itu juga.Sepanjang jalan Arnold tidak henti mengumpat Emily. Dia sangat kesal karena dipikirnya Emily mengadukannya kepada ibunya."Dasar wanita licik, dia yang bersalah, dia juga yang mengadu. Awas saja nanti!" geramnya kesal sambil memukul setir kemudinya.Sesampainya di rumah sakit, Arnold b

    Dernière mise à jour : 2025-02-11
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 11. Pemeriksaan

    Tiga bulan berlalu, perut Emily sudah mulai membesar dan waktunya untuk pemeriksaan.Emily bangun pagi pagi sekali, dia sangat tidak sabar menantikan hari ini, dimana ia bisa melihat langsung bayinya melalui monitor."Mama ingin sekali melihatmu, Nak!" ucapnya sembari mengelus perutnya yang sedikit menonjol.Kemarin Emily sudah mendaftarkan dirinya untuk melakukan pemeriksaan pagi ini. Jadi dia tidak perlu menunggu lama nantinya di sana.Setelah selesai bersiap, Emily turun ke bawah dan menuju meja makan untuk sarapan. Sudah ada Sarah dan Arnold duduk di sana. Mereka tengah berbincang sambil tersenyum. Arnold bahkan terlihat berkali kali mengecup kening Sarah. Pemandangan pagi yang cukup mengiris hati Emily, namun Emily sudah biasa berpura pura biasa saja.Saat melihat Emily datang, mereka berdua langsung diam. Meski demikian, mata elang Arnold menatapnya tanpa berkedip. Emily sangat cantik pagi ini, aura kehamilannya membuat wajahnya semakin bersinar.Emily tetap mengulas senyum mani

    Dernière mise à jour : 2025-02-28
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 12. Kecelakaan

    Kecelakaan itu tak terelakkan. Suara benturan keras menggema di jalan raya, menarik perhatian banyak orang. Mobil yang dikemudikan Emily berputar beberapa kali di tengah aspal setelah dihantam dari belakang dengan kecepatan tinggi. Ban mobil mencicit, seakan menjerit di antara kaca yang pecah dan suara logam yang melengkung. Tubuh Emily tersentak ke depan, dadanya menghantam setir sebelum airbag mengembang dengan kasar. Napasnya memburu, rasa sakit segera menjalar dari tulang rusuk hingga perutnya. Sekilas, ia bisa melihat dunia di sekitarnya berputar dalam kekacauan. Sementara itu, mobil Sarah tak kalah naas. Kendaraannya terpelanting keluar dari jalan raya, menghantam tiang lampu sebelum berhenti di bahu jalan dalam kondisi mengenaskan. Bagian depan mobilnya ringsek, hampir tak berbentuk. Sarah yang berada di dalamnya langsung tak sadarkan diri. Beberapa detik berlalu dalam keheningan yang mencekam, sebelum jeritan saksi mata mulai terdengar. "Kecelakaan! Panggil ambulans!"

    Dernière mise à jour : 2025-03-01
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 13. Kehilangan Yang Tak Terelakkan

    Setelah melalui masa konservasi selama kurang lebih satu jam di ruang operasi, Sarah akhirnya sadarkan diri. Perlahan, matanya terbuka, beradaptasi dengan cahaya lampu ruangan yang menyilaukan. Tubuhnya masih lemah, tapi kehadiran Arnold di sampingnya membuatnya merasa lebih baik. Ruangan rawat inap yang dipilihkan Arnold untuk Sarah adalah yang terbaik dan termahal di rumah sakit itu. Semua fasilitas mewah disediakan demi kenyamanan sang istri. Sebaliknya, untuk Emily, Arnold hanya memilih ruangan dengan fasilitas standar di bawah kelas Sarah. Sepanjang hari, Arnold menemani Sarah tanpa sedikit pun niat menjenguk Emily. Baginya, hanya Sarah yang pantas mendapat perhatiannya saat ini. Sarah, yang masih terbaring lemah, mengulurkan tangan ke arah suaminya. Jemari pucatnya yang terpasang infus disentuh lembut oleh Arnold. "Bagaimana keadaanmu, Honey?" tanya Arnold, suaranya lembut dan penuh perhatian. Sarah tersenyum tipis. "Sangat baik, karena ada dirimu di sini," jawabnya lir

    Dernière mise à jour : 2025-03-01
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 14. Hilangnya harapan

    Setelah meninggalkan ruangan Emily, Arnold melangkah dengan cepat menuju kamar rawat inap Sarah. Pikirannya penuh, tetapi wajahnya tetap dingin tanpa ekspresi. Langkah-langkahnya menggema di sepanjang lorong rumah sakit, mencerminkan kekacauan yang berkecamuk dalam hatinya. Saat ia membuka pintu kamar, Sarah sudah menunggunya. Wanita itu duduk bersandar di tempat tidurnya, tubuhnya tampak lemah, tetapi matanya berbinar dengan kecemasan yang tampak begitu nyata. Begitu melihat Arnold masuk, Sarah langsung bertanya, "Bagaimana keadaan Emily?" Suaranya terdengar lembut, seolah benar-benar mengkhawatirkan wanita yang selama ini menjadi duri dalam kehidupannya. "Apa dia dan janinnya baik-baik saja?" Mendengar pertanyaan itu, Arnold terdiam sejenak. Kata janin menusuk dadanya seperti belati. Anak itu… harapannya… sudah tidak ada. Rahangnya mengatup erat. Tangan yang berada di sisinya mengepal, menahan emosi yang membuncah. Namun, saat ia kembali menatap Sarah, ekspresinya kembali d

    Dernière mise à jour : 2025-03-01

Latest chapter

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 174. Tidak Menginginkannya?

    "Katakan apa itu?" Arnold tidak kalah antusias. Dia juga ikut tersenyum saat melihat Emily tersenyum lebar. Setelah apa yang terjadi pada Emily tadi malam—mimpi buruk, tangisan tertahan, dan tatapan kosong yang begitu dalam—senyum lebarnya membuat Arnold bisa sedikit melupakan kepedihannya. Seolah senyum itu adalah cahaya pertama setelah malam yang panjang. "Tutup matamu," pinta Emily sambil mengusap rahang tegas Arnold. Sentuhan lembut jarinya menyapu bulu-bulu halus yang tumbuh tidak teratur karena Arnold pasti tidak mencukurnya beberapa hari ini. Emily selalu menyukai sisi acak Arnold yang satu ini, tampak maskulin namun tetap tenang dan penuh kehangatan. "Baiklah, cepat beritahu aku kejutannya." Arnold menutup matanya dengan patuh, menarik napas panjang seolah ingin menyerap momen bahagia itu sedalam mungkin. Senyum manis masih terukir di bibirnya, begitu tulus dan penuh harapan. Emily menoleh sesaat ke arah Sally yang berdiri tidak jauh dari mereka. Sally, sahabat sekaligus

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 173. Test Pack

    Emily menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Rasa mual yang datang tiba-tiba membuat tubuhnya melemas. Ia bergegas menuju wastafel dan memuntahkan seluruh isi perutnya tanpa bisa ditahan. Nafasnya tersengal-sengal, bahunya naik turun menahan ketidaknyamanan. Di sampingnya, Arnold yang sedari tadi menemaninya sigap mengusap punggung istrinya, mencoba memberikan ketenangan. "Apa buburnya tidak enak?" tanyanya lembut, meski wajahnya menyiratkan kekhawatiran. Emily menggeleng pelan. "Enak, mungkin aku masuk angin... atau karena tadi malam aku tidak sempat makan." Suaranya terdengar lemah. Setelah merasa lebih baik dan mualnya sedikit mereda, Emily kembali ke tempat tidur, wajahnya masih pucat. "Makan lagi ya, Sayang," bujuk Arnold, mengangkat sendok dengan penuh harap. Emily menggeleng lagi, lebih tegas kali ini. "Aku benar-benar tidak selera." Arnold tidak menyerah. "Apa mau makan yang lain?" Dia tidak ingin membiarkan Emily melewati waktu makan, terlebih sekarang ia tengah men

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 172. Cinta Yang Nyaris Hilang

    Mendengar perkataan Papa William, Arnold tersenyum miring. Senyum sinis yang tak menutupi betapa getir hatinya. Bisa-bisanya, pikir Arnold, Papa William masih saja bertindak semaunya. Walau dia kepala keluarga dan Arnold hanyalah anaknya, bukan berarti setiap kata-kata sang ayah adalah perintah mutlak yang harus dituruti. "Arnold tidak akan pernah kembali lagi ke Maurer!" ucapnya tegas, sorot matanya tak main-main. Dulu, dia mungkin akan menuruti apa pun—menikahi Emily karena permintaan orang tua, menjalankan perusahaan keluarga tanpa banyak tanya. Tapi sekarang, semua itu sudah berubah. "Papa sudah tua, Nak. Kalau bukan kamu, lantas siapa lagi yang akan menjalankannya?" suara Papa William pelan, lebih kepada nada memohon daripada perintah. Ada getar halus yang tertangkap di ujung kalimatnya—ketakutan akan kehilangan, atau mungkin penyesalan. "Maaf, Pa. Arnold benar-benar tidak bisa." Jawabannya tegas namun lembut. Bukan untuk melukai hati ayahnya, tapi karena dia tahu, sudah wa

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 171. Permintaan Maaf Nicholas

    Kilat kebencian jelas terlihat di mata Arnold. Tanpa ragu, dia langsung berdiri dari sisi ranjang Emily dan melangkah cepat ke arah dua sosok yang kini berdiri di ambang pintu. Setiap langkahnya penuh kemarahan yang tertahan sejak lama. "Untuk apa lagi kau kemari?" tanyanya dingin, suaranya penuh nada penghinaan. Tatapannya menusuk tajam pada Nicho, yang wajahnya masih dipenuhi bekas pukulan—bengkak, memar, dan sedikit mengering. Luka yang belum genap seminggu, dan masih terasa panas. Masih mending, pikir Arnold sinis. Masih mending dia tidak membunuh Nicho saat itu, atau menyeretnya ke kantor polisi. Hanya karena dia masih menghormati Papa William, pria tua itu, ayah mereka berdua, yang masih punya tempat di hatinya—meski hanya sedikit. "Kakakmu ingin meminta maaf, Arnold." Papa William melangkah maju, mencoba menjembatani dua anak lelakinya yang kini terpecah oleh sejarah kelam. Ia melihat kedua tangan Arnold yang terkepal kuat di sisi tubuhnya. Wajah Arnold mengeras seperti

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 170. Dilema

    Dokter itu tampak melirik sekilas ke arah kertas yang ada di depannya, lalu menarik napas dalam sebelum membuka mulutnya. "Kehamilannya masih sangat muda, kurang lebih satu minggu," ucapnya dengan suara yang terkontrol, "sehingga siklus bulanannya pun belum terlambat. Saya tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, tapi ada pembengkakan di perut dalam Nyonya Emily. Apa Nyonya Emily pernah mengalami semacam kecelakaan atau trauma di perut?" Arnold mengangguk pelan, tatapannya menerawang sejenak, seperti menggali ingatan yang sudah lama terkubur. "Dia pernah kecelakaan saat hamil dan mengalami keguguran... mungkin perutnya menghantam salah satu bagian mobil dengan keras." Suara Arnold terdengar berat. Kenangan itu menghantamnya seperti badai yang datang tiba-tiba. Saat itu, dia tidak memperdulikan kondisi Emily, bahkan menyalahkannya karena keguguran yang terjadi. Kesalahan itu terus menghantuinya, walau tak pernah ia akui dengan lantang. "Tapi itu sudah lama, Dokter. Setahun yang lal

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 169. Emily Hamil

    Perjalanan menuju rumah sakit terasa sangat lama, padahal jaraknya tidak lebih dari satu kilometer. Di dalam mobil yang melaju dengan cepat, suasana begitu tegang. Arnold tak henti-hentinya melirik ke arah Emily yang terbaring lemah di jok belakang. Napasnya terdengar pelan dan tidak stabil. Sesekali, Arnold mengusap kening perempuan itu yang terasa sedikit hangat. "Jangan sakit, sayang," gumamnya pelan, lebih kepada doa daripada ucapan. Suaranya nyaris tak terdengar, tenggelam dalam deru mesin mobil. Setelah beberapa menit yang terasa seperti jam, mobil berbelok tajam memasuki halaman ST. Thomas Hospital, rumah sakit yang sama di mana Nyonya Ruby, ibu mertua Arnold, tengah dirawat karena kondisi kritisnya. Pintu mobil nyaris belum terbuka sempurna ketika dua orang perawat yang berjaga di lobi langsung datang membawa brankar. Mereka bergerak cepat, profesional, namun tetap waspada melihat raut panik di wajah Arnold. Mereka hendak mengangkat tubuh Emily, namun tiba-tiba Arnold me

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 168. Penyesalan Arnold

    Ucapan menjijikkan itu membuat Emily bergidik ngeri. Sedangkan Arnold? Rahangnya sudah semakin mengetat. Otot-otot lengannya sampai menyembul dan bersiap memberi hantaman maksimal untuk pria tidak tahu diuntung itu, Nicho. “Tak akan!” seru Arnold mendekat hendak memberi pukulan lagi ke sosok di depannya. Namun Nicho kali ini sudah bersiap. Dia bisa menghindar lalu menendang perut Arnold. “Aaaa!” pekik Emily melihat suaminya terhuyung ke belakang. “Sabar, Emily. Kita akan melanjutkan aksi menyenangkan tadi setelah aku melumpuhkan pria pengganggu ini.” Nicho berucap dengan senyum Lucifer yang menyeramkan. Tidak bisa dibiarkan. Arnold kembali maju memberi pukulan. Hingga beberapa saat mereka saling menepis. Hal itu membuat Emily ketakutan. Bagaimana kalau Arnold tidak datang lalu dia menjadi santapan pria gila itu, Emily bisa bisa gila kalau sampai dirinya disentuh oleh laki laki lain. Sampai pada titik Arnold akhirnya menendang belakang lutut Nicho sampai rivalnya terjatuh

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 167. Ceraikan Arnold!

    Emily melangkah mundur saat Nicho berjalan ke arahnya. "Diam di sana! Aku mohon lepaskan aku!" Emily mencoba membujuk kakak iparnya. "Kenapa kau menolakku? Aku kaya dan tampan. Tinggalkan saja suamimu yang tidak punya pekerjaan itu Emily." "Tidak!" Nicholas menghela nafasnya dalam, dia menghentikan langkahnya dan bersedekap. "Apa yang kau inginkan? Perhiasan? Uang? Katakan! Aku akan memberikannya kepadamu asalkan kau dengan sukarela menceraikan Arnold dan menikah denganku." Emily menggeleng, "aku hanya ingin Arnold! Dia jauh lebih berarti dibandingkan dengan uangmu Tuan Nicholas!" "Jangan munafik Emily, semua orang menyukai uang. Atau kau takut aku tidak bisa memuaskanmu, hmm?" Mendengar pertanyaan Nicho yang menjijikkan itu, Emily semakin geram, kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. "Kau sungguh menjijikkannya!" "Oh suaramu sangat merdu saat mengumpat, aku yakin desahannya jauh lebih merdu." Nicho kembali melangkahkan kakinya mendekati Emily yang semakin

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 166. Resah Gelisah

    Prang!! Gelas yang ada di tangan Arnold tiba-tiba terlepas dan meluncur bebas ke lantai. Suara pecahan kaca memantul di seluruh ruangan, seiring dengan detak jantung Arnold yang mendadak berdetak tak beraturan. "Mama!" Arnold menoleh dengan panik ke arah ranjang rumah sakit. Sosok yang dicintainya, Nyonya Ruby, tampak meringis kesakitan, tubuhnya sedikit menggeliat di atas ranjang. Dengan langkah tergesa, Arnold menghampiri ibunya yang perlahan-lahan mulai siuman. "Mama," panggilnya lembut di sela rintihan lirih Nyonya Ruby yang masih memejamkan mata. Kelopak mata itu kemudian terbuka perlahan. Tatapan sayunya mengarah pada wajah Arnold yang tengah menggenggam jemarinya erat. Tangan itu masih pucat, namun terasa hangat. Kehangatan itulah yang membuat Arnold ingin terus bertahan di sampingnya. "Mama, syukurlah Mama sudah sadarkan diri!" ucap Arnold, hampir menangis. Rasa cemas yang sejak tadi menghimpit dadanya perlahan sirna, tergantikan dengan kelegaan yang menyejukkan. Namun

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status