(21+) harap bijak dalam membaca. Satya pagi-pagi sudah mendapatkan give away dari mantan cinta semalamnya. Seorang anak laki-laki berusia tiga tahun yang katanya itu anak Satya, mirip sih muka mereka, tapi apa benar itu hasil benih premium super Satya, akibat kondom bocor hampir empat tahun silam? Untung ada Binar, si asisten rumah tangga slebor, tidak jago bersih-bersih, tapi jago merawat bocil. Ternyata Binar jago juga merawat Tuan Bos Satya.
View More"Binar, Binarrrrrrr!!!" Satya berkali-kali menggedor pintu kamar asisten rumah tangganya.
Baru dua minggu bekerja dengan Satya tapi sudah bikin laki-laki itu hampir gila akibat tingkahnya. Pekerjaannya tidak ada yang beres, barang-barang elektronik yang harusnya bisa dipakai dengan mudah kini jadi rusak akibat ulah slebor asisten rumah tangga amatiran tersebut. Sekarang kaos kaki Satya hilang sebelah, entah ke mana perginya. Tidak cuma kaos kaki, bahkan sepatu limited edition yang Satya beli di Jerman pun talinya lenyap sebelah.
"Buka pintunya! Awas aja kalau kamu ketiduran gara-gara nonton Kuch-Kuch Hota Hai lagi! Aku bakalan balikin kamu ke agensi pembantu, aku juga minta uangku kembali sepuluh kali lipat. Nggak peduli kamu lagi kesusahan perlu duit buat orang tua kamu di kampung." Satya terus menggedor pintu tersebut dengan keras sambil sibuk mengomel, tapi sayangnya si pemilik kamar tak kunjung keluar.
"Wah, beneran nggak beres nih bocah! Lama-lama beneran aku pulangin kamu ke kampung biar jadi tukang sayur keliling lagi," umpat Satya.
Satya sudah bersiap-siap hendak mendobrak pintu, tapi tiba-tiba saja ia mendengar suara dengkuran halus yang tak jauh dari telinganya.
Pandangan Satya langsung teralihkan ke sofa di ruang tengah. TV ternyata menyala tapi tidak ada yang menonton.
"Kerjaan si Binar bonar nih pasti!"
Satya melangkah mendekat ke ruang tengah, hendak mematikan TV, sekaligus mencari sumber suara dengkuran itu.
Begitu ia menoleh ke sofa, astagah!
"Ampun dah, sofa mahal dari Turki malah kamu ilerin!" Satya sudah bertanduk, nggak ada kata-kata sabar lagi buat asisten rumah tangga yang bukannya membantu pekerjaan rumah, malah bikin rumah makin berantakan ini.
Satya langsung menarik kaki gadis muda itu, menurunkannya dengan paksa dari sofa sampai tubuh gadis itu pun terjun bebas ke lantai.
"Aaaww ... awww, sakittttttt!" Binar merintih kesakitan memegang pinggang dan bokongnya. Si asisten rumah tangga ini usianya masih sangat muda, 21 tahun. Bentukannya semlehoy, padat berisi di bagian tertentu, kulitnya sawo matang khas cewek-cewek kearifan lokal. Kalau tersenyum ada manis-manisnya. Namun manisnya nggak tahan lama, menurut Satya lebih banyak sepetnya karena tiap hari selalu bikin ulah.
"Bangun!" bentak Satya.
"Iiihhh, pelan-pelan dong, Tuan Bos! Sakittttt ...." Binar berusaha untuk bangun dari posisinya biarpun pinggang dan bokongnya masih terasa encok.
"Bisa-bisanya ya, malah TV yang nontonin kamu tidur. Terus kamu lihat tuh, iler kamu tumpah di sofa mahalku. Bersihin nggak? Kalau sampai nggak bersih, aku kirim kamu ke Turki, jadi TKW buat gantiin sofaku!" Satya sudah berkacak pinggang.
Binar pun menguap dulu yang lebar seperti kuda nil. Ia lantas melirik ke TV berukuran 75 inci yang masih menyala, sial ... gara-gara ketiduran Binar jadi kelewatan nonton drakor favoritnya.
"Ngapain masih bengong?" bentak Satya lagi. "Kamu belum siapin sarapan buat aku!"
"A-anu ... itu, remote-nya." Binar nyengir sambil menunjuk remote TV yang kini sudah dipegang oleh Satya.
"Aku yang simpen remote-nya! Kalau kamu pegang remote TV seharian bisa-bisa kamu nggak ambil kerjaan yang lain, habis Kuch-Kuch Hota Hai pasti lanjut ke Koi Mil Gaya, terus lanjut lagi ke Oppa-Oppa Korea itu yang tiap nonton selalu bikin kamu histeris. Kapan kamu nyapu sama beres-beres rumahnya, hah? Ini kaos kakiku hilang sebelah kamu bawa ke mana? Tali sepatuku juga kenapa bisa hilang sebelah? Kamu pakai iket apaan?" cecar Satya.
Binar cuma bisa nyengir mirip bintang iklan pasta gigi Kodomo.
"Kamu cari dulu kaos kakiku yang lain, aku nggak nemu! Nggak tahu kamu bawa ke mana semua kaos kakiku sampai hilang begitu. Terus aku nggak mau tahu, tali sepatuku juga harus balik." Satya menghela napasnya sambil menyugar rambutnya yang sudah klimis rapi. Aura dan kharisma ketampanannya bisa berkurang beberapa persen gara-gara sudah dibuat emosi pagi-pagi oleh Binar. Padahal maunya berangkat lebih awal ke kantor.
Singkat tentang Satya, laki-laki berumur 31 tahun yang memiliki bisnis skin care dan body care bernama Over Glow. Ada dua sahabatnya yang lain yang ikut bergabung membangun bisnis tersebut. Nama Over Glow pun sudah masuk ke top brand lokal, kini mulai masuk juga ke pangsa pasar Asia. Satya hidup sendirian, orang tuanya sudah meninggal akibat kecelakaan saat Satya masih SMA, kebetulan Satya anak tunggal. Namun peninggalan warisan dari orang tuanya sangat cukup dan mampu membuat Satya mendirikan bisnis besar sampai saat ini.
Binar, si asisten rumah tangga, mau balik kanan bubar jalan, mencoba mengingat-ingat lagi di mana kaos kaki dan tali sepatu si Tuan Bos. Namun ada suara bel yang berbunyi di depan pintu, ada tamu. Binar pun batal mau cari kaos kaki si Tuan, niatnya jadi ingin membuka pintu.
"Eh, mau ke mana kamu?" Satya menahan Binar.
"Mau bukain pintu dong, Tuan Bos!"
"Kamu cari kaus kaki sama tali sepatuku, biar aku yang buka pintu. Tapi jangan bilang kalau kamu pagi-pagi udah pesen makanan lewat ojek online lagi, awas aja kalau aku buka pintu yang muncul Abang-Abang jaket ijo."
"Isssh ... Binar kan baru bangun Tuan Bos, mana sempat pesen ojek online." Binar menguap kembali. Semalam ia tak bisa tidur gara-gara si Tuan Bos Satya ini membawa seorang perempuan dan naik ke lantai dua di rumah itu.
Katanya sih temen, mau ngomongin bisnis berdua. Ngomongin bisnisnya sampai teriak-teriak, pakai bilang oh yes, oh no, ditambah aah, aah, ooh, ooh! Mungkin memang bisnisnya berat sampai terjadi percecokan begitu. Nah, gara-gara ribut tuh, jam tidur Binar yang biasanya tertata rapi di jam sembilan malam teng, jadi harus terganggu gara-gara suara cekcok mereka berdua di lantai dua.
"Ya udah, biar aku yang buka pintu! Kamu cari yang aku minta barusan, oh ... satu lagi, kamu cuci muka dulu, iler kamu tuh masih nempel di pipi! Jorok ...." Satya langsung melangkah pergi menuju ke pintu, meninggalkan asisten rumah tangganya yang agak sleboran itu. Terlihat Binar langsung memegang pipinya yang katanya ada sisa air mengalir sampai jauh itu.
Begitu Satya membuka pintu, seketika ia disapa dengan seorang anak laki-laki yang nyengir lebar kepadanya. Anak laki-laki itu tidak sendirian, tapi bersama dengan seorang perempuan dewasa yang cantik dengan rambut yang dicat berwarna pirang.
Satya yang tadi kesal gara-gara Binar, kini auto memasang senyum manis kepada perempuan cantik yang menjadi tamunya pagi ini.
"Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?" sapa Satya dengan sangat ramah.
"Kamu masih ingat sama aku, kan?" tanya perempuan cantik itu kepada Satya.
Satya memiringkan kepalanya. Mencoba mengingat-ingat daftar perempuan yang pernah bersamanya. Yang pacaran resmi, yang cuma ONS (one night stand), yang jadi model untuk skin care miliknya, yang cuma kenal lewat aplikasi Minder, Tunder, Tinky Winky, Dipsy, Lala, Po, atau yang iseng nawar di aplikasi Michat? Yang mana? Satya benar-benar lupa karena kebanyakan.
"Aku Gabby, yang sempat kamu tawarin buat jadi brand ambassador Over Glow, empat tahun lalu." Perempuan bernama Gabby itu lantas menunjukkan anak laki-laki yang ia bawa bersamanya. "Ini anak kamu, namanya Davi, udah tiga tahun lebih aku besarin sendiri. Sekarang giliran kamu yang urus. Aku mau pergi jauh, ada urusan yang lebih penting. Pokoknya semua aku serahin ke kamu!" Perempuan berparas cantik dan bertubuh seksi itu tanpa aba-aba langsung membalikkan badannya dan pergi menjauh dari Satya. Meninggalkan anak laki-lakinya tanpa beban.
Satya melongo di tempat, masih mencerna kata-kata orang tersebut. Empat tahun lalu, yang sempat Satya tawari menjadi brand ambassador produk Over Glow miliknya? Nyaris lupa, tapi kalau lihat bokong seksi perempuan itu yang kini berjalan menjauh pergi, rasa-rasanya Satya hampir ingat. Apa mungkin bersama perempuan itu yang saat kejadian kondom bocor? Dan anak laki-laki yang kini berada di sebelah Satya adalah hasil dari adonan yang Satya buat malam itu?
"Oh, sh*t! Kenapa muka kamu mirip sama aku?" Satya tak terima karena anak laki-laki berusia tiga tahun itu berwajah agak mirip dengan Satya. Alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, dagunya yang agak terbelah sedikit. Nggak mungkin, nggak mungkin kalau anak ini benar-benar hasil adonan Satya. Kenapa baru dikasih tahu sekarang? Kenapa perempuan tadi nggak minta pertanggungjawaban dari dulu? Malahan nih bocil sampai berumur tiga tahun.
Anak laki-laki itu lantas menggenggam tangan Satya. Pipinya yang chubby dan ekspresinya yang menggemaskan itu membuat Satya tak tega. Haruskah jiwa kebapak-bapakan Satya muncul begitu saja padahal statusnya saat ini masih single? Siapa yang nggak kaget kalau tiba-tiba dapat give away pagi-pagi?
"Daddy, ayo kita main!" kata Davi sambil menarik tangan Satya untuk masuk ke dalam rumahnya.
"What? Daddy?!"
Fix, Binar ngambek!Ini terbukti saat makanan yang Satya pesan datang, tiba-tiba saja Binar makan mirip orang kesurupan. Tidak sampai disitu, setiap Satya bertanya selalu jawabannya ketus dan berakhir dengan membuang muka.Kalau begini sih Satya jadi tidak berani mengganggu Binar dengan pertanyaan-pertanyaan lagi. Bahkan sampai mereka pulang pun ternyata Binar masih betah dalam settingan ngambek.Kalau Davi? Sepertinya malam ini Davi paham kalau Binar sedang tidak baik-baik saja, jadi ia pun juga tidak mengganggu baby sitter-nya itu. Davi jadi lebih nempel dengan Satya, hingga akhirnya bocah itu pun ketiduran saat perjalanan pulang.Sesampai di rumah, Satya langsung menidurkan Davi di kamarnya, kemudian ia hendak mencari Binar untuk meminta maaf lagi.Sudah pasti perempuan muda itu kini sedang mengunci pintu di kamarnya, atau mungkin sudah tidur? Satya jadi ragu, sepertinya malam ini Satya tidak akan mengganggu Binar, siapa tahu besok Binar sudah kembali ke settingan awal lagi.Rasany
Tampaknya Satya memang harus terbiasa dengan kondisi 'ada Davi'. Iya, dirinya tidak bisa leluasa seperti dulu lagi, apa saja kegiatan nakal yang mau Satya lakukan pasti bocah ini selalu muncul. Pada akhirnya Satya pun segera mengajak Binar dan Davi untuk berangkat menuju ke tempat makan malam yang sudah Satya sediakan. Mungkin nanti malam bisa dilanjut lagi mesra-mesraannya saat Davi sudah tidur.Tidak memakan waktu lama, mereka pun sampai di tujuan. Mata Binar secara otomatis mengedar di resto berkelas yang baru saja ia kunjungi untuk pertama kalinya. Ada perasaan ragu pada Binar untuk lanjut masuk ke dalam, takut tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan seorang asisten rumah tangga. Ya jelas saja, ini tempat khusus untuk orang-orang berduit, dan pengunjung yang datang memang semua berpakaian rapi dan formal."Ayo, Bi!" Satya meraih tangan Binar dan hendak mengajaknya untuk masuk ke dalam.Binar menahan dirinya hingga Satya pun kebingungan."Kenapa?" tanya Satya."Ummm ... Tuan yak
Untuk pertama kalinya Binar terpesona sendiri melihat bayangan dirinya di cermin. Oh tidak seratus persen terpesona, sebenarnya agak sedikit risih dengan gaun yang irit bahan ini. Paha mulus Binar jadi terpampang nyata, juga dirinya pun tidak bisa duduk sembarangan kalau gaunnya pendek begini. Belum lagi bagian dada Binar jadi terlihat sangat menonjol, sungguh membuatnya jadi makin tidak nyaman."Iya, bagus sih, kainnya juga berasa beda sama daster murah yang Binar punya. Ummm ... tapi biarpun mahal tetap aja kurang nyaman dipakai, terlalu seksi nggak, ya?" Binar berkali-kali membolak balikkan tubuhnya, memperhatikan bagaimana tampilan dirinya lewat pantulan kaca.Suara ketukan pintu di kamar Binar terdengar, sudah pasti itu si Tuan Bos. "Bi, udahan? Kamu dandannya kenapa lama banget, sih? Bisa tumbuh akar ini pantatku kalau kelamaan nunggu kamu," suara Satya terdengar sedikit berteriak dari luar kamar Binar. Ya jelas Binar lama di dalam, dari tadi ia pusing sendiri melihat dirinya d
Tidak masalah bagi Satya kalau Binar punya inisiatif untuk menciumnya duluan. Malahan Satya sangat senang, baginya ini prestasi yang sangat baik untuk Binar. Sambil berciuman, satu tangan Satya pun menyalakan keran shower, hingga rintik-rintik hujan shower pun menemani mereka.Awalnya Binar bergidik akibat air shower yang membasahi tubuhnya, tapi lama kelamaan ia malah membiarkan air-air itu menghujani kegiatan panas mereka.Rasanya milik Satya di bawah sana tidak bisa diajak kompromi berlama-lama. Mau kembali mengulang kejadian semalam, temu kangen untuk kedua kalinya. Saat Satya hendak mengarahkan little bro miliknya ke milik Binar, seketika Binar menghentikan ciumannya. "Tuan!" Binar langsung menggeleng tanda penolakan."Kenapa, Bi? Ini kamu udah basah banget loh." Satya kembali mengarahkannya untuk segera masuk. Namun sayang, lagi-lagi ditahan oleh Binar."Enggak mau!" tolak Binar lagi."Mau aja!""Nggak mau, Tuan!""Aku janji pelan-pelan, nggak bakalan sakit, kok! Kemarin aja
Satya keki bukan main saat mengetahui kalau dirinya semalam pingsan dan tidak ada yang menyelamatkan. Pagi-pagi sekali Satya tersadar dari acara pingsan itu, dan ketika membuka mata ternyata dirinya sudah rebahan ganteng di lantai.Hampir saja Satya lupa dengan kronologi yang terjadi. Namun seketika ia teringat kalau semalam ada sosok gelap di dekat tangga dan membuat dirinya kaget sampai akhirnya pingsan.Bisa-bisanya Binar tidak membangunkan Satya, atau paling nggak pindahin badan Satya ke sofa biar Satya nggak masuk angin. Ini benar-benar dinginnya lantai menusuk sampai ke tulang-tulang. Pokoknya mood Satya jadi nggak bagus gara-gara kejadian ini. Saat Binar menghampirinya pun seketika Satya manyun, tidak ada manis-manisnya padahal semalam Satya sudah membobol Binar dengan penuh kenangan. Harusnya pagi ini bakalan jadi momen sayang-sayangan, malah Satya jadi ogah-ogahan."Tuan, Binar udah bikin sarapan nih! Eh?" Binar terheran sendiri saat melihat kondisi Satya yang berantakan dan
Dengan perlahan Satya menggerakkan pinggulnya, maju mundur dengan teratur. Binar terus-terusan mencakar lengan Satya. Makin dicakar rasanya Satya makin penasaran dan makin terus berpacu. Sempitnya lubang surgawi milik Binar juga membuat Satya ikut merintih, rasanya terjepit sempurna di dalam.Desahan demi desahan terdengar. Satya sangat menyukai desahan dari Binar, sangat seksi.Akibat nikmat, tanpa sadar Satya mempercepat temponya. Uh, rasanya seribu kali terjepit-jepit."Tu-Tuan, pelan ... pelan-pelan! Aaaahhhhh ...."Mendengar rintihan dari Binar, Satya akhirnya melambatkan pergerakannya kembali. "Maaf, Bi, keenakan jadi lupa." Satya pun kemudian mencium leher Binar, meninggalkan tanda merah di sana. Pelan-pelan bibir itu turun menuju ke dada Binar. Satya menjilatnya dan menghisapnya dengan lembut.Binar sepertinya mulai menikmatinya. Ia juga suka dengan sensasi geli-geli syahdu dari bibir dan lidah Satya pada dadanya.Gara-gara milik Binar yang masih sempit, akhirnya Satya pun he
Mata Binar membulat, mau nolak gimana caranya? Posisi Binar sudah tidak bisa lagi kabur, lagian tangan Binar juga tetap betah memegang milik Satya di bawah sana yang ukurannya ... ukurannya bikin Binar pusing kepala. Tangan Satya tiba-tiba saja sudah menyelinap masuk dari bagian bawah baju oversize yang Binar pakai. Padahal sudah sesuai kemauan Satya supaya Binar tidak pakai daster kalau ada Satya di rumah. Buktinya biarpun nggak pakai daster, si Tuan Bos tetap saja birahi kalau dekat-dekat Binar. Seperti saat ini, jari Satya sudah menyelip di celah bra yang Binar pakai, memilin salah satu ujung dadanya dengan lembut. Seketika Binar bergidik, ia pun menggigit bibir bawahnya, mau mendesah tapi takut. "Tuan, ge-geli ...." "Geli atau enak, Bi?" goda Satya. Binar geleng-geleng kepala, nggak tahu harus mendeskripsikannya dengan bagaimana. Antara geli dan enak. "Suka, Bi?" rayu Satya sambil berbisik di telinga Binar, lalu menggigit daun telinga perempuan itu. Binar tidak menjawabnya,
Satya jadi kepikiran terus karena saran dari Ethan untuk menikahi Binar. Seharian ini ia cuma bengong-bengong tidak jelas di kantor, tidak fokus juga dengan kerjaannya. Sampai-sampai Satya tidak sadar kalau ia sudah jadi viral di kantornya. Ini gara-gara gosip yang disebarkan oleh Celine, tentang anak laki-laki dan perempuan muda yang dilihat di rumah Satya kemarin."Kenapa semua pada ngelihatin gue sih, Jul?" tanya Satya saat dirinya hendak pulang dengan Julian. Kebetulan kalau Ethan sudah pulang duluan, semenjak punya bayi memang Ethan jarang bekerja sampai malam di kantor mereka. Sudah ada prioritas utama karena sudah berkeluarga, beda dengan Satya dan Julian yang statusnya masih single. Julian meninju pelan lengan Satya. "Lo nggak nyadar kalau lo jadi bahan gosip di kantor masalah anak lo itu?""Hah?""Iya, staf di sini makin yakin kalau lo hamilin anak orang di luar nikah karena ada yang lihat faktanya langsung di rumah lo. Memangnya siapa yang kemarin lo undang ke rumah?"Seketi
Terlihat Binar agak tegang begitu Satya kembali menindih tubuhnya. Matanya terpejam, tidak berani dibuka, takut melihat adegan selanjutnya. “Jangan tegang, Bi!” Satya mengarahkan kepada Binar. Binar tidak menjawab apa-apa, pokoknya sedang mode tegang. “Kalau kamu tegang nanti malah terasa sakitnya, coba rileks deh!” Satya terus menuntun Binar. Masalahnya kalau tegang juga yang bawah pasti bakalan ikut makin tertutup dan membuatnya jadi sulit diterobos. Untuk mencairkan ketegangan, Satya pun mulai mencium bibir Binar. Harapannya sih supaya Binar mulai mempasrahkan segalanya ke Satya, tapi apa daya kalau ciuman pun si Binar tetap tegang. Mulutnya tidak mau dibuka, malah tertutup rapat, sama seperti yang di bawah sana jadi berasa tertutup juga padahal Satya sudah membuka lebar kedua kaki Binar. Kalau bibir tidak bisa diajak kompromi, satu-satunya cara adalah Satya menyentuh dada Binar. Dihisapnya dengan perlahan salah satu ujung dadanya. Ternyata ampuh m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments