"Binar, Binarrrrrrr!!!" Satya berkali-kali menggedor pintu kamar asisten rumah tangganya.
Baru dua minggu bekerja dengan Satya tapi sudah bikin laki-laki itu hampir gila akibat tingkahnya. Pekerjaannya tidak ada yang beres, barang-barang elektronik yang harusnya bisa dipakai dengan mudah kini jadi rusak akibat ulah slebor asisten rumah tangga amatiran tersebut. Sekarang kaos kaki Satya hilang sebelah, entah ke mana perginya. Tidak cuma kaos kaki, bahkan sepatu limited edition yang Satya beli di Jerman pun talinya lenyap sebelah.
"Buka pintunya! Awas aja kalau kamu ketiduran gara-gara nonton Kuch-Kuch Hota Hai lagi! Aku bakalan balikin kamu ke agensi pembantu, aku juga minta uangku kembali sepuluh kali lipat. Nggak peduli kamu lagi kesusahan perlu duit buat orang tua kamu di kampung." Satya terus menggedor pintu tersebut dengan keras sambil sibuk mengomel, tapi sayangnya si pemilik kamar tak kunjung keluar.
"Wah, beneran nggak beres nih bocah! Lama-lama beneran aku pulangin kamu ke kampung biar jadi tukang sayur keliling lagi," umpat Satya.
Satya sudah bersiap-siap hendak mendobrak pintu, tapi tiba-tiba saja ia mendengar suara dengkuran halus yang tak jauh dari telinganya.
Pandangan Satya langsung teralihkan ke sofa di ruang tengah. TV ternyata menyala tapi tidak ada yang menonton.
"Kerjaan si Binar Bonar nih pasti!"
Satya melangkah mendekat ke ruang tengah, hendak mematikan TV, sekaligus mencari sumber suara dengkuran itu.
Begitu ia menoleh ke sofa, astagah!
"Ampun dah, sofa mahal dari Turki malah kamu ilerin!" Satya sudah bertanduk, nggak ada kata-kata sabar lagi buat asisten rumah tangga yang bukannya membantu pekerjaan rumah, malah bikin rumah makin berantakan ini.
Satya langsung menarik kaki gadis muda itu, menurunkannya dengan paksa dari sofa sampai tubuh gadis itu pun terjun bebas ke lantai.
"Aaaww ... awww, sakittttttt!" Binar merintih kesakitan memegang pinggang dan bokongnya. Si asisten rumah tangga ini usianya masih sangat muda, 21 tahun. Bentukannya semlehoy, padat berisi di bagian tertentu, kulitnya sawo matang khas cewek-cewek kearifan lokal. Kalau tersenyum ada manis-manisnya. Namun manisnya nggak tahan lama, menurut Satya lebih banyak sepetnya karena tiap hari selalu bikin ulah.
"Bangun!" bentak Satya.
"Iiihhh, pelan-pelan dong, Tuan Bos! Sakittttt ...." Binar berusaha untuk bangun dari posisinya biarpun pinggang dan bokongnya masih terasa encok.
"Bisa-bisanya ya, malah TV yang nontonin kamu tidur. Terus kamu lihat tuh, iler kamu tumpah di sofa mahalku. Bersihin nggak? Kalau sampai nggak bersih, aku kirim kamu ke Turki, jadi TKW buat gantiin sofaku!" Satya sudah berkacak pinggang.
Binar pun menguap dulu yang lebar seperti kuda nil. Ia lantas melirik ke TV berukuran 75 inci yang masih menyala, sial ... gara-gara ketiduran Binar jadi kelewatan nonton drakor favoritnya.
"Ngapain masih bengong?" bentak Satya lagi. "Kamu belum siapin sarapan buat aku!"
"A-anu ... itu, remote-nya." Binar nyengir sambil menunjuk remote TV yang kini sudah dipegang oleh Satya.
"Aku yang simpen remote-nya! Kalau kamu pegang remote TV seharian bisa-bisa kamu nggak ambil kerjaan yang lain, habis Kuch-Kuch Hota Hai pasti lanjut ke Koi Mil Gaya, terus lanjut lagi ke Oppa-Oppa Korea itu yang tiap nonton selalu bikin kamu histeris. Kapan kamu nyapu sama beres-beres rumahnya, hah? Ini kaos kakiku hilang sebelah kamu bawa ke mana? Tali sepatuku juga kenapa bisa hilang sebelah? Kamu pakai iket apaan?" cecar Satya.
Binar cuma bisa nyengir mirip bintang iklan pasta gigi Kodomo.
"Kamu cari dulu kaos kakiku yang lain, aku nggak nemu! Nggak tahu kamu bawa ke mana semua kaos kakiku sampai hilang begitu. Terus aku nggak mau tahu, tali sepatuku juga harus balik." Satya menghela napasnya sambil menyugar rambutnya yang sudah klimis rapi. Aura dan kharisma ketampanannya bisa berkurang beberapa persen gara-gara sudah dibuat emosi pagi-pagi oleh Binar. Padahal maunya berangkat lebih awal ke kantor.
Singkat tentang Satya, laki-laki berumur 31 tahun yang memiliki bisnis skin care dan body care bernama Over Glow. Ada dua sahabatnya yang lain yang ikut bergabung membangun bisnis tersebut. Nama Over Glow pun sudah masuk ke top brand lokal, kini mulai masuk juga ke pangsa pasar Asia. Satya hidup sendirian, orang tuanya sudah meninggal akibat kecelakaan saat Satya masih SMA, kebetulan Satya anak tunggal. Namun peninggalan warisan dari orang tuanya sangat cukup dan mampu membuat Satya mendirikan bisnis besar sampai saat ini.
Binar, si asisten rumah tangga, mau balik kanan bubar jalan, mencoba mengingat-ingat lagi di mana kaos kaki dan tali sepatu si Tuan Bos. Namun ada suara bel yang berbunyi di depan pintu, ada tamu. Binar pun batal mau cari kaos kaki si Tuan, niatnya jadi ingin membuka pintu.
"Eh, mau ke mana kamu?" Satya menahan Binar.
"Mau bukain pintu dong, Tuan Bos!"
"Kamu cari kaus kaki sama tali sepatuku, biar aku yang buka pintu. Tapi jangan bilang kalau kamu pagi-pagi udah pesen makanan lewat ojek online lagi, awas aja kalau aku buka pintu yang muncul Abang-Abang jaket ijo."
"Isssh ... Binar kan baru bangun Tuan Bos, mana sempat pesen ojek online." Binar menguap kembali. Semalam ia tak bisa tidur gara-gara si Tuan Bos Satya ini membawa seorang perempuan dan naik ke lantai dua di rumah itu.
Katanya sih temen, mau ngomongin bisnis berdua. Ngomongin bisnisnya sampai teriak-teriak, pakai bilang oh yes, oh no, ditambah aah, aah, ooh, ooh! Mungkin memang bisnisnya berat sampai terjadi percecokan begitu. Nah, gara-gara ribut tuh, jam tidur Binar yang biasanya tertata rapi di jam sembilan malam teng, jadi harus terganggu gara-gara suara cekcok mereka berdua di lantai dua.
"Ya udah, biar aku yang buka pintu! Kamu cari yang aku minta barusan, oh ... satu lagi, kamu cuci muka dulu, iler kamu tuh masih nempel di pipi! Jorok ...." Satya langsung melangkah pergi menuju ke pintu, meninggalkan asisten rumah tangganya yang agak sleboran itu. Terlihat Binar langsung memegang pipinya yang katanya ada sisa air mengalir sampai jauh itu.
Begitu Satya membuka pintu, seketika ia disapa dengan seorang anak laki-laki yang nyengir lebar kepadanya. Anak laki-laki itu tidak sendirian, tapi bersama dengan seorang perempuan dewasa yang cantik dengan rambut yang dicat berwarna pirang.
Satya yang tadi kesal gara-gara Binar, kini auto memasang senyum manis kepada perempuan cantik yang menjadi tamunya pagi ini.
"Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?" sapa Satya dengan sangat ramah.
"Kamu masih ingat sama aku, kan?" tanya perempuan cantik itu kepada Satya.
Satya memiringkan kepalanya. Mencoba mengingat-ingat daftar perempuan yang pernah bersamanya. Yang pacaran resmi, yang cuma ONS (one night stand), yang jadi model untuk skin care miliknya, yang cuma kenal lewat aplikasi Minder, Tunder, Tinky Winky, Dipsy, Lala, Po, atau yang iseng nawar di aplikasi Michat? Yang mana? Satya benar-benar lupa karena kebanyakan.
"Aku Gabby, yang sempat kamu tawarin buat jadi brand ambassador Over Glow, empat tahun lalu." Perempuan bernama Gabby itu lantas menunjukkan anak laki-laki yang ia bawa bersamanya. "Ini anak kamu, namanya Davi, udah tiga tahun lebih aku besarin sendiri. Sekarang giliran kamu yang urus. Aku mau pergi jauh, ada urusan yang lebih penting. Pokoknya semua aku serahin ke kamu!" Perempuan berparas cantik dan bertubuh seksi itu tanpa aba-aba langsung membalikkan badannya dan pergi menjauh dari Satya. Meninggalkan anak laki-lakinya tanpa beban.
Satya melongo di tempat, masih mencerna kata-kata orang tersebut. Empat tahun lalu, yang sempat Satya tawari menjadi brand ambassador produk Over Glow miliknya? Nyaris lupa, tapi kalau lihat bokong seksi perempuan itu yang kini berjalan menjauh pergi, rasa-rasanya Satya hampir ingat. Apa mungkin bersama perempuan itu yang saat kejadian kondom bocor? Dan anak laki-laki yang kini berada di sebelah Satya adalah hasil dari adonan yang Satya buat malam itu?
"Oh, sh*t! Kenapa muka kamu mirip sama aku?" Satya tak terima karena anak laki-laki berusia tiga tahun itu berwajah agak mirip dengan Satya. Alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, dagunya yang agak terbelah sedikit. Nggak mungkin, nggak mungkin kalau anak ini benar-benar hasil adonan Satya. Kenapa baru dikasih tahu sekarang? Kenapa perempuan tadi nggak minta pertanggungjawaban dari dulu? Malahan nih bocil sampai berumur tiga tahun.
Anak laki-laki itu lantas menggenggam tangan Satya. Pipinya yang chubby dan ekspresinya yang menggemaskan itu membuat Satya tak tega. Haruskah jiwa kebapak-bapakan Satya muncul begitu saja padahal statusnya saat ini masih single? Siapa yang nggak kaget kalau tiba-tiba dapat give away pagi-pagi?
"Daddy, ayo kita main!" kata Davi sambil menarik tangan Satya untuk masuk ke dalam rumahnya.
"What? Daddy?!"
Davi berlarian dengan lincah di dalam rumah Satya, meneliti setiap tempat yang bisa dijangkau olehnya. Membuat Satya berkali-kali tepuk jidat dan geleng-geleng kepala, hampir saja pajangan-pajangan mahal miliknya disenggol oleh bocil tersebut."Wah ... Daddy puna kolam lenang—Daddy punya kolam renang." Davi membulatkan matanya saat melihat kolam renang di bagian belakang rumah Satya. Anak itu kegirangan sambil melompat-lompat. "Dapi boleh lenang—Davi boleh renang?""Aduh, mimpi apa aku semalem? Pagi-pagi dibuat pusing sama Binar, ditambah dapat titipan bocil begini." Satya lemas di lantai, rasanya niatan untuk pagi-pagi berangkat ke kantor Over Glow pusat bisa dibatalkan.Kalau diingat-ingat, semalam Satya tidak ada bermimpi aneh-aneh. Terlalu capek setelah olahraga ranjang bersama perempuan yang ia bawa semalam ke rumahnya.Setelah ngobrol sambil flirting sebentar dengan salah satu SPG (Sales Promotion Girl) dari produk Over Glow milik Satya, yang kebetulan SPG ini bertugas di salah s
Maunya Satya menghindari pemandangan indah di depan matanya, tapi tak tahu mengapa Satya malah betah pada posisinya saat ini. Menonton kegiatan Binar, si asisten rumah tangga semlehoy yang saat ini sedang cosplay menjadi mermaid di kolam.Tak cuma Satya yang betah melihat gadis berkulit sawo matang—ciri khas perempuan Indonesia itu, tapi sepertinya si bocil Davi pun betah nempel-nempel sama Binar. Davi yang dipeluk dalam kolam, tapi Satya yang ngilu dari kejauhan. Berasa empuknya sampai sini."Daddy, sinih ...." Davi memanggil Satya untuk ikut bergabung bersamanya dan Binar.Satya yang awalnya masih bengong melihat yang enak dilihat dalam kolam, tiba-tiba jadi tersadar dari kegiatan bengong tersebut.Seketika Satya menggelengkan kepalanya. "Nggak, aku mau ke kantor, biar kamu aja sama Binar berendem mirip ikan," tolak Satya."Ayok, Daddy!" Lagi Davi memanggil Satya.Satya masih belum terbiasa dengan panggilan Daddy untuknya itu. Sangat tidak terbiasa.Agak aneh mendengar bocil memanggi
Binar langsung berontak begitu merasakan bibir Tuannya mampir ke bibirnya. Tangannya berusaha untuk mendorong tubuh Satya, tapi sudah pasti sia-sia.Badan Satya jauh lebih besar dari Binar, mau mendorong, memukul, mencakar seperti apa pun bakalan percuma, si Tuan Bos lagi kesambet setan mesum. Membuat Binar yang awalnya berontak, berujung terdiam pasrah karena capek sendiri.Ini ciuman pertama Binar, sialnya kenapa bibir si Tuan Bos yang awalnya terasa begitu kasar, kini jadi begitu ... nikmat. Jadi ini rasanya bibir ketemu bibir? Nempel seperti ikan sapu-sapu di aquarium kaca itu, kan?Dalam mode pasrah itu akhirnya binar membiarkan bibir tuannya mencium bibirnya lebih dalam. Rasanya ada manis-manisnya.Saat Binar sudah sangat menikmati ciuman tersebut, tiba-tiba Satya malah mengurai ciumannya.Binar seperti orang mabok setelah mendapatkan bonus napas buatan ala-ala dari Satya tadi."Sorry, Bi, aku ... kebablasan!" kata Satya dengan ekspresi datar, sepertinya yang tadi hanya hal yang
“Heh, kenapa kamu bisa di sini?” Mata Satya secara otomatis mendelik begitu melihat sosok bocil itu berlarian ke arahnya. Hanya hitungan detik, Davi sudah berhasil memeluk Satya yang sedang duduk di sofa.“Daddy … ayo kita main agi—ayo kita main lagi!” Davi merengek kepada Satya, meminta laki-laki itu untuk bermain bersamanya.“Eh, buzeeettt! Daddy? Jadi ini anak lo, Sat?” Ethan cukup syok melihat kemunculan bocil berambut mangkok dan berpipi chubby itu di kantornya. Ia terus geleng-geleng kepala keheranan. “Gue pikir kalau gue doang yang br*ngsek, udah kasih DP dulu ke istri gue sebelum nikah, ternyata lo malah nge-DP lebih duluan, Sat! Kesimpulannya, lo lebih br*ngsek daripada gue.”Kebetulan istri Ethan sudah hamil duluan sebelum mereka resmi menikah. Buat Ethan sih masih mending dirinya yang langsung bertanggung jawab, karena saat itu ia memang berencana menikah, tapi duluan aja dapat rejeki nomplok berupa kehamilan. Nah ini, si Satya sih lebih parah lagi, sampai bocilnya sudah bes
“Emaknya Davi?” Binar kaget sambil membulatkan matanya. Jelas karena tadi pagi Binar tidak lihat tamu yang datang, tahu-tahu si Tuan Bos sudah membawa bocil laki-laki dan meminta Binar untuk mengurusnya.“Cantik banget Mamanya Den Davi,” kata Binar lagi dengan kagum. Ia pun lantas menyentuh poster tersebut. Baru saja sedikit disentuh tahu-tahu poster itu bergeser dan terlepas dari dinding. Binar refleks menyangganya dengan tangan, ternyata poster berbingkai kaca itu lumayan berat, sial, Binar nggak kuat!“Tu-Tuan ….”“Astogeh!” Satya spontan mendekati Binar untuk membantunya. Laki-laki itu berdiri tepat di belakang Binar lalu tangannya ikut menyangga poster berbingkai kaca tersebut. “Kamu nggak ada kerjaan?” omelnya.“Ta-tadi Binar cuma toel dikit, malah langsung jatuh, Tuan Bos! Untung bukan kepala Binar yang kena.”“Malah bagus kalau kena kepala kamu, biar kamu pinter dikit dan otak kamu nggak beku.”Binar diam saja diledek oleh Satya, fokusnya saat ini bukan masalah ledekan si Tuan
Si bocil Davi ternyata ketiduran selama perjalanan pulang ke rumah Satya. Enak bener jadi bocil ya, nggak ada hal berat yang dipikirin, pikirannya cuma main, makan, tidur, nangis, dan ulang lagi main, makan, tidur, nangis.Satya sih nggak begitu suka sama anak kecil, tapi sepertinya Binar memang jiwanya suka sama anak-anak. Biarpun bentukan Davi nggak bisa diem begitu, ternyata Binar bisa sabar menghadapinya. Ya setidaknya bisa sabar di hari pertama Davi muncul di kehidupan Satya ini, nggak tahu besok."Kamu masih ngambek?" tanya Satya saat Binar baru keluar dari kamar khusus untuk Davi tidur.Binar tidak menjawab pertanyaan dari Tuan Bos itu, ia malah melengos pergi."Hei ... nggak sopan! Aku lagi ngomong sama kamu, kenapa malah dicuekin?" protes Satya. Ia pun jadi mengekor di belakang Binar, mengikuti ke mana perginya ART merangkap Baby Sitter-nya Davi tersebut."Yang tadi tuh aku nggak sengaja, Bi!" jelas Satya.Binar menghela napasnya dengan berat. "Nggak sengaja tapi sampai dua ka
“Mbak Binal, Mbak Binal … Daddy manah?” Davi tengah malam terbangun, kebetulan malam ini Binar yang menemaninya tidur. Sementara Binar yang awalnya sudah bobok cantik sambil sedikit ileran pun seketika terbangun, mirip pasukan militer yang dibangunkan secara paksa. Binar langsung mengambil posisi sikap siap sempurna begitu dibangunkan oleh Davi.“Siap, Den Davi!” Binar berdiri tegak di sebelah ranjang, kemudian menguap lebar.“Daddy mana?” tanya Davi lagi.“Udah bobok, dong! Kan ini udah malam.”Davi mengucek kedua matanya. “Dapi mau liat Daddy,” pintanya.“Eh, nggak boleh! Tuan Daddy lagi bobok, istirahat. Nanti kalau Den Davi gangguin bisa-bisa Daddy marah.”“Emangna Daddy cuka malah-malah, ya—emangnya Daddy suka marah-marah, ya?” tanya Davi.“Wah, jangan ditanya. Mbak Binar paling sering kena marah sama Tuan Daddy, jadi Den Davi jangan ganggu Daddy lagi istirahat, ya!”“Ndak mau!” tolak Davi. “Dapi mau liat Daddy, kalo ndak Dapi mau teliak aja—Davi mau lihat Daddy, kalau nggak Dav
“Binar mana punya uang buat beli pabrik susu, Tuan! Ah, Tuan nih sakit mintanya aneh-aneh, segala pabrik susu juga diminta.” Binar geleng-geleng kepala sendiri akibat permintaan si Tuan Bos yang aneh. “Aku minta pabrik susu yang fresh, Bi!” Kali ini Satya mengarahkan kedua tangannya menyentuh dadanya sendiri. “Biar aku cepet sembuh, harus minum susu dari sumbernya.” Mata Binar langsung membulat saat melihat kedua tangan Satya yang menempel di dadanya sendiri itu. Seketika Binar bergidik geli. Satya tersenyum jahil. “Kenapa? Kamu belum tahu rasanya, ya? Kalau kamu udah tahu sekali pasti jadi ketagihan deh, Bi!” “Tuan bener-bener sakit, nih!” Nggak cuma badannya yang panas otaknya juga panas nih Tuan Bos. Sepertinya kabur dari kamar ini bisa jadi solusi yang baik, daripada Binar ikutan eror seperti saat kejadian ciuman rasa yogurt stroberi tapi pedes Indomie goreng cabe itu. Binar pun langsung membalikkan tubuhnya, hendak langsung kabur dari kamar tersebut. “Kamu mau ke mana?” t
Tidak masalah bagi Satya kalau Binar punya inisiatif untuk menciumnya duluan. Malahan Satya sangat senang, baginya ini prestasi yang sangat baik untuk Binar. Sambil berciuman, satu tangan Satya pun menyalakan keran shower, hingga rintik-rintik hujan shower pun menemani mereka.Awalnya Binar bergidik akibat air shower yang membasahi tubuhnya, tapi lama kelamaan ia malah membiarkan air-air itu menghujani kegiatan panas mereka.Rasanya milik Satya di bawah sana tidak bisa diajak kompromi berlama-lama. Mau kembali mengulang kejadian semalam, temu kangen untuk kedua kalinya. Saat Satya hendak mengarahkan little bro miliknya ke milik Binar, seketika Binar menghentikan ciumannya. "Tuan!" Binar langsung menggeleng tanda penolakan."Kenapa, Bi? Ini kamu udah basah banget loh." Satya kembali mengarahkannya untuk segera masuk. Namun sayang, lagi-lagi ditahan oleh Binar."Enggak mau!" tolak Binar lagi."Mau aja!""Nggak mau, Tuan!""Aku janji pelan-pelan, nggak bakalan sakit, kok! Kemarin aja
Satya keki bukan main saat mengetahui kalau dirinya semalam pingsan dan tidak ada yang menyelamatkan. Pagi-pagi sekali Satya tersadar dari acara pingsan itu, dan ketika membuka mata ternyata dirinya sudah rebahan ganteng di lantai.Hampir saja Satya lupa dengan kronologi yang terjadi. Namun seketika ia teringat kalau semalam ada sosok gelap di dekat tangga dan membuat dirinya kaget sampai akhirnya pingsan.Bisa-bisanya Binar tidak membangunkan Satya, atau paling nggak pindahin badan Satya ke sofa biar Satya nggak masuk angin. Ini benar-benar dinginnya lantai menusuk sampai ke tulang-tulang. Pokoknya mood Satya jadi nggak bagus gara-gara kejadian ini. Saat Binar menghampirinya pun seketika Satya manyun, tidak ada manis-manisnya padahal semalam Satya sudah membobol Binar dengan penuh kenangan. Harusnya pagi ini bakalan jadi momen sayang-sayangan, malah Satya jadi ogah-ogahan."Tuan, Binar udah bikin sarapan nih! Eh?" Binar terheran sendiri saat melihat kondisi Satya yang berantakan dan
Dengan perlahan Satya menggerakkan pinggulnya, maju mundur dengan teratur. Binar terus-terusan mencakar lengan Satya. Makin dicakar rasanya Satya makin penasaran dan makin terus berpacu. Sempitnya lubang surgawi milik Binar juga membuat Satya ikut merintih, rasanya terjepit sempurna di dalam.Desahan demi desahan terdengar. Satya sangat menyukai desahan dari Binar, sangat seksi.Akibat nikmat, tanpa sadar Satya mempercepat temponya. Uh, rasanya seribu kali terjepit-jepit."Tu-Tuan, pelan ... pelan-pelan! Aaaahhhhh ...."Mendengar rintihan dari Binar, Satya akhirnya melambatkan pergerakannya kembali. "Maaf, Bi, keenakan jadi lupa." Satya pun kemudian mencium leher Binar, meninggalkan tanda merah di sana. Pelan-pelan bibir itu turun menuju ke dada Binar. Satya menjilatnya dan menghisapnya dengan lembut.Binar sepertinya mulai menikmatinya. Ia juga suka dengan sensasi geli-geli syahdu dari bibir dan lidah Satya pada dadanya.Gara-gara milik Binar yang masih sempit, akhirnya Satya pun he
Mata Binar membulat, mau nolak gimana caranya? Posisi Binar sudah tidak bisa lagi kabur, lagian tangan Binar juga tetap betah memegang milik Satya di bawah sana yang ukurannya ... ukurannya bikin Binar pusing kepala. Tangan Satya tiba-tiba saja sudah menyelinap masuk dari bagian bawah baju oversize yang Binar pakai. Padahal sudah sesuai kemauan Satya supaya Binar tidak pakai daster kalau ada Satya di rumah. Buktinya biarpun nggak pakai daster, si Tuan Bos tetap saja birahi kalau dekat-dekat Binar. Seperti saat ini, jari Satya sudah menyelip di celah bra yang Binar pakai, memilin salah satu ujung dadanya dengan lembut. Seketika Binar bergidik, ia pun menggigit bibir bawahnya, mau mendesah tapi takut. "Tuan, ge-geli ...." "Geli atau enak, Bi?" goda Satya. Binar geleng-geleng kepala, nggak tahu harus mendeskripsikannya dengan bagaimana. Antara geli dan enak. "Suka, Bi?" rayu Satya sambil berbisik di telinga Binar, lalu menggigit daun telinga perempuan itu. Binar tidak menjawabnya,
Satya jadi kepikiran terus karena saran dari Ethan untuk menikahi Binar. Seharian ini ia cuma bengong-bengong tidak jelas di kantor, tidak fokus juga dengan kerjaannya. Sampai-sampai Satya tidak sadar kalau ia sudah jadi viral di kantornya. Ini gara-gara gosip yang disebarkan oleh Celine, tentang anak laki-laki dan perempuan muda yang dilihat di rumah Satya kemarin. "Kenapa semua pada ngelihatin gue sih, Jul?" tanya Satya saat dirinya hendak pulang dengan Julian. Kebetulan kalau Ethan sudah pulang duluan, semenjak punya bayi memang Ethan jarang bekerja sampai malam di kantor mereka. Sudah ada prioritas utama karena sudah berkeluarga, beda dengan Satya dan Julian yang statusnya masih single. Julian meninju pelan lengan Satya. "Lo nggak nyadar kalau lo jadi bahan gosip di kantor masalah anak lo itu?" "Hah?" "Iya, staf di sini makin yakin kalau lo hamilin anak orang di luar nikah karena ada yang lihat faktanya langsung di rumah lo. Memangnya siapa yang kemarin lo undang ke rumah?" S
Terlihat Binar agak tegang begitu Satya kembali menindih tubuhnya. Matanya terpejam, tidak berani dibuka, takut melihat adegan selanjutnya. “Jangan tegang, Bi!” Satya mengarahkan kepada Binar. Binar tidak menjawab apa-apa, pokoknya sedang mode tegang. “Kalau kamu tegang nanti malah terasa sakitnya, coba rileks deh!” Satya terus menuntun Binar. Masalahnya kalau tegang juga yang bawah pasti bakalan ikut makin tertutup dan membuatnya jadi sulit diterobos. Untuk mencairkan ketegangan, Satya pun mulai mencium bibir Binar. Harapannya sih supaya Binar mulai mempasrahkan segalanya ke Satya, tapi apa daya kalau ciuman pun si Binar tetap tegang. Mulutnya tidak mau dibuka, malah tertutup rapat, sama seperti yang di bawah sana jadi berasa tertutup juga padahal Satya sudah membuka lebar kedua kaki Binar. Kalau bibir tidak bisa diajak kompromi, satu-satunya cara adalah Satya menyentuh dada Binar. Dihisapnya dengan perlahan salah satu ujung dadanya. Ternyata ampuh m
"Na-nahan sakit gimana, Tuan?" Binar dalam kondisi pasrah di bawah tubuh Satya pun cuma bisa meremas seprai di ranjang tersebut. "Nahan sakit sedikit, tenang aja, nggak terlalu sakit, kok! Palingan sakitnya sebentar, nanti lama-lama juga kamu pasti suka." Namanya aligator darat, sudah pro juga merayu banyak perempuan. Kalau urusan merayu perawan seperti Binar sudah pasti jadi perkara mudah. Ditambah gadis ini mulai terangsang akibat ciuman yang tadi, terbukti yang bawah sudah basah, kan? "Tuan mau apain Binar?" Masih saja Binar terlihat polos, padahal posisinya celana dalamnya sudah dicopot, tinggal Satya bergerak untuk menyatukan miliknya dengan milik Binar yang perawan ting-ting. Sh*t, milik Binar di bawah sana ternyata bersih, tanpa semak belukar, entah mengapa Satya jadi semakin bersemangat lagi untuk mengajak Binar berbuat dosa yang nikmat. Supaya Binar tidak kaget, dan tentunya supaya Binar nyaman dengan Satya, harus diawali dengan rangsangan terlebih dahulu. Bibir Satya per
Pagutan bibir Binar dan Satya masih terus berlanjut, sebisa mungkin Satya membuat Binar nyaman dengan dirinya. Setelah Binar nyaman, dengan begitu Satya akan mudah membuat Binar larut akan permainannya. Setidaknya itu yang menjadi niatan awal Satya, tapi otaknya kembali berfungsi dengan normal saat pagutan bibir mereka terlepas sejenak untuk mengambil napas.Sadar woy … anak orang masih perawan, gimana orang tuanya di kampung kalau tahu anaknya dinodai sama majikan?“Sorry, Bi!” Satya langsung menurunkan tubuh Binar dari pangkuannya, sebenarnya tadi tangan Satya sudah mau bermain ke sana sini, beruntung cepat sadar diri.Binar sepertinya sedang setengah sadar, ini efek dari ciuman dari Satya barusan.“Tu-Tuan bilang apa tadi?” tanya Binar.“Aku minta maaf, soal yang tadi itu—”“Iya nggak apa-apa, Binar tahu kalau Tuan cuma jadiin Binar mainan.” Binar terlihat mengusap bibirnya dengan tangan, seperti kesal karena sudah berciuman tadi.Daripada makin kesal, Binar pun hendak pergi dari s
Celine masih terlihat kaget saat mengetahui kenyataan baru. Bos Satya ternyata sudah punya istri dan anak. Jadi selama ini status Satya yang mengaku masih single itu cuma pura-pura? Mata Celine pun kini jadi memperhatikan penampilan perempuan yang membukakan pintu untuknya itu, sedikit kampungan.“Jadi Bos Satya beneran udah punya anak istri?” Lagi Celine memastikan kembali. Matanya masih memperhatikan Binar naik turun, tidak percaya kalau kesukaan Bos Satya yang bentukannya begini.“Maaf, apa Mbak mau ketemu sama Daddy-nya Davi?” tanya Binar kepada Celine.Celine kini bergiliran menatap ke arah bocah yang sedari tadi menempel di kaki Binar. Mungkin bocah laki-laki ini yang namanya Davi. Seketika keinginan Celine untuk bertemu Satya jadi ingin diurungkan, kalau begini sih gimana ceritanya mau ‘bikin laporan’ bareng? Ogah, deh … lebih baik Celine pergi, cari aman.“Enggak, enggak! Bilang aja kalau aku batal ketemu Bos Satya, tiba-tiba aja aku ada panggilan mendadak.” Celine segera bali