Beranda / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 103. Beri Aku Satu Kesempatan

Share

Bab 103. Beri Aku Satu Kesempatan

Penulis: Silvania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-28 14:24:42

Matahari belum terbit saat suara handphone Emily membangunkan wanita itu. Dengan mata yang masih tertutup, Emily meraih handphonenya yang tergeletak di samping bantal dan mengangkat panggilan itu.

'Ya, halo.'

'Emily, kau ada di mana?'

Mata Emily sontak terbuka lebar, suara yang sangat dikenalnya.

'Dari mana kau tahu nomor handphoneku, Arnold?' bentakan Emily tidak tampak selayaknya orang yang berapi-api, saking terlalu lembut dirinya.

'Emily aku akan menjemputmu, katakan di mana kau berada!'

'Bukan urusanmu!' jawab Emily ketus sambil menekan tombol reject.

Emily menghela nafasnya dan melempar handphonenya ke sembarang arah.

Sesaat matanya terpaku pada cincin berlian yang ada di jari manisnya. Tadi malam Arlen memintanya untuk menikah dengannya namun detik berikutnya Emily harus menerima kenyataan pahit.

Emily beranjak dari tidurnya dan bergegas mengemasi barangnya, pagi-pagi sekali dia pergi meninggalkan hotel tanpa mengabari Arlen.

Sementara itu di kamarnya, Arlen terbangu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 104. Aku Sangat Mencintaimu

    Tidak ada yang bisa Arnold lakukan, daripada kehilangan Emily selamanya, lebih baik mengalah dulu saja. Kalau Emily berada di rumah mendiang orang tuanya masih jauh lebih baik daripada berada di rumah Arlen. "Jangan tampakkan wajahmu lagi disini!" ucapnya sambil mendorong Arnold dan membanting pintunya. Emily mengunci pintu dan bersandar di belakangnya sambil memejamkan mata. "Jaga dirimu, aku sangat mencintaimu!" Samar, Emily mendengar suara Arnold sebelum suara langkah kaki menjauh dan setelahnya sepi… Emily kembali sendirian, tanpa orang tua, tanpa suami, tanpa siapapun. Tok.. Tok.. Tok.. Pintu kembali diketuk, Emily sudah siap memaki Arnold. Dibukanya pintu, namun bukan Arnold yang datang melainkan Jovanka. "Hai Emily!" Senyum sinis nya masih sama seperti saat mereka terakhir bertemu. "Mau apa kau kesini?" tanya Emily dingin. "Apa hubunganmu dengan Arnold? Bukannya Arlen bilang kau adalah kekasihnya, lalu kenapa Arnold menemuimu?" Emily mengernyitkan keningnya bingung.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 105. Tuntutan Seumur Hidup

    Emily bangun pagi sekali, dia kesulitan tidur karena memikirkan sidang perdana Sarah hari ini. Selain Arnold, Emily juga turut mengajukan tuntutan kepada Sarah atas gugurnya kandungannya waktu itu. Dari rangkaian pahitnya kehidupannya di rumah Arnold, Sarah berperan penting sebagai salah satu penyebabnya. "Aku harus mendapatkan keadilan, wanita licik itu harus mendapat hukuman yang setimpal." Dengan menaiki taksi, Emily sudah tiba di pengadilan setengah jam sebelum sidang dimulai. Belum ada orang yang Emily kenal, Emily menunggu sendirian di depan ruang sidang. Satu persatu orang berdatangan dan memasuki ruang sidang. Emily ikut masuk dan memilih tempat duduk paling depan. Sejak memasuki ruang sidang, jantung Emily berdebar kencang, terlebih saat Majelis Hakim, Penuntut Umum dan Kuasa Hukum memasuki ruang sidang dan menempati posisinya. "Kau sendirian?" Emily menoleh, Arnold duduk di sampingnya sambil tersenyum, tidak lama Nyonya Ruby dan Tuan William menyusul dan duduk di ku

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 106. Wanita Tidak Tahu Malu

    Jovanka setengah berlari menghampiri Arlen yang masih mengetuk pintu depan kediaman Emily. Arlen tampak membawa paper bag di tangan sebelah kirinya. Tok! Tok! Tok! Sudah lebih dari 3 menit Arlen mengetuk, namun si empunya rumah belum kunjung membukakan pintu. "Emily! Apa kau ada di rumah?" Arlen setengah berteriak memanggil Emily. Arlen kebingungan sejak pulang dari Manchester, dia tidak bisa menghubungi Emily karena handphonenya ditinggalkan di hotel. Menurut Mike, Emily juga sudah mengajukan surat pengunduran dirinya. Arlen masih coba mengetuk pintu sambil memanggil nama Emily ketika tangan putih mulus melingkar di perutnya. Arlen sontak menoleh. "Jovanka!" Arlen kaget bukan main, dia membalik badannya dengan tangan Jovanka yang masih melingkar di pinggangnya, Jovanka tidak melepaskannya. Arlen tidak menyangka Jovanka ada di London. "Kau kembali ke London?" Jovanka mengangguk sambil tersenyum, dibenamkannya dirinya ke dalam pelukan Arlen. "Aku ingin memperbaiki kesalahan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 107. Perlu Banyak Uang

    "Katakan Nyonya, apa yang harus saya lakukan?" Sebagai penebus kesalahannya di masa lalu yang pernah turut andil dalam luka batin yang Emily rasakan, Sally akan melakukan apa saja yang Emily minta. "Tolong ambilkan perhiasan yang ku simpan di dalam lemari pakaianku!" "Perhiasan Nyonya?" Emily mengangguk dengan cepat. "Nyonya, maafkan saya. Perhiasan Nyonya beberapa minggu yang lalu di ambil oleh Nyonya Sarah. Dan saat Nyonya Ruby tahu, semua perhiasan akhirnya dibawa ke kediaman Nyonya Ruby." "Bukan, bukan perhiasan yang ada di laci meja riasku, tapi perhiasan yang aku taruh di dalam lemari pakaianku, di bawah tumpukan baju-bajuku, Sally. Kalung pemberian ibuku." Harta satu-satunya yang Emily miliki saat ini. Emily membutuhkan uang untuk memulai usaha. Dia berencana membuka kedai tapi dia tidak memiliki cukup uang dan tidak ada harta yang ditinggalkan kedua orang tuanya selain rumah yang ditempatinya sekarang. "Tapi saya takut menggeledah lemari Nyonya, takut kalau Tua

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 108. Membantu Emily

    "Nyo-Nyonya tadi ke rumah mengambil kalung pemberian ibunya yang ditinggalkan nyonya di dalam lemari pakaiannya dan sekarang Nyonya berjalan menuju bus yang ada di sana," tunjuknya ke arah depan. Arnold segera masuk ke dalam mobil dan melajukan nya dengan kecepatan tinggi berharap bisa bertemu Emily dan membawanya kembali. Mobil Arnold menepi tepat di belakang Bus yang baru saja Emily masuki. "Emily!" tangannya terangkat namun kembali dijatuhkannya di atas setir. Arnold lalu memukul setir kemudinya karena kesal. Hanya terlambat beberapa detik dan dia harus kehilangan kesempatan ini. Bus melaju dengan pelan, Arnold akhirnya memutuskan untuk mengikuti bus yang membawa Emily untuk memastikan bahwa istrinya sampai ke rumah dalam keadaan selamat. Perhentian pertama, Arnold ikut menepikan mobilnya. Tidak disangka ternyata Emily turun dan berjalan menuju Mall. Arnold kembali melajukan mobilnya dan memarkirkannya di parkiran Mall dengan tetap mengikuti arah langkah Emily. Saat keluar d

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 109. Aku Akan Menunggumu

    Arnold mengulurkan tangannya kepada Emily namun bukannya disambut, Emily hanya menatap uluran tangan tersebut. Nyonya Ruby tersenyum, bagaimanapun juga dia sadar bahwa anaknya telah dengan sengaja menyakiti Emily. Tapi awal mula permasalahan mereka justru datang darinya. Dia yang membawa Emily masuk ke dalam rumah tangga Arnold dan Sarah. Dia yang menginginkan Emily menjadi istri Arnold di saat sang anak tengah tergila gila dengan istri psikopatnya. Jadi, dirinya juga harus ikut bertanggung jawab atas luka yang Emily rasakan. Diraihnya tangan Emily dan disatukannya dengan tangan Arnold. "Biarkan suamimu mengantarkanmu pulang!" ucapnya sembari mengusap dua tangan yang sudah bersatu itu. Seulas senyum terbit di bibir Arnold. Tapi wajah Emily masih saja datar. Emily akhirnya mengangguk dan pasrah saja saat Arnold membawanya ke mobil. Sepanjang perjalanan menuju kediaman Emily, Arnold tidak henti tersenyum, sesekali mencuri pandang ke arah Emily yang menatap lurus ke depan,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 110. Hanya Sandiwara

    Tidak hanya ketiga wanita yang berdekatan itu yang menatap ke arah Arnold, tapi juga pengunjung lain yang rata-rata perempuan ikut menatap ke arah laki-laki tampan dengan sejuta pesona yang kini berjalan dengan gagah menuju ke arah Emily berada, tepat di samping Jovanka dan Nyonya Ruby yang tengah berdiri. Jovanka membalik badannya, jantungnya berdebar-debar. Apa dia tidak salah dengar? Arnold barusan memanggilnya sayang? Tidak mungkinkan Arnold memanggil mamanya sayang, jadi bisa dipastikan yang dipanggil Arnold sayang adalah dirinya. Jovanka menatap kedatangan Arnold dengan senyum angkuhnya, dadanya membusung dengan dagu diangkat ke atas, para pramuniaga toko ikut menatap ke arah Jovanka sambil berbisik. "Apa itu kekasihnya? Ah beruntung sekali. Aku tidak akan menolak laki-laki setampan itu!" samar bisikan itu terdengar di telinga Jovanka dan Emily. Emily kembali menunduk dan meneruskan bacaannya. Sementara itu Jovanka sudah melebarkan tangannya bersiap menyambut Arnold ke d

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 111. Sepucuk Surat

    "Apa maksudmu?" Arlen menatap Jovanka dengan tatapan jijik. Wanita ini ada di mana mana, kemarin dia mendatangi Arlen ke SBC, hari ini dia ke rumah Emily. "Aku dan kamu punya keinginan yang sama, tidak salahnya kita bekerja sama bukan?" "Kau bekerja saja sendiri, aku tidak sudi bekerja sama dengan wanita licik sepertimu!" Arlen berlalu meninggalkan Jovanka. Jovanka yang membutuhkan bantuan Arlen lantas menarik tangannya dan mencoba merayunya kembali. "Aku mohon, aku tidak punya cukup uang untuk menjalankan aksiku. Aku butuh bantuanmu untuk memisahkan Arnold dan Emily. Tidak gratis, aku akan membayarnya dengan tubuhku!" Ucapan Jovanka justru menyulut emosi Arlen. Dirinya semakin murka, bagaimana bisa dia jatuh cinta pada wanita murahan ini hingga membuat Emily menjauh darinya. "Dasar tidak tahu malu, kamu tidak punya harga diri. Jangankan harus membayar, diberi gratis pun aku tidak mau,dasar menjijikkan!" Arlen menghempaskan tangannya hingga Jovanka hampir terjatuh, un

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31

Bab terbaru

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 189. Aku Atau Ibumu?

    "Emily, bicaralah. Kalau Arnold sudah berubah, kau abaikan saja pesan mendiang ibumu." "Aku mencintainya, Sera!" Bulir bening itu akhirnya jatuh juga, Emily tahu Arnold bersalah, tapi rasa cintanya yang begitu besar membuatnya mengabaikan semuanya. Sera kembali memeluk erat Emily dan mengusap pundaknya pelan. "Kau yang menjalaninya, kau tahu mana yang terbaik untukmu, Emily. Kalau kau bilang dia sudah berubah, tidak ada salahnya kau memberinya kesempatan." Sera mencoba untuk bijak, walaupun sebenarnya dia tidak setuju Emily kembali kepada Arnold. Bagi Sera, salah Arnold terlalu banyak dan tak termaafkan. "Sera, apa ibuku meninggalkan pesan yang lain?" Sera menggeleng pelan. "Tidak ada, hanya itu. Tapi dia bilang sangat merindukanmu, dia ingin bertemu denganmu saat itu. Ngomong-ngomong kamu kabur kemana?" "Aku keluar Kota, aku bersembunyi tapi akhirnya aku terpaksa keluar karena uangku habis. Ini salahku, Sera. Harusnya aku tidak lari kalau ujung ujungnya begini. Arnold m

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 188. Pesan Mendiang Ibu Emily

    Emily tersenyum kecut, perasaan pahit manis mengaduk di benaknya. Ia tahu betul, kejadian waktu itu pasti masih membekas di kepala Sera—cukup membuatnya enggan menginjakkan kaki di rumahnya lagi. 'Kau mau bertemu di mana? Di rumah makan ku?' tanyanya, mencoba terdengar ringan meski hatinya cemas. 'Bagaimana kalau di luar, di tempat yang agak sepi karena aku ingin menyampaikan sesuatu yang cukup penting.' Alis Emily spontan berkerut, kecurigaan langsung menyusup. 'Menyampaikan apa?' 'Tidak bisa melalui telepon.' Jawaban itu justru membuat rasa penasaran Emily semakin menguat, seperti ada kabut yang menutupi sesuatu yang besar. 'Oke kalau begitu di taman, aku rasa jam-jam sekarang masih sepi.' 'Oke, aku tunggu, save nomorku Emily. Aku on the way sekarang!' 'Baiklah.' Sambungan telepon terputus. Emily menatap layar ponselnya sejenak, lalu menghela napas. "Apa yang ingin Sera sampaikan, sepenting apa sampai-sampai dia menolak ke tempat ramai?" gumamnya pelan, nyaris seperti

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 187. Bisakah Kita Bertemu Di luar?

    Pertanyaan itu sebetulnya sudah Arnold tahu jawabannya, namun entah mengapa, tetap keluar dari mulutnya. "Menurutmu?" Emily membalikkan pertanyaan dengan nada tenang tapi penuh makna. "Tentu saja marah!" jawab Arnold cepat. Ia cukup sadar diri, menyadari rentetan kesalahan yang pernah diperbuatnya. Emily tersenyum simpul, senyum yang tak bisa dibaca seluruhnya—ada luka, ada penerimaan. "Itu sudah tahu, kenapa masih bertanya?" Arnold menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis, senyum yang menyembunyikan getir. "Aku hanya ingin mendengarnya langsung dari mulutmu," katanya pelan sambil meraih jemari istrinya, menggenggam hangat, lalu mengecupnya seolah meminta maaf lagi dan lagi, tanpa kata. Emily memandang Arnold, tak ada kemarahan di matanya, hanya ketegaran. "Bohong kalau aku bilang tidak marah. Tapi cintaku untukmu terlalu besar, sampai-sampai aku bisa memaafkanmu tanpa batas. Mungkin, bagi sebagian orang aku sangat bodoh. Mau menikah dengan laki-laki yang pernah menghancurkan

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 186. Mengikhlaskan

    Arnold mundur dua langkah, napasnya tercekat saat melihat darah mengalir di kaki Emily. Pemandangan itu membuatnya seolah terpaku, namun dalam sekejap naluri melindunginya mengambil alih. Dia segera menghampiri, menunduk, lalu memegangi tubuh istrinya dengan cermat dan hati-hati. Ia mendudukkannya perlahan di atas toilet, takut kalau gerakan sekecil apa pun bisa menyakitinya lebih dari yang sudah terjadi. Jantung Arnold berdebar hebat, lebih cepat dari biasanya. Ini pertama kalinya dia menyaksikan siklus haid seorang perempuan secara langsung, dan di benaknya, darah yang keluar seharusnya tidak sebanyak itu. Pikirannya sempat panik, mencemaskan yang terburuk. "Apa ini menyakitkan?" tanyanya dengan suara serak, nyaris berbisik, penuh kecemasan, sambil tetap memandangi darah merah segar yang mengalir di sela-sela kaki Emily. Emily mengatur napasnya, pelan-pelan, berusaha menenangkan diri. "Sedikit nyeri," jawabnya lirih. Arnold segera menarik shower, menyetel air hangat, dan mulai m

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 185. Anak Kita...

    "Apa harus sekarang?" tanya Emily dengan suara nyaris tak terdengar, sorot matanya kosong, menatap hampa ke arah bungkusan kecil berwarna putih pucat yang tergeletak di atas meja. Obat itu tampak tak berbahaya, namun ia tahu betul bahwa satu tablet kecil itu bisa membersihkan rahimnya dalam sekejap—mengakhiri harapannya, menghentikan denyut kecil yang kini masih ada di dalam perutnya. Arnold menatap Emily dengan penuh simpati, matanya mengandung kecemasan dan kesedihan yang tak terucap. Ia menggenggam jemari istrinya yang saling meremas erat di atas pahanya, mencoba menyalurkan ketenangan lewat sentuhan hangatnya. "Ingat kata Dokter, lebih cepat lebih baik. Menundanya hanya akan membuatmu semakin susah untuk melepasnya. Yakinlah, ini yang terbaik." Suaranya terdengar lembut namun tegas, mencoba menjadi jangkar di tengah badai perasaan yang melanda istrinya. Emily diam. Pikirannya melayang-layang, hatinya campur aduk. Galau tak cukup untuk menggambarkan perasaannya—ini lebih dari se

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 184. Apa Kau Siap?

    Arnold menghela napas panjang, berat dan tertahan, seolah ingin mengusir penat yang menggumpal di dadanya. Sorot matanya menatap tajam namun penuh kasih, menekuri wajah istrinya yang tengah dilanda gejolak emosi. Emily sedang tidak stabil, dan itu berarti dia harus menyiapkan diri untuk lebih sabar, lebih kuat. Ia tahu, mencintai seseorang bukan hanya saat segalanya berjalan baik, tapi justru saat badai datang menghantam. "Kalau aku hanya mencintai janin kita, aku akan membiarkanmu mengandungnya dan setelah kau tiada, maka aku mencari penggantimu!" ucap Arnold dengan nada bergetar, suaranya menggema di antara keheningan kamar yang temaram. Kata-kata itu memukul perasaan Emily. Tangisnya kembali pecah, seperti bendungan yang tak mampu lagi menahan derasnya air. Ia sendiri bingung dengan segala perasaannya. Ada cinta, ada ketakutan, ada rasa bersalah, dan ada luka lama yang belum sembuh. Kehamilan membuat emosinya mendadak labil. Ia merasa seperti kehilangan kendali atas dirinya sendi

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 183. Kau Tidak Mencintai Bayi Kita

    Arnold mengambil surat itu. Dengan teliti ia membaca seluruh isi dokumen, memastikan setiap kata dan konsekuensinya. Setelah memahami sepenuhnya, ia menarik napas panjang, seolah ingin mengumpulkan seluruh keberaniannya, lalu akhirnya membubuhkan tanda tangannya di bawah lembaran surat persetujuan itu. Tangannya sedikit bergetar saat menyelesaikannya, namun tidak ada keraguan dalam goresan tinta itu—hanya ketulusan dan pengorbanan. "Oke, saya salut dengan kalian. Ini bukti cinta Tuan Arnold ke Nyonya Emily. Kalau Tuan Arnold bersikeras mempertahankan janinnya, itu artinya Tuan Arnold hanya cinta buah hatinya, bukan ibunya!" Kalimat Dokter Natasha meluncur dengan ketegasan penuh makna. Namun, ucapan itu tak serta-merta membuat Emily merasa tersanjung. Hatinya masih diliputi rasa hampa dan perih. Kenyataan bahwa ia harus mengorbankan janin yang baru tumbuh dalam rahimnya begitu berat untuk diterima. Setelah menyimpan surat pernyataan yang sudah ditandatangani Arnold, Dokter Nata

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 182. Obat Pembersih Rahim?

    Dokter Natasha menghentikan ucapannya sejenak, membiarkan suasana hening menyelimuti ruangan. Tatapannya bergantian mengamati Arnold dan Emily, seolah mencari tanda-tanda keraguan atau ketegasan dari kedua pasiennya. Keduanya tampak berusaha tenang. Tidak ada reaksi terkejut yang berlebihan—wajar, karena mereka sudah mengetahui kemungkinan ini sebelumnya, meski tetap saja bayangan kenyataan itu terasa berat. "Mumpung usia kandungannya masih muda, saya sarankan sebaiknya kita bersihkan dulu rahimnya dan obati lukanya," ujar Dokter Natasha dengan suara datar namun penuh kehati-hatian. Arnold mengangguk sedikit, mencoba mencerna setiap kata. Namun kemudian, dengan suara yang terdengar lebih berat daripada biasanya, ia bertanya, "Kalau kami ingin mempertahankan janinnya, apa risiko yang mungkin akan istri saya hadapi, Dokter?" Dokter Natasha menautkan kedua tangan di atas meja sebelum menjawab, tatapannya menjadi lebih serius. "Kalau lukanya tidak diobati dan terus ditekan oleh

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 181. Luka Yang Cukup Dalam

    Arnold dan Emily bergegas menghampiri Angel dan seorang laki-laki yang berdiri menghadap Angel. Dari kejauhan, yang terlihat hanya rambut hitam rapi dan punggungnya yang tegap, memberi kesan penuh wibawa namun asing di mata mereka. "Angel!" panggil Arnold dengan nada penuh kecemasan. Angel menoleh cepat ketika mendengar namanya. Sontak, dia berdiri, dengan tangan yang masih erat menggenggam tangan laki-laki di hadapannya. Ekspresi Angel terlihat campur aduk—terkejut sekaligus bersalah. Laki-laki itu juga menoleh, menampakkan wajah yang segera membuat Arnold terperangah. "Alex!" desis Arnold dengan rahang mengeras. Langkah Arnold semakin cepat, penuh emosi. Tanpa berpikir panjang, ia menarik keras kerah kemeja Alex, hingga membuat Angel memekik panik. "Kak, lepasin!" teriak Angel sambil berusaha keras menarik tangan Arnold yang mencengkram Alex dengan penuh amarah. Emily yang shock segera bergerak, meraih tubuh Arnold dan menggenggam jemari suaminya yang mengepal, siap menghanta

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status