Share

Bab 111. Sepucuk Surat

Penulis: Silvania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-31 14:05:49

"Apa maksudmu?"

Arlen menatap Jovanka dengan tatapan jijik. Wanita ini ada di mana mana, kemarin dia mendatangi Arlen ke SBC, hari ini dia ke rumah Emily.

"Aku dan kamu punya keinginan yang sama, tidak salahnya kita bekerja sama bukan?"

"Kau bekerja saja sendiri, aku tidak sudi bekerja sama dengan wanita licik sepertimu!"

Arlen berlalu meninggalkan Jovanka. Jovanka yang membutuhkan bantuan Arlen lantas menarik tangannya dan mencoba merayunya kembali.

"Aku mohon, aku tidak punya cukup uang untuk menjalankan aksiku. Aku butuh bantuanmu untuk memisahkan Arnold dan Emily. Tidak gratis, aku akan membayarnya dengan tubuhku!"

Ucapan Jovanka justru menyulut emosi Arlen. Dirinya semakin murka, bagaimana bisa dia jatuh cinta pada wanita murahan ini hingga membuat Emily menjauh darinya.

"Dasar tidak tahu malu, kamu tidak punya harga diri. Jangankan harus membayar, diberi gratis pun aku tidak mau,dasar menjijikkan!"

Arlen menghempaskan tangannya hingga Jovanka hampir terjatuh, un
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 112. Aku Akan Melepaskannya

    "Laki-laki yang tadi mengejar Nona." "Buang saja!" Emily keluar dari ruang penyimpanan dan mengintip dari balik tirai pembatas. Sepi, tidak ada lagi orang di luar. "Tuan itu bilang Nona harus membacanya, kalau tidak, dia akan mengirimkan surat ini setiap hari." Emily menggertakkan giginya saking kesal. Diambilnya surat yang dipegang oleh kasir rumah makannya. Emily kembali duduk di meja kasir dan membacanya. "Saat kau membaca surat ini, aku sudah pergi meninggalkan istriku yang cantik. Sayang, terima kasih makan siangnya. Hari ini adalah hari ulang tahunku, makan masakanmu adalah kado terindah di hari spesial ini. Aku mencintaimu, Nyonya Arnold Edgar." "Cih, gombalan tidak bermutu. Aku pikir dia akan bilang tidak akan lagi menggangguku." Emily meremas surat yang Arnold tulis dan melemparkannya ke bak sampah. "Kita tutup lebih cepat hari ini. Mood-ku sedang jelek." Kelima karyawannya saling bertatap, baru kali ini bos mereka bersikap aneh. Setelah menutup rumah makannya, Emi

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 113. Melepas Walau Berat

    "Baik, Tuan!" Robert pasrah dengan keputusan yang dibuat oleh Arnold. Robert percaya bahwa apa pun yang diputuskan oleh Arnold pasti sudah dipikirkan dengan matang oleh sang bos. "Belajar melepaskannya, walaupun berat. Aku percaya, kalau memang dia jodohku, kami pasti akan bersama lagi." "Yang Tuan katakan benar. Siapa tahu, saat status kalian berubah, cinta itu justru hadir di hati Nyonya." "Semoga saja. Sekarang antarkan aku ke rumah. Aku harus mengambil surat pernikahan kami dan surat perjanjian kontrak. Aku akan memberikan semua haknya sebagai istriku." --- Sementara itu, di rumah makannya, setelah puas menumpahkan kesedihannya, Emily akhirnya keluar dari ruang penyimpanan. Emily duduk di belakang meja kasir sambil mengecek stok bahan yang masih tersedia. Ia mencoba untuk acuh, tetapi perkataan Robert tadi siang cukup membuat mood-nya berantakan. Bukankah Emily tidak bersalah? Arnold yang bersalah. Seharusnya dia yang mendapatkan ganjaran atas perbuatannya. Wakt

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 114. Lepaskan, Jangan Digenggam

    Guntur bersahutan disertai kilat yang menyambar di langit malam Kota London. Arnold baru saja sampai di hotel ketika hujan lebat mengguyur. "Kenapa perasaanku tidak enak?" gumamnya sambil melepas jas yang basah terkena rintik hujan. Arnold memikirkan Emily, istrinya. Bagaimana dia pulang kalau hujan lebat seperti ini? Biasanya, sepulang kerja, Arnold menunggu Emily hingga rumah makannya tutup dan Emily kembali ke apartemennya yang memang tidak begitu jauh. "Robert, antar aku ke rumah makan Emily. Perasaanku mendadak tidak tenang, aku takut Emily tidak bisa pulang!" Robert menoleh sebentar sebelum mengangguk. "Baik, Tuan." Dia kembali menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya menuju rumah makan. "Kalau masih cinta, sebaiknya dipikir-pikir lagi, Tuan. Nanti menyesal kalau sudah bercerai," kata Robert sambil tetap fokus mengemudi. Arnold tersenyum tipis. "Justru karena cinta makanya aku menceraikannya. Emily menginginkan perceraian itu. Bukankah cinta tidak harus memil

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 115. Hutang Budi

    Arnold terhuyung, namun tidak jatuh. Matanya tetap menyala penuh kemarahan. "Kau... akan menyesal..." geramnya sambil menahan sakit. Dengan sekuat tenaga, Arnold berbalik dan menghantam preman itu dengan siku hingga tersungkur. Robert melayangkan pukulan telaknya hingga membuat penjahat itu terkapar. Sirene polisi terdengar di kejauhan, setelah memastikan penjahatnya sudah aman di tangan polisi. Robert kembali berlari ke dalam dan mendapati Arnold terduduk sambil memegangi pinggangnya yang berlumuran darah. "Kita harus bertahan sedikit lagi," ujar Robert dengan napas memburu. "Emily, tolong buka ikatannya," pinta Arnold lirih. Robert mengambil pisau yang ada di meja kasir dan memotong ikatan tangan dan kaki Emily. Arnold mencoba berdiri sambil menahan perih. Dia hendak mengangkat Emily namun Robert menahan tangannya. "Biar saya saja, Tuan." Arnold menepis tangan Robert. "Jangan sentuh istriku, aku masih sanggup mengangkatnya!" Beberapa anggota kepolisian masuk dan membo

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 116. Resmi Bercerai

    Melihat Emily berhenti, Nyonya Ruby ikut berhenti dan saat menyadari sayup terdengar suara Arnold, Nyonya Ruby langsung mengalihkan perhatian Emily. "Sebelum pulang apa ada yang mau Emily beli? Misalnya makanan atau apa?" Fokus Emily terpecah dan Arnold juga sudah tidak berbicara. Emily menggeleng, "Ma, apa Arnold belum datang? Maksud Emily apa dia tidak ke sini?" Emily akhirnya kembali bertanya. "Arnold belum menghubungi Mama sejak tadi, Nak. Nanti Mama telpon dia." "Jangan, Ma. Tidak usah, mungkin dia sedang sibuk." Emily kembali melanjutkan langkah kakinya menuju lift. Dia membuang jauh pikiran buruknya, 'tidak mungkin Arnold sedang dirawat, dia pasti sedang sibuk,' batinnya. Sesampainya di kediaman Nyonya Ruby. Emily dibawa ke kamar yang sudah di siapkan oleh Nyonya Ruby. Kamar yang seharusnya di tempati oleh Emily dan Arnold. Tapi karena Arnold tadi malam mengisyaratkan perpisahan dengan alasan yang cukup masuk akal, Nyonya Ruby akhirnya pasrah, setidaknya sampai d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 117. Masing-masing

    Emily menangis tersedu, meratapi kerasnya hatinya selama ini. Nyata benar adanya, setelah kehilangan, barulah ia merasakan bahwa cinta itu masih ada. Hanya saja, selama ini tertutup oleh kebencian. "Emily, tenang dulu, Sayang." Nyonya Ruby mengusap puncak kepalanya dan mengecupnya dengan penuh kasih sayang. "Biarkan Emily menumpahkan kegundahan hatinya, Ma. Biar dia lega," ucap Papa William. Nyonya Ruby mengangguk dan membiarkan Emily menjadikan pundaknya sebagai tempat bersandar. Setelah tangisannya reda, Emily menarik napas dalam-dalam berulang kali, berusaha menenangkan diri. Ia meraup oksigen sebanyak-banyaknya agar detak jantungnya kembali stabil. "Ma, maafkan Emily. Emily terbawa perasaan." "Tidak apa-apa, Sayang. Mama mengerti." Emily memejamkan matanya sesaat sebelum meraih pulpen yang ditinggalkan Arnold. Dengan hati yang mantap, ia menandatangani dokumen itu. "Arnold ingin kamu tetap tinggal di sini. Di luar kurang aman, Sayang." Emily menggeleng. "Tidak bisa, Ma. K

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 118 Seandainya...

    "Arnold!" Arnold menatapnya dengan tatapan penuh damba. Mantan suaminya terlihat lebih berisi, menandakan dia bahagia saat mereka sudah berpisah, bukankah begitu? "Emily." Arnold berdiri dan mengulurkan tangannya. Sempat bingung, Emily tidak langsung menerima uluran tangan Arnold. Arnold pun menarik kembali tangannya. "Apa kabar? Kau semakin cantik," pujinya. Netranya masih menatap lekat wajah Emily yang semakin cantik. Bercerai darinya ternyata membuat Emily benar-benar bahagia. "Baik, bagaimana kabarmu?" tanya Emily balik. "Seperti yang kau lihat." Setelahnya keduanya tampak canggung karena pikiran jelek mencemari otak masing-masing. Terlebih Arnold, melihat Emily tampak dekat dengan laki-laki yang bernama Alex, membuatnya cemburu tapi apa dia berhak untuk cemburu? Bukankah tadi dia sendiri yang bilang bahwa Emily berhak untuk bahagia. "Silahkan makan, aku kebelakang dulu." Emily tersenyum sebelum berlalu, jantungnya mendadak berdebar kala Arnold balas terseny

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 119 Tantangan

    Perkataan Arnold terpotong saat handphone Emily berdering. "Tunggu sebentar." Emily beranjak dari duduknya dan mengangkat telponnya. 'Ya, Alex.' Mendengar nama Alex, selera makan Arnold mendadak hilang. Namun demi menghargai Emily yang sudah memasak untuknya, Arnold pun menghabiskan makanannya. Setelah makannya selesai, Arnold bergegas keluar dan mencoba menghidupi mobil Emily. "Bisa?" Entah kapan Emily berdiri di samping pintu. "Tidak mau menyala sama sekali. Kemungkinan besar akinya." Arnold kembali menatap jam di pergelangan tangannya. "Bengkel sudah tutup, besok baru bisa memanggil mereka kesini." Arnold keluar dari mobil dan memberikan kuncinya kembali kepada Emily. "Mau aku antarkan pulang?" Pertanyaan klasik yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan. "Tapi aku takut ada yang marah," sindir Arnold. Mendengar mantan suaminya tampak seperti sedang cemburu, membuat Emily tersenyum simpul. "Aku bebas, tidak ada yang marah!" Seulas senyum terbit di bibir Arn

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03

Bab terbaru

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 189. Aku Atau Ibumu?

    "Emily, bicaralah. Kalau Arnold sudah berubah, kau abaikan saja pesan mendiang ibumu." "Aku mencintainya, Sera!" Bulir bening itu akhirnya jatuh juga, Emily tahu Arnold bersalah, tapi rasa cintanya yang begitu besar membuatnya mengabaikan semuanya. Sera kembali memeluk erat Emily dan mengusap pundaknya pelan. "Kau yang menjalaninya, kau tahu mana yang terbaik untukmu, Emily. Kalau kau bilang dia sudah berubah, tidak ada salahnya kau memberinya kesempatan." Sera mencoba untuk bijak, walaupun sebenarnya dia tidak setuju Emily kembali kepada Arnold. Bagi Sera, salah Arnold terlalu banyak dan tak termaafkan. "Sera, apa ibuku meninggalkan pesan yang lain?" Sera menggeleng pelan. "Tidak ada, hanya itu. Tapi dia bilang sangat merindukanmu, dia ingin bertemu denganmu saat itu. Ngomong-ngomong kamu kabur kemana?" "Aku keluar Kota, aku bersembunyi tapi akhirnya aku terpaksa keluar karena uangku habis. Ini salahku, Sera. Harusnya aku tidak lari kalau ujung ujungnya begini. Arnold m

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 188. Pesan Mendiang Ibu Emily

    Emily tersenyum kecut, perasaan pahit manis mengaduk di benaknya. Ia tahu betul, kejadian waktu itu pasti masih membekas di kepala Sera—cukup membuatnya enggan menginjakkan kaki di rumahnya lagi. 'Kau mau bertemu di mana? Di rumah makan ku?' tanyanya, mencoba terdengar ringan meski hatinya cemas. 'Bagaimana kalau di luar, di tempat yang agak sepi karena aku ingin menyampaikan sesuatu yang cukup penting.' Alis Emily spontan berkerut, kecurigaan langsung menyusup. 'Menyampaikan apa?' 'Tidak bisa melalui telepon.' Jawaban itu justru membuat rasa penasaran Emily semakin menguat, seperti ada kabut yang menutupi sesuatu yang besar. 'Oke kalau begitu di taman, aku rasa jam-jam sekarang masih sepi.' 'Oke, aku tunggu, save nomorku Emily. Aku on the way sekarang!' 'Baiklah.' Sambungan telepon terputus. Emily menatap layar ponselnya sejenak, lalu menghela napas. "Apa yang ingin Sera sampaikan, sepenting apa sampai-sampai dia menolak ke tempat ramai?" gumamnya pelan, nyaris seperti

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 187. Bisakah Kita Bertemu Di luar?

    Pertanyaan itu sebetulnya sudah Arnold tahu jawabannya, namun entah mengapa, tetap keluar dari mulutnya. "Menurutmu?" Emily membalikkan pertanyaan dengan nada tenang tapi penuh makna. "Tentu saja marah!" jawab Arnold cepat. Ia cukup sadar diri, menyadari rentetan kesalahan yang pernah diperbuatnya. Emily tersenyum simpul, senyum yang tak bisa dibaca seluruhnya—ada luka, ada penerimaan. "Itu sudah tahu, kenapa masih bertanya?" Arnold menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis, senyum yang menyembunyikan getir. "Aku hanya ingin mendengarnya langsung dari mulutmu," katanya pelan sambil meraih jemari istrinya, menggenggam hangat, lalu mengecupnya seolah meminta maaf lagi dan lagi, tanpa kata. Emily memandang Arnold, tak ada kemarahan di matanya, hanya ketegaran. "Bohong kalau aku bilang tidak marah. Tapi cintaku untukmu terlalu besar, sampai-sampai aku bisa memaafkanmu tanpa batas. Mungkin, bagi sebagian orang aku sangat bodoh. Mau menikah dengan laki-laki yang pernah menghancurkan

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 186. Mengikhlaskan

    Arnold mundur dua langkah, napasnya tercekat saat melihat darah mengalir di kaki Emily. Pemandangan itu membuatnya seolah terpaku, namun dalam sekejap naluri melindunginya mengambil alih. Dia segera menghampiri, menunduk, lalu memegangi tubuh istrinya dengan cermat dan hati-hati. Ia mendudukkannya perlahan di atas toilet, takut kalau gerakan sekecil apa pun bisa menyakitinya lebih dari yang sudah terjadi. Jantung Arnold berdebar hebat, lebih cepat dari biasanya. Ini pertama kalinya dia menyaksikan siklus haid seorang perempuan secara langsung, dan di benaknya, darah yang keluar seharusnya tidak sebanyak itu. Pikirannya sempat panik, mencemaskan yang terburuk. "Apa ini menyakitkan?" tanyanya dengan suara serak, nyaris berbisik, penuh kecemasan, sambil tetap memandangi darah merah segar yang mengalir di sela-sela kaki Emily. Emily mengatur napasnya, pelan-pelan, berusaha menenangkan diri. "Sedikit nyeri," jawabnya lirih. Arnold segera menarik shower, menyetel air hangat, dan mulai m

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 185. Anak Kita...

    "Apa harus sekarang?" tanya Emily dengan suara nyaris tak terdengar, sorot matanya kosong, menatap hampa ke arah bungkusan kecil berwarna putih pucat yang tergeletak di atas meja. Obat itu tampak tak berbahaya, namun ia tahu betul bahwa satu tablet kecil itu bisa membersihkan rahimnya dalam sekejap—mengakhiri harapannya, menghentikan denyut kecil yang kini masih ada di dalam perutnya. Arnold menatap Emily dengan penuh simpati, matanya mengandung kecemasan dan kesedihan yang tak terucap. Ia menggenggam jemari istrinya yang saling meremas erat di atas pahanya, mencoba menyalurkan ketenangan lewat sentuhan hangatnya. "Ingat kata Dokter, lebih cepat lebih baik. Menundanya hanya akan membuatmu semakin susah untuk melepasnya. Yakinlah, ini yang terbaik." Suaranya terdengar lembut namun tegas, mencoba menjadi jangkar di tengah badai perasaan yang melanda istrinya. Emily diam. Pikirannya melayang-layang, hatinya campur aduk. Galau tak cukup untuk menggambarkan perasaannya—ini lebih dari se

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 184. Apa Kau Siap?

    Arnold menghela napas panjang, berat dan tertahan, seolah ingin mengusir penat yang menggumpal di dadanya. Sorot matanya menatap tajam namun penuh kasih, menekuri wajah istrinya yang tengah dilanda gejolak emosi. Emily sedang tidak stabil, dan itu berarti dia harus menyiapkan diri untuk lebih sabar, lebih kuat. Ia tahu, mencintai seseorang bukan hanya saat segalanya berjalan baik, tapi justru saat badai datang menghantam. "Kalau aku hanya mencintai janin kita, aku akan membiarkanmu mengandungnya dan setelah kau tiada, maka aku mencari penggantimu!" ucap Arnold dengan nada bergetar, suaranya menggema di antara keheningan kamar yang temaram. Kata-kata itu memukul perasaan Emily. Tangisnya kembali pecah, seperti bendungan yang tak mampu lagi menahan derasnya air. Ia sendiri bingung dengan segala perasaannya. Ada cinta, ada ketakutan, ada rasa bersalah, dan ada luka lama yang belum sembuh. Kehamilan membuat emosinya mendadak labil. Ia merasa seperti kehilangan kendali atas dirinya sendi

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 183. Kau Tidak Mencintai Bayi Kita

    Arnold mengambil surat itu. Dengan teliti ia membaca seluruh isi dokumen, memastikan setiap kata dan konsekuensinya. Setelah memahami sepenuhnya, ia menarik napas panjang, seolah ingin mengumpulkan seluruh keberaniannya, lalu akhirnya membubuhkan tanda tangannya di bawah lembaran surat persetujuan itu. Tangannya sedikit bergetar saat menyelesaikannya, namun tidak ada keraguan dalam goresan tinta itu—hanya ketulusan dan pengorbanan. "Oke, saya salut dengan kalian. Ini bukti cinta Tuan Arnold ke Nyonya Emily. Kalau Tuan Arnold bersikeras mempertahankan janinnya, itu artinya Tuan Arnold hanya cinta buah hatinya, bukan ibunya!" Kalimat Dokter Natasha meluncur dengan ketegasan penuh makna. Namun, ucapan itu tak serta-merta membuat Emily merasa tersanjung. Hatinya masih diliputi rasa hampa dan perih. Kenyataan bahwa ia harus mengorbankan janin yang baru tumbuh dalam rahimnya begitu berat untuk diterima. Setelah menyimpan surat pernyataan yang sudah ditandatangani Arnold, Dokter Nata

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 182. Obat Pembersih Rahim?

    Dokter Natasha menghentikan ucapannya sejenak, membiarkan suasana hening menyelimuti ruangan. Tatapannya bergantian mengamati Arnold dan Emily, seolah mencari tanda-tanda keraguan atau ketegasan dari kedua pasiennya. Keduanya tampak berusaha tenang. Tidak ada reaksi terkejut yang berlebihan—wajar, karena mereka sudah mengetahui kemungkinan ini sebelumnya, meski tetap saja bayangan kenyataan itu terasa berat. "Mumpung usia kandungannya masih muda, saya sarankan sebaiknya kita bersihkan dulu rahimnya dan obati lukanya," ujar Dokter Natasha dengan suara datar namun penuh kehati-hatian. Arnold mengangguk sedikit, mencoba mencerna setiap kata. Namun kemudian, dengan suara yang terdengar lebih berat daripada biasanya, ia bertanya, "Kalau kami ingin mempertahankan janinnya, apa risiko yang mungkin akan istri saya hadapi, Dokter?" Dokter Natasha menautkan kedua tangan di atas meja sebelum menjawab, tatapannya menjadi lebih serius. "Kalau lukanya tidak diobati dan terus ditekan oleh

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 181. Luka Yang Cukup Dalam

    Arnold dan Emily bergegas menghampiri Angel dan seorang laki-laki yang berdiri menghadap Angel. Dari kejauhan, yang terlihat hanya rambut hitam rapi dan punggungnya yang tegap, memberi kesan penuh wibawa namun asing di mata mereka. "Angel!" panggil Arnold dengan nada penuh kecemasan. Angel menoleh cepat ketika mendengar namanya. Sontak, dia berdiri, dengan tangan yang masih erat menggenggam tangan laki-laki di hadapannya. Ekspresi Angel terlihat campur aduk—terkejut sekaligus bersalah. Laki-laki itu juga menoleh, menampakkan wajah yang segera membuat Arnold terperangah. "Alex!" desis Arnold dengan rahang mengeras. Langkah Arnold semakin cepat, penuh emosi. Tanpa berpikir panjang, ia menarik keras kerah kemeja Alex, hingga membuat Angel memekik panik. "Kak, lepasin!" teriak Angel sambil berusaha keras menarik tangan Arnold yang mencengkram Alex dengan penuh amarah. Emily yang shock segera bergerak, meraih tubuh Arnold dan menggenggam jemari suaminya yang mengepal, siap menghanta

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status