"Kita memang nikah kontrak, tapi semua dilakukan secara real. Ayo turun!" ajak Cyra membuka pintu mobil Alby.
Dengan terpaksa, Alby pun turun dari mobilnya dan menemui kedua orang tua Cyra. Kali ini, Cyra lebih agresif dibandingkan dirinya saat mengajak Cyra menemui orang tuanya.Cyra terus menggenggam tangan Alby, sampai mereka bertemu dengan kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang makan."Ma, Pa kenalin. Pacar Cyra yang selama ini Cyra sembunyikan dari kalian" ucapnya dengan tegas."Oh, dia yang selalu ajak kamu pergi tengah malam?" tanya mamanya.Kali ini Alby terkejut karena ia tidak tau apa-apa tentang masalahnya pergi keluar malam bersama siapa. Ia pun bingung harus berkata apa, sebelumnya Cyra tidak mengatakan apapun kepadanya."Itu tidak penting, yang terpenting aku akan segera menikah dengannya. Minggu depan" ucapnya.Spontan, keduanya pun tersedak makanan masing-masing karena mendengar ucapan Cyra. Pasalnya mereka memiliki perjanjian dengan seseorang yang memberikan pinjaman kepada keluarganya dan Cyra lah sebagai jaminannya.Selama ini, Cyra pergi keluar hanya untuk menenangkan dirinya. Ia pun tidak bisa membantu melunasi semua hutang kedua orang tuanya dari hasil butiknya."Kalian serius akan menikah?" tanya Papanya meneguk secangkir air putih. "Kamu tidak lupa kan Cyra dengan perjanjian keluarga kita? Kamu tidak sedang menghindarkan?" sambungnya.Cyra tampak cemas, ia pun menarik nafasnya dengan panjang. "Ini pilihan Cyra, dan perjanjian itu tanggung jawab kalian bukan tanggung jawabku!" tegasnya.Alby semakin bingung dan penasaran, kenapa Cyra ingin keluar dari rumah yang tampaknya terasa nyaman untuk tempat tinggal.Setelah membawa Alby masuk, Cyra pun kembali mengantarkannya keluar dari rumahnya. "Sudah, tugasmu selesai" ucapnya.Lagi-lagi Alby di buatnya heran, mengapa saat di jemput di butik sangat manis, sedangkan saat sampai dirumah, Cyra seperti memiliki kepribadian ganda."Yasudah, sampai ketemu besok. Kita akan mengurus semua pernikahan mulai besok pagi" ucap Alby sebelum masuk kedalam mobilnya.Cyra hanya mengangguk, lalu Alby pun masuk kedalam mobilnya dengan perasaan yang lega. Akhirnya permintaan kedua orangtuanya akan segera terkabulkan dan dirinya akan kembali bekerja seperti biasa."Kembalilah bekerja mulai besok" isi pesan dari Hartana kepada Alby. Membaca pesan itu, membuat Alby sangat bahagia.***Hari ini, Alby kembali melakukan aktivitasnya, bekerja. Selama bekerja, ia sama sekali tidak pernah mengeluh. Bahkan ia sangat menikmati pekerjaannya, sampai-sampai, hari ini ia pun lupa dengan janjinya untuk pergi bersama Cyra mengurus semua persiapan pernikahan mereka.Cyra menunggu Alby sampai sore tiba, tetapi ia tidak mendapatkan kabar apapun dari Alby. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya lebih dulu padanya."By, gimana hari ini. Gak jadi?" pesan yang dikirimkan oleh Cyra.Saat membaca pesan itu, Alby baru ingat dengan janjinya kepada Cyra. "Astaga, kenapa bisa lupa" gumamnya menepak keningnya.Lalu Alby pun segera membereskan meja kerjanya dan menutup laptopnya. Ia langsung menuju parkiran mobil, dan mengendarainya menuju butik Cyra.Sesampainya di butik, Cyra pun masuk kedalam mobilnya dengan muka kesal. Ia sangat tidak suka dengan orang yang tidak menepati janjinya."Sorry, sorry. Di kantor banyak banget kerjaan" ucap Alby."Iya, santai aja" jawabnya dengan datar."Yasudah, kita kemana dulu sekarang?" tanya Alby."ketempat catering, untuk test food. Setelah itu cek lokasi, aku sudah hubungi semua orangnya" jawab Cyra."Oke, untuk dekorasi?" tanya Alby lagi."Untuk itu, aku serahkan semuanya pada WO. Mereka memiliki paketan yang sudah satu paket termasuk MUA dan dekorasi. Oh iya, aku kirim beberapa dekorasinya. Tinggal kamu pilih" jelasnya."Gak usah, semua kamu saja yang pilih. Aku bagian pembayarannya saja, kamu jangan mengeluarkan uangmu sedikit pun ya. Kalau ada pembayaran apapun, katakan saja kepadaku, biar aku yang urus semua itu" jawab Alby dengan pandangan yang fokus melihat jalanan yang sangat lancar.Sesampainya di lokasi, semua Alby serahkan pada Cyra. terkadang Cyra menggerutu karena semuanya ia yang pilihkan dan Alby hanya diam dan menjawabnya melalui anggukan kepalanya saja. "Dia yang mau nikah, gue yang repot""Capek banget cuma urus begituan doang" gumamnya setelah selesai mengurus semuanya."Aku enggak tuh" jawab Alby.Cyra langsung melirik ke arahnya dengan tatapan kesal. "Karena kamu tidak mengurus satupun, ayo pulang" ajaknya."Jangan lupa siapkan KTP, KK dan dokumen lain. untuk pendaftaran pernikahan kita di KUA. Besok aku akan mengurusnya" ucap Alby."Nah gitu dong, masa gue aja yang ngurus semuanya" gerutu Cyra.Alby hanya tersenyum mengangkat satu sudut bibirnya, tetapi dirinya tidak menjawab sama sekali ucapan Cyra.Satu hari sebelum pernikahan mereka dilaksanakan, Alby dan Cyra memastikan semuanya sudah di urusnya seperti layaknya orang menikah pada umumnya.***"Sebentar lagi kontrak kita akan dimulai" Alby mengirimkan pesan itu saat tiba di hari pernikahan mereka. "Kamu siap?""Ya, aku siap. Akupun tidak sabar, sebentar lagi aku akan keluar dari rumah" balas Cyra.Saat ini Cyra dan Alby sedang mempersiapkan dirinya masing-masing sebelum acara akad dimulai. Cyra tampak cantik dan anggun menggunakan gaun pernikahan ala malaysia, begitupun dengan Alby yang memakai baju kurung ala malaysia.Tiba saatnya ijab kabul pun akan segera dimulai, Alby sudah duduk berada di kursi akadnya sambil berjabat tangan dengan Papanya Cyra. Sedangkan Cyra, dirinya menunggu di sebuah ruangan bersama dua sahabat dekatnya, Loly dan Intan."Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Alby Evano Wijaya bin Hartana Wijaya dengan anak saya yang bernama Cyra Ezlyn, dengan mas kawin berupa 50 gram logam mulia, 20 gram perhiasan emas, dan uang sebesar 100 juta dibayar tunai.” ucap Papa Cyra.Lalu Alby pun menjawabnya tanpa adanya jeda sama sekali. Tidak menyangka dirinya bisa selancar itu mengucapkan ijab kabul yang tidak pernah ia pelajari sebelumnya.Ucapan syukur pun langsung dipanjatkan oleh saksi nikah dan seluruh tamu undangan yang hadir. Begitupun dengan kedua orang tua Alby yang merasakan bahagia. Kini, anaknya resmi menikah.Tidak hanya Amara dan Hartana saja yang bahagia, Cyra pun merasakan bahagia setelah ijab kabul selesai. Akhirnya ia resmi menjadi istri Alby dan akan keluar dari rumah orang tua nya hari ini juga.Cyra yang sedari tadi diam didalam ruangan pun di tuntun keluar oleh kedua sahabatnya, untuk menemui Alby yang kini statusnya sudah menjadi suaminya."Akhirnya, temen gue nikah sama temen gue juga" ucap Aldo tertawa saat menghampiri Alby dan Cyra yang tengah berada di pelaminan."Nyusul lah makanya" sambung Eric menepak pundak Aldo."Santai dong, tau-tau sebar undangan aja kaya Alby" celetuk Aldo tersenyum."Udah ah, ayo kalo mau foto. Pegel nih, pengen cepet-cepet rebahan" ucap Alby.Akhirnya mereka pun mengabadikan moment bersama Alby dan Cyra tanpa pasangan masing-masing.Setelah akad selesai, dan satu persatu tamu pun pulang. Alby langsung mengajak Cyra pergi ke hotel yang telah disiapkan olehnya untuk menandatangani surat perjanjian pernikahan kontrak mereka.Didalam perjanjian itu berisi : Waktu pernikahan kontrak mereka hanya berlangsung satu tahun, Mereka berdua sepakat untuk tidak memiliki anak selama pernikahan kontrak itu berlangsung, tidak ada kata memakai hati selama pernikahan kontrak, tidak ada larangan apapun dari satu sama lain, dan jika salah satunya memiliki pasangan selama pernikahan kontrak, itu tidak masalah."Sepakat?" tanya Alby setelah menandatanganinya."Oke" jawab Cyra mengambil pulpen di tangan Alby, lalu dirinya pun menyusul menandatangani perjanjian itu.Keduanya berjabatan tangan dan tersenyum bersama.Saat malam tiba, Cyra sudah siap untuk pergi keluar sedangkan Alby sedang menatap layar laptopnya, mengerjakan pekerjaannya yang belum sempat ia selesaikan."Untuk malam ini, temani aku pergi yuk. Sebagai perayaan kebebasanku, mau kan?" tanya Cyra duduk di hadapan Alby.Alby pun menatapnya dengan dalam. Sebenarnya ia tidak mau kemana-mana malam ini, tetapi mengingat dirinya pun perlu merayakan pernikahan kontraknya itu. Akhirnya Alby menyetujuinya lalu menutup laptopnya untuk segera bersiap-siap."Terima kasih, ya. Sudah mau aku ajak pergi" ucap Cyra saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil."Sama-sama, kita kemana sekarang?" tanya Alby."Ke Bar" jawab Cyra memakai seat beltnya.Alby kembali terdiam sambil melirik kearah Cyra."Kenapa? ayo jalan" ajak Cyra.Baru saja mereka melaksanakan pernikahannya tadi pagi, malamnya Cyra malah mengajak Alby untuk pergi meminum minuman alkohol, sebagai tanda perayaan kebebasan dirinya yang tak lagi tinggal bersama kedua orang tuanya."Apa kamu pertama kali kesini?" tanya Cyra yang sudah meneguk beberapa cangkir minuman beralkohol."No, Tapi aku tidak suka tempat seperti ini" Jawab Alby.Alby memang tidak suka pergi ke tempat seperti itu, ia lebih suka pergi meminum kopi. Bahkan setelah Cyra meneguk beberapa cangkir, Alby tetap bertahan tidak minum sedikit pun."Kenapa tidak mau? ayolah minum, suamiku" ucapnya."Tidak, aku disini hanya menemanimu merayakan kebebasan" ucap Alby.Lalu Cyra pun pergi meninggalkannya sendirian, Alby benar-benar membiarkan Cyra pergi meninggalkannya. Sampai akhirnya Cyra kembali menghampirinya dengan keadaan mabuk berat.Alby sudah tidak tahan dengan tingkah nya yang tidak karuan, ia pun mengajaknya untuk segera pulang. Sampai di basement apartemen, Alby membiarkan Cyra untuk berjalan sendiri.Tetapi saat melihatnya jalan sempoyongan, Alby pun menggendongnya sampai mereka tiba di kamar. Entah kenapa, Cyra menarik tangan Alby sehingga Alby terjatuh dan menimpa dirinya.Alby menatapnya dengan sangat jelas, tak biasanya Alby merasakan jantungnya yang berdebar sangat kencang. Berkali-kali Alby pun menelan ludahnya sendiri."Tidur disini, di sampingku" ucap Cyra.Awalnya Alby hanya mengikuti ucapan Cyra untuk tidur di sampingnya sampai Cyra tertidur pulas. Tetapi ternyata, Alby lah yang malah tertidur di sampingnya. Sampai dirinya tidak sadar, kalau Cyra mulai menelusuri tubuhnya.Dengan tidak sadar, Cyra tersenyum menatap wajah Alby dan melanjutkan tindakannya sehingga Alby terbangun dan terkejut. "Astaga, Cyra" Bukannya menghentikannya, Cyra malah membuka bajunya dihadapan Alby. Kedua matanya terbelalak melihat pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat. Selama ini, ia hanya melihat layar komputer dan tumpukan berkas di ruang kerjanya. Cyra membuat Alby tidak bisa melakukan apa-apa selain diam, padahal Alby sangat ingat dengan perjanjian mereka. Tetapi Alby malah membiarkannya, sampai mereka melakukan hubungan badan tanpa menggunakan pengaman.Sinar matahari mulai masuk kedalam kamar Cyra, melalui jendela yang sengaja Alby buka sebelum ia keluar dari kamar itu.Saat Cyra terbangun, ia sudah memakai piyama dan dirinya sama sekali tidak mengingat kejadian semalam. "Ko aku disini" dengan mata yang menatap dinding kamarnya. Cyra langsung beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kama
"Jangan bilang kamu hamil anak orang lain, dan aku yang diminta untuk bertanggung jawab!" tegasnya membuat Cyra langsung menatap wajahnya.Nafasnya terhenti, Cyra merasa dirinya sangat rendah di mata Alby. "Aku tidak serendah itu Alby! bisa saja kamu masuk kedalam kamarku saat aku mabuk dan aku tidak sadar hal itu terjadi" Alby terdiam, ia merasa Cyra mengetahui itu tetapi ia tetap berusaha menyangkalnya. "Kapan? kapan aku masuk ke kamar kamu. Walaupun kita satu apartemen, apa aku pernah masuk kamar sembarangan? lagipula masih banyak wanita diluar sana yang bisa aku tiduri. Untuk apa meniduri mu, kita menikah hanya karena kontrak. Kamu lupa? mengobrol saja jarang, apalagi masuk ke kamar orang sembarangan" Cyra menatapnya dengan penuh amarah, lalu ia pun kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Alby pun menjadi tidak fokus menonton pertandingan bolanya setelah mendengar kabar Cyra hamil. "Bisa saja sebelum malam itu terjadi dia pernah tidur bersama laki-laki lain" pikirnya te
Baru saja, Alby keluar dari kantornya dan bergegas pulang ke sebuah apartemen, tempat ia tinggal. Tiba-tiba saja, ia mendapatkan telpon dari Papanya, Hartana. Handphonenya terus berdering, tetapi Alby tidak mengangkat telpon itu sama sekali. Ia sengaja tidak menerima telponnya dan memilih untuk membiarkan berdering berkali-kali, karena saat ini ia sedang malas berbicara dengan siapapun. Hartana pun terus menelponnya, sampai akhirnya Alby pun menyerah dan terpaksa menerima telpon itu."Iya, Pa. Kenapa? Alby lagi dijalan, baru pulang dari kantor" "Pulang ke rumah ya by, sekarang! Mama mau bicara sama kamu" ucap Hartana."Gak di telpon aja, Pa. Bicaranya? Alby capek banget hari ini" tolaknya. "Gak bisa! pulang ke rumah sekarang. Papa, dan Mama tunggu kamu disini!" tegas Hartana. "Oke, Alby kesana sekarang juga. Ya sudah Alby matikan telponnya ya, Pa" Dengan muka malas sambil menghela nafas, Alby pun mematikan telponnya. Ia memutar setir mobilnya dan berbalik arah menuju rumah orang
Alby tetap terdiam sambil memikirkan ucapan Aldo, dia mulai merasa tertarik dengan sarannya untuk menikah kontrak."Boleh juga sih sarannya, nanti gue pikir-pikir lagi deh. Kalo bisa cariin yang lebih bagusan" ucap Alby. "Itu udah bagus loh, anaknya cantik, pinter, mandiri. Minusnya ya cuma satu, masih suka keluyuran malam" jelas Aldo."Kalau mencari wanita untuk di jadikan istri, jangan yang suka keluar malam. Pasti dia banyak temen cowoknya, emang lo mau nikah sama cewek yang friendly ke semua cowok. Itu sih saran aja dari gue" ucap Eric memberi saran pada Alby dan Aldo."Loh, ini kan cuma buat nikah kontrak buat buktiin ke nyokap bokap nya Alby, kalo Alby juga mau nikah" tepis Aldo sedikit tidak suka dengan saran Eric. "Iya, ini mah gue cuma kasih saran aja buat lo berdua yang belum nikah. Sebrengsek-brengseknya kita, pasti gak mau kan kalo kerjaannya nikah cere nikah cere" jawab Eric. "Iya juga sih, terus gimana? mending nikah kontrak apa jangan?" tanya Alby. "Terserah lo, kan
Baru saja duduk, ia langsung disodorkan kopi pilihan Alby. "Itu kopi kesukaanku" ucap Alby. Cyra menatap segelas cangkir kopi hitam, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah Alby, menatapnya dengan heran. Mengapa dirinya dipesankan kopi kesukaan Alby, bukan diminta untuk memilih kopi kesukaannya sendiri. "Oke, jadi kita mau apa kesini?" tanya Cyra."Aku mau langsung bicara pada intinya saja ya. Aku tau kamu dari Aldo, semoga aja kamu bisa di ajak kerja sama ya" ucap Alby, menatapnya dengan serius. "Apa kamu mau, kalau aku ajak nikah kontrak? dalam kontrak itu, akan tertulis kalau setelah kita menikah satu tahun, kita akan bercerai, dan tidak ada anak di antara kita" jelasnya. Cyra pun menatapnya dengan sangat serius, telinganya mendengar dengan jelas apa yang Alby katakan. Tanpa berpikir panjang, ia pun menjawabnya. "Ayo, kapan kita akan bertemu dengan keluarga kita masing-masing" tanyanya. Spontan Alby pun terkejut mendengarnya, baru kali ini ia menemukan wanita seperti dia. "Apa
"Jangan bilang kamu hamil anak orang lain, dan aku yang diminta untuk bertanggung jawab!" tegasnya membuat Cyra langsung menatap wajahnya.Nafasnya terhenti, Cyra merasa dirinya sangat rendah di mata Alby. "Aku tidak serendah itu Alby! bisa saja kamu masuk kedalam kamarku saat aku mabuk dan aku tidak sadar hal itu terjadi" Alby terdiam, ia merasa Cyra mengetahui itu tetapi ia tetap berusaha menyangkalnya. "Kapan? kapan aku masuk ke kamar kamu. Walaupun kita satu apartemen, apa aku pernah masuk kamar sembarangan? lagipula masih banyak wanita diluar sana yang bisa aku tiduri. Untuk apa meniduri mu, kita menikah hanya karena kontrak. Kamu lupa? mengobrol saja jarang, apalagi masuk ke kamar orang sembarangan" Cyra menatapnya dengan penuh amarah, lalu ia pun kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Alby pun menjadi tidak fokus menonton pertandingan bolanya setelah mendengar kabar Cyra hamil. "Bisa saja sebelum malam itu terjadi dia pernah tidur bersama laki-laki lain" pikirnya te
Dengan tidak sadar, Cyra tersenyum menatap wajah Alby dan melanjutkan tindakannya sehingga Alby terbangun dan terkejut. "Astaga, Cyra" Bukannya menghentikannya, Cyra malah membuka bajunya dihadapan Alby. Kedua matanya terbelalak melihat pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat. Selama ini, ia hanya melihat layar komputer dan tumpukan berkas di ruang kerjanya. Cyra membuat Alby tidak bisa melakukan apa-apa selain diam, padahal Alby sangat ingat dengan perjanjian mereka. Tetapi Alby malah membiarkannya, sampai mereka melakukan hubungan badan tanpa menggunakan pengaman.Sinar matahari mulai masuk kedalam kamar Cyra, melalui jendela yang sengaja Alby buka sebelum ia keluar dari kamar itu.Saat Cyra terbangun, ia sudah memakai piyama dan dirinya sama sekali tidak mengingat kejadian semalam. "Ko aku disini" dengan mata yang menatap dinding kamarnya. Cyra langsung beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kama
"Kita memang nikah kontrak, tapi semua dilakukan secara real. Ayo turun!" ajak Cyra membuka pintu mobil Alby. Dengan terpaksa, Alby pun turun dari mobilnya dan menemui kedua orang tua Cyra. Kali ini, Cyra lebih agresif dibandingkan dirinya saat mengajak Cyra menemui orang tuanya. Cyra terus menggenggam tangan Alby, sampai mereka bertemu dengan kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang makan. "Ma, Pa kenalin. Pacar Cyra yang selama ini Cyra sembunyikan dari kalian" ucapnya dengan tegas. "Oh, dia yang selalu ajak kamu pergi tengah malam?" tanya mamanya. Kali ini Alby terkejut karena ia tidak tau apa-apa tentang masalahnya pergi keluar malam bersama siapa. Ia pun bingung harus berkata apa, sebelumnya Cyra tidak mengatakan apapun kepadanya. "Itu tidak penting, yang terpenting aku akan segera menikah dengannya. Minggu depan" ucapnya. Spontan, keduanya pun tersedak makanan masing-masing karena mendengar ucapan Cyra. Pasalnya mereka memiliki perjanjian dengan seseorang yang memberi
Baru saja duduk, ia langsung disodorkan kopi pilihan Alby. "Itu kopi kesukaanku" ucap Alby. Cyra menatap segelas cangkir kopi hitam, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah Alby, menatapnya dengan heran. Mengapa dirinya dipesankan kopi kesukaan Alby, bukan diminta untuk memilih kopi kesukaannya sendiri. "Oke, jadi kita mau apa kesini?" tanya Cyra."Aku mau langsung bicara pada intinya saja ya. Aku tau kamu dari Aldo, semoga aja kamu bisa di ajak kerja sama ya" ucap Alby, menatapnya dengan serius. "Apa kamu mau, kalau aku ajak nikah kontrak? dalam kontrak itu, akan tertulis kalau setelah kita menikah satu tahun, kita akan bercerai, dan tidak ada anak di antara kita" jelasnya. Cyra pun menatapnya dengan sangat serius, telinganya mendengar dengan jelas apa yang Alby katakan. Tanpa berpikir panjang, ia pun menjawabnya. "Ayo, kapan kita akan bertemu dengan keluarga kita masing-masing" tanyanya. Spontan Alby pun terkejut mendengarnya, baru kali ini ia menemukan wanita seperti dia. "Apa
Alby tetap terdiam sambil memikirkan ucapan Aldo, dia mulai merasa tertarik dengan sarannya untuk menikah kontrak."Boleh juga sih sarannya, nanti gue pikir-pikir lagi deh. Kalo bisa cariin yang lebih bagusan" ucap Alby. "Itu udah bagus loh, anaknya cantik, pinter, mandiri. Minusnya ya cuma satu, masih suka keluyuran malam" jelas Aldo."Kalau mencari wanita untuk di jadikan istri, jangan yang suka keluar malam. Pasti dia banyak temen cowoknya, emang lo mau nikah sama cewek yang friendly ke semua cowok. Itu sih saran aja dari gue" ucap Eric memberi saran pada Alby dan Aldo."Loh, ini kan cuma buat nikah kontrak buat buktiin ke nyokap bokap nya Alby, kalo Alby juga mau nikah" tepis Aldo sedikit tidak suka dengan saran Eric. "Iya, ini mah gue cuma kasih saran aja buat lo berdua yang belum nikah. Sebrengsek-brengseknya kita, pasti gak mau kan kalo kerjaannya nikah cere nikah cere" jawab Eric. "Iya juga sih, terus gimana? mending nikah kontrak apa jangan?" tanya Alby. "Terserah lo, kan
Baru saja, Alby keluar dari kantornya dan bergegas pulang ke sebuah apartemen, tempat ia tinggal. Tiba-tiba saja, ia mendapatkan telpon dari Papanya, Hartana. Handphonenya terus berdering, tetapi Alby tidak mengangkat telpon itu sama sekali. Ia sengaja tidak menerima telponnya dan memilih untuk membiarkan berdering berkali-kali, karena saat ini ia sedang malas berbicara dengan siapapun. Hartana pun terus menelponnya, sampai akhirnya Alby pun menyerah dan terpaksa menerima telpon itu."Iya, Pa. Kenapa? Alby lagi dijalan, baru pulang dari kantor" "Pulang ke rumah ya by, sekarang! Mama mau bicara sama kamu" ucap Hartana."Gak di telpon aja, Pa. Bicaranya? Alby capek banget hari ini" tolaknya. "Gak bisa! pulang ke rumah sekarang. Papa, dan Mama tunggu kamu disini!" tegas Hartana. "Oke, Alby kesana sekarang juga. Ya sudah Alby matikan telponnya ya, Pa" Dengan muka malas sambil menghela nafas, Alby pun mematikan telponnya. Ia memutar setir mobilnya dan berbalik arah menuju rumah orang