Baru saja duduk, ia langsung disodorkan kopi pilihan Alby.
"Itu kopi kesukaanku" ucap Alby.Cyra menatap segelas cangkir kopi hitam, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah Alby, menatapnya dengan heran. Mengapa dirinya dipesankan kopi kesukaan Alby, bukan diminta untuk memilih kopi kesukaannya sendiri."Oke, jadi kita mau apa kesini?" tanya Cyra."Aku mau langsung bicara pada intinya saja ya. Aku tau kamu dari Aldo, semoga aja kamu bisa di ajak kerja sama ya" ucap Alby, menatapnya dengan serius. "Apa kamu mau, kalau aku ajak nikah kontrak? dalam kontrak itu, akan tertulis kalau setelah kita menikah satu tahun, kita akan bercerai, dan tidak ada anak di antara kita" jelasnya.Cyra pun menatapnya dengan sangat serius, telinganya mendengar dengan jelas apa yang Alby katakan. Tanpa berpikir panjang, ia pun menjawabnya. "Ayo, kapan kita akan bertemu dengan keluarga kita masing-masing" tanyanya.Spontan Alby pun terkejut mendengarnya, baru kali ini ia menemukan wanita seperti dia. "Apa dia sangat ceroboh? sampai-sampai dia tidak memikirkan lebih dulu jawabannya." gerutu Alby dalam hatinya.Cyra pun menyadarkan Alby yang tengah terdiam melamunkan dirinya. "Hei, kenapa melamun. Tapi aku pun punya satu permintaan" ucap Cyra."Apa permintaanya?""Ajak aku keluar dari rumah, aku tidak ingin tinggal bersama keluargaku" jawabnya."Itu saja?" tanya Alby lagi."Ya, sementara itu saja. Karena memang itu alasanku menyetujui tawaranmu" jelasnya lalu meneguk kopi pilihan Alby.Kopi itu memang terasa pahit, tetapi itu semua tidak masalah baginya. Sekalipun ia dipilihkan minuman yang tidak ada rasanya, Cyra akan tetap meminumnya."Oke, kita akan tinggal bersama di apartemen" jawab Alby.Setelah setengah jam mengobrol, bertukar cerita dan tertawa bersama. Akhirnya mereka berdua pun berpisah.Dari awal pertemuan, sebenarnya Cyra sangat ingin memperkenalkan namanya pada Alby, tetapi setelah Alby menyebut nama Aldo. Cyra pikir kalau Alby sudah mengetahui namanya dari Aldo, hanya saja Alby tidak memanggil namanya.Sampai di apartemennya, Alby merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Ia kembali memikirkan wanita yang akan menikah dengannya sebentar lagi."Manis juga ya wanita itu" pikirnya sambil tersenyum.Alby teringat dengan Mama dan Papanya, ia langsung mengambil handphonenya dan mengirimkan pesan kepada Cyra, kapan mereka akan bertemu dengan orang tua Alby."Besok sore kita kerumah orang tua ku, kamu dandan yang rapih, perlihatkan ke mereka kalau kamu benar-benar pasanganku. Bisa kan?" tulis Alby dalam pesannya."Tidak mendadak? ya sudah, jemput aku di butik Ralyn" balasnya."Tidak, aku akan memberitahu mereka sekarang juga, agar mereka tidak pergi kemana-mana besok sore" balas Alby.Alby benar-benar tidak sabar ingin memperkenalkannya, bukan karena ia menyukainya atau tidak sabar ingin menikahinya. Tetapi itu semua agar dirinya kembali lagi pada aktifitasnya sehari-hari, yaitu bekerja.Setelah memberitahu Cyra, tak lupa Alby pun menelpon Papanya untuk tidak kemana-mana besok. Alby memberitahunya bahwa dirinya akan membawa seorang wanita pilihannya.Hartana dan Amara senang mendengarnya, Amara yang sedang terbaring lemas karena semakin hari ia semakin tidak bergairah untuk hidup pun kembali merasakan semangat dalam hidupnya. Permintaanya pun akan segera Alby kabulkan.***Sebenarnya bisa saja Alby membawa Cyra bertemu Mama Papanya pagi atau siang hari, tetapi dirinya tidak mau terlihat oleh Cyra. Kalau saat ini dirinya tidak memiliki aktifitas apapun, walaupun sebenarnya Cyra sudah tau dari Aldo.Sesuai dengan janjinya, Alby pun menjemput Cyra tepat di butiknya. Cyra sengaja tidak membawa mobilnya ke butik, setelah tau Alby sudah sampai di depan butiknya. Cyra segera keluar dan masuk kedalam mobil Alby.Mereka tidak banyak bicara, bahkan setelah Cyra masuk kedalam mobil, Alby langsung menghidupkan mesin mobilnya dan membawanya pergi."Kamu kerja di butik?" tanya Alby sambil mengemudi."Ya, itu butik milikku. Kenapa?" jawabnya balik bertanya."Tidak apa-apa, aku hanya bertanya" ucapnya sesekali melirik ke arah Cyra yang saat ini duduk di sampingnya. "Sudah siap kan?" tanya Alby lagi."Siap apa? untuk berpura-pura? tenang saja. Aku sudah biasa untuk itu" jawabnya.Alby hanya mengangguk beberapa kali, setelah itu ia tidak lagi banyak bertanya kepadanya, sampai akhirnya mereka berdua sampai di pintu gerbang menuju rumah megah milik Hartana.Mobil yang di kendarai Alby pun diparkirkan di depan pintu masuk rumahnya. Dengan segera, Alby turun dari mobil dan membukakan pintu mobilnya untuk Cyra.Saat berjalan, tiba-tiba Alby baru ingat kalau dirinya belum mengetahui siapa nama wanita yang saat ini sudah bersamanya. "Astaga, kenapa bisa lupa si" gerutunya dalam hati, sambil menepuk keningnya."Ada yang aku lupa" bisik Alby dekat telinga Cyra, saat Cyra sudah keluar dari mobil."Lupa apa?" tanyanya."Nama kamu siapa, aku belum tanya itu kemarin" bisiknya lagi.Cyra hanya tersenyum menyeringai saat tahu kalau Alby belum mengetahui siapa namanya, dan ternyata dugaannya salah besar.Bukannya memberitahu namanya, Cyra malah melanjutkan langkah kakinya. Tak lama mereka berdua pun disambut oleh Hartana sambil mendorong Amara yang duduk di kursi roda.Dengan wajah yang sumringah, Cyra pun menghampiri Hartana dan Amara. "Sore om, tante" ucapnya sambil bersalaman.Sedangkan Alby, dia terdiam dan kebingungan memikirkan harus menjawab apa ketika kedua orang tuanya menanyakan siapa nama wanita yang bersamanya itu."Sore juga sayang, nama mu siapa?" tanya Amara saat Alby menghampiri mereka bertiga."Cyra Ezlyn, Tante" jawab Cyra sambil tersenyum dan melirik ke arah Alby.Akhirnya Alby pun tau siapa nama dia, Alby pun menatapnya."Nama yang bagus Ezlyn, yuk masuk" Ajak Hartana.Amara pun menggenggam tangan Cyra, dan Cyra mendorong kursi roda yang diduduki oleh Amara."Akhirnya Alby ajak kamu kesini" ucap Amara dengan wajah yang sangat bahagia."Iya, Tante. Cyra juga seneng banget, akhirnya Alby mau kenalin Cyra ke Tante dan Om. Padahal hubungan kita sudah jalan satu tahun" jawabnya sambil menatap Alby.Tidak disangka Cyra akan mengatakan seperti itu, sebelumnya Alby hanya meminta Cyra untuk memperlihatkan dirinya sebagai kekasihnya saja."Ya kan semua itu perlu proses, perlu persiapan" sambung Alby."Gak apa-apa, yang terpenting sekarang kita sudah bertemu. Kapan kalian siap untuk menikah? dan kapan kamu ajak om dan tante bertemu dengan keluarga kamu? agar kita bisa segera meminta ijin" Tanya Hartana pada Cyra."Cyra serahkan semuanya ke Mas Alby, Om dan Tante. Cyra sudah siap kok kapanpun keputusan kalian. Untuk pertemuan dengan keluarga Cyra, itu juga terserah kalian. Rumah Cyra akan selalu terbuka untuk menerima kedatangan kalian" ucapnya dengan sangat manis."Loh bukannya kita udah bicarakan ini, kalo kita sudah siap menikah minggu depan?" ucap Alby pada Cyra.Cyra, Amara dan Hartana pun terkejut mendengar ucapan Alby.Cyra tertawa perlahan "Oh iya ya, aku lupa. Minggu depan juga siap kok Om, Tante""Kalian serius? Secepat ini?" ucap Amara pada keduanya."Bukannya ini keinginan Mama dan Papa, aku segera menikah? sekarang aku dan Cyra sudah siap. Malah kalian yang ragu" Jawab Alby."Kata siapa kita ragu, kita cuma sedikit terkejut saja. Ya kan, Ma" ucap Hartana pada Amara. "Soalnya, kalian tiba-tiba sudah siap melangsungkan pernikahan secepat ini, apa kalian sudah mempersiapkan semuanya?" tanya Hartana."Itu bukan masalah besar, semua bisa di atur dalam sehari. Bukan begitu sayang?" ucap Alby menyenggol Cyra."Bisa, bisa banget." ucap Cyra menjawab pertanyaan Alby. "Aku sendiri punya butik, om, tante. Jadi untuk gaun, bisa aku urus sendiri, lagi pula kita mau nikah sederhana aja kan, sesuai dengan perjanjian kita. Biar uangnya di tabung saja" sambungnya tersenyum manis di hadapan Amara dan Hartana."Masya allah, ternyata Cyra bisa merubah Alby ya, Pa. Alby itu susah sekali untuk belajar nabung. Yasudah, terserah kalian mau pernikahan seperti apa, yang terpenting, mama bisa menyaksikan pernikahan kalian sebelum mama meninggal" ucap Amara menggenggam tangan Cyra."Jangan bicara begitu, Ma. Umur itu tidak ada yang tau, walaupun kita sendiri ngerasa kalau kita sedang tidak baik-baik saja. Dan Dokter juga gak berhak memvonis umur seseorang karena penyakitnya" Ucap Cyra berusaha menenangkan Amara agar tidak terlalu memikirkan ucapan dokter yang mengatakan kalau umurnya tidak lama lagi.Selesai membicarakan semuanya, Cyra pun kembali di antarkan Alby pulang. Amara dan Hartana pun sudah menyetujui pernikahan Alby dan Cyra yang akan segera di laksanakan minggu depan.Saat di perjalanan, Cyra memberanikan diri untuk bertanya. Mengapa Alby memutuskan untuk menikahinya secepat itu."Memangnya penyakit Mama kamu seberat itu, sampai-sampai kamu mau menikah dengan aku minggu depan?" tanya Cyra menatap Alby."Enggak" jawabnya dengan sangat simple."Terus, kenapa? apa alasannya?" tanya Cyra lagi.Mendengar pertanyaannya lagi, tiba-tiba Alby malah menghentikan mobilnya di tepi jalan lalu menatap Cyra dengan tatapan yang tajam."Kalau bisa cepat kenapa harus menunda lama-lama, bukannya kamu juga ingin secepatnya keluar dari rumah?" Alby pun malah balik bertanya pada Cyra."Iya memang, tapi kan pasti ada alasan yang kuat dong, kenapa kamu ingin menikah cepat?" tanyanya."Pernikahan ini hanya pernikahan kontrak, aku tunda lama atau aku memilih menikah cepat, itu sama saja. Jadi, berhenti bertanya tentang itu lagi, mengerti?" jelas Alby dengan sangat tegas."Baiklah, Maaf. Yasudah kita lanjut lagi perjalanannya, rumahku masih lumayan jauh dari sini" jawab Cyra."Itu masalahnya, aku menghentikan mobil ini karena aku tidak tahu harus mengantarkan kamu kemana" ucapnya dengan datar.Cyra pun menertawakannya. "Jadi itu, aku kira kamu marah karna pertanyaanku tadi""Kemana arahnya?" tanya Alby menatapnya.Cyra pun memberitahunya sepanjang perjalanan, sampai akhirnya mereka pun tiba di rumah keluarga Cyra."Ayo masuk" ajak Cyra.Alby terdiam dengan kedua matanya yang terbuka lebar. "Aku ikut masuk?" tanya Alby menunjuk dirinya sendiri.Cyra hanya menjawabnya dengan anggukan kepalanya."Kita memang nikah kontrak, tapi semua dilakukan secara real. Ayo turun!" ajak Cyra membuka pintu mobil Alby. Dengan terpaksa, Alby pun turun dari mobilnya dan menemui kedua orang tua Cyra. Kali ini, Cyra lebih agresif dibandingkan dirinya saat mengajak Cyra menemui orang tuanya. Cyra terus menggenggam tangan Alby, sampai mereka bertemu dengan kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang makan. "Ma, Pa kenalin. Pacar Cyra yang selama ini Cyra sembunyikan dari kalian" ucapnya dengan tegas. "Oh, dia yang selalu ajak kamu pergi tengah malam?" tanya mamanya. Kali ini Alby terkejut karena ia tidak tau apa-apa tentang masalahnya pergi keluar malam bersama siapa. Ia pun bingung harus berkata apa, sebelumnya Cyra tidak mengatakan apapun kepadanya. "Itu tidak penting, yang terpenting aku akan segera menikah dengannya. Minggu depan" ucapnya. Spontan, keduanya pun tersedak makanan masing-masing karena mendengar ucapan Cyra. Pasalnya mereka memiliki perjanjian dengan seseorang yang memberi
Dengan tidak sadar, Cyra tersenyum menatap wajah Alby dan melanjutkan tindakannya sehingga Alby terbangun dan terkejut. "Astaga, Cyra" Bukannya menghentikannya, Cyra malah membuka bajunya dihadapan Alby. Kedua matanya terbelalak melihat pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat. Selama ini, ia hanya melihat layar komputer dan tumpukan berkas di ruang kerjanya. Cyra membuat Alby tidak bisa melakukan apa-apa selain diam, padahal Alby sangat ingat dengan perjanjian mereka. Tetapi Alby malah membiarkannya, sampai mereka melakukan hubungan badan tanpa menggunakan pengaman.Sinar matahari mulai masuk kedalam kamar Cyra, melalui jendela yang sengaja Alby buka sebelum ia keluar dari kamar itu.Saat Cyra terbangun, ia sudah memakai piyama dan dirinya sama sekali tidak mengingat kejadian semalam. "Ko aku disini" dengan mata yang menatap dinding kamarnya. Cyra langsung beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kama
"Jangan bilang kamu hamil anak orang lain, dan aku yang diminta untuk bertanggung jawab!" tegasnya membuat Cyra langsung menatap wajahnya.Nafasnya terhenti, Cyra merasa dirinya sangat rendah di mata Alby. "Aku tidak serendah itu Alby! bisa saja kamu masuk kedalam kamarku saat aku mabuk dan aku tidak sadar hal itu terjadi" Alby terdiam, ia merasa Cyra mengetahui itu tetapi ia tetap berusaha menyangkalnya. "Kapan? kapan aku masuk ke kamar kamu. Walaupun kita satu apartemen, apa aku pernah masuk kamar sembarangan? lagipula masih banyak wanita diluar sana yang bisa aku tiduri. Untuk apa meniduri mu, kita menikah hanya karena kontrak. Kamu lupa? mengobrol saja jarang, apalagi masuk ke kamar orang sembarangan" Cyra menatapnya dengan penuh amarah, lalu ia pun kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Alby pun menjadi tidak fokus menonton pertandingan bolanya setelah mendengar kabar Cyra hamil. "Bisa saja sebelum malam itu terjadi dia pernah tidur bersama laki-laki lain" pikirnya te
Baru saja, Alby keluar dari kantornya dan bergegas pulang ke sebuah apartemen, tempat ia tinggal. Tiba-tiba saja, ia mendapatkan telpon dari Papanya, Hartana. Handphonenya terus berdering, tetapi Alby tidak mengangkat telpon itu sama sekali. Ia sengaja tidak menerima telponnya dan memilih untuk membiarkan berdering berkali-kali, karena saat ini ia sedang malas berbicara dengan siapapun. Hartana pun terus menelponnya, sampai akhirnya Alby pun menyerah dan terpaksa menerima telpon itu."Iya, Pa. Kenapa? Alby lagi dijalan, baru pulang dari kantor" "Pulang ke rumah ya by, sekarang! Mama mau bicara sama kamu" ucap Hartana."Gak di telpon aja, Pa. Bicaranya? Alby capek banget hari ini" tolaknya. "Gak bisa! pulang ke rumah sekarang. Papa, dan Mama tunggu kamu disini!" tegas Hartana. "Oke, Alby kesana sekarang juga. Ya sudah Alby matikan telponnya ya, Pa" Dengan muka malas sambil menghela nafas, Alby pun mematikan telponnya. Ia memutar setir mobilnya dan berbalik arah menuju rumah orang
Alby tetap terdiam sambil memikirkan ucapan Aldo, dia mulai merasa tertarik dengan sarannya untuk menikah kontrak."Boleh juga sih sarannya, nanti gue pikir-pikir lagi deh. Kalo bisa cariin yang lebih bagusan" ucap Alby. "Itu udah bagus loh, anaknya cantik, pinter, mandiri. Minusnya ya cuma satu, masih suka keluyuran malam" jelas Aldo."Kalau mencari wanita untuk di jadikan istri, jangan yang suka keluar malam. Pasti dia banyak temen cowoknya, emang lo mau nikah sama cewek yang friendly ke semua cowok. Itu sih saran aja dari gue" ucap Eric memberi saran pada Alby dan Aldo."Loh, ini kan cuma buat nikah kontrak buat buktiin ke nyokap bokap nya Alby, kalo Alby juga mau nikah" tepis Aldo sedikit tidak suka dengan saran Eric. "Iya, ini mah gue cuma kasih saran aja buat lo berdua yang belum nikah. Sebrengsek-brengseknya kita, pasti gak mau kan kalo kerjaannya nikah cere nikah cere" jawab Eric. "Iya juga sih, terus gimana? mending nikah kontrak apa jangan?" tanya Alby. "Terserah lo, kan