Alby tetap terdiam sambil memikirkan ucapan Aldo, dia mulai merasa tertarik dengan sarannya untuk menikah kontrak.
"Boleh juga sih sarannya, nanti gue pikir-pikir lagi deh. Kalo bisa cariin yang lebih bagusan" ucap Alby."Itu udah bagus loh, anaknya cantik, pinter, mandiri. Minusnya ya cuma satu, masih suka keluyuran malam" jelas Aldo."Kalau mencari wanita untuk di jadikan istri, jangan yang suka keluar malam. Pasti dia banyak temen cowoknya, emang lo mau nikah sama cewek yang friendly ke semua cowok. Itu sih saran aja dari gue" ucap Eric memberi saran pada Alby dan Aldo."Loh, ini kan cuma buat nikah kontrak buat buktiin ke nyokap bokap nya Alby, kalo Alby juga mau nikah" tepis Aldo sedikit tidak suka dengan saran Eric."Iya, ini mah gue cuma kasih saran aja buat lo berdua yang belum nikah. Sebrengsek-brengseknya kita, pasti gak mau kan kalo kerjaannya nikah cere nikah cere" jawab Eric."Iya juga sih, terus gimana? mending nikah kontrak apa jangan?" tanya Alby."Terserah lo, kan lo yang jalanin" jawab Eric."Kenalan aja dulu sama ceweknya, sambil mikir maunya gimana""Ujung-ujungnya suruh kenalan, males banget gue!" jawab Alby.Setelah di kecewakan mantan kekasihnya, Alby jadi tidak ingin mengenal wanita, walaupun hanya sekedar berkenalan. Menurutnya berkenalan hanyalah buang-buang waktunya saja.Padahal dia pun sudah empat tahun menyendiri, tetapi perasaannya masih merasakan sakit hati yang mendalam. Ketika dirinya mencintai seorang wanita, tetapi wanita itu malah pergi berdua bersama laki-laki lain, dan ternyata wanita itu hanya memanfaatkan uangnya saja."Tenang aja, kali ini berbeda dengan mantan lo. Dia itu mandiri, punya usaha juga. Jadi gak akan ada kata dia manfaatin uang lo" tegas Alby.Setelah memberi saran nikah kontrak kepada Alby, Eric pun mengalihkan pembicaraan mereka bertiga, jadi membahas pekerjaannya masing-masing.Mereka bertiga memang bukan dari keluarga menengah kebawah. Mereka terlahir dari kalangan menengah ke atas, bahkan keluarga mereka memiliki usaha yang sudah berjalan lama, dan turun ke tangan mereka.Satu jam lebih sudah mereka habiskan untuk mengopi dan mengobrol bersama. Tiba-tiba saja Eric di hubungi istrinya untuk segera pulang. Setelah Eric pulang, Aldo dan Alby pun berpisah.Selama di perjalanan, Alby kembali memikirkan ucapan Aldo. Tetapi dirinya pun harus memikirkannya secara matang, dia tidak bisa memutuskannya dengan gegabah, karena bisa saja Papanya memata-matainya dan mencari tahu semuanya.***~ Satu minggu berlalu ~Baru saja satu minggu, Alby sudah merasa bosan dan tidak nyaman terus menerus menghabiskan waktunya di apartemen.Walaupun ia adalah ahli waris, ia memang tidak suka berdiam diri di dalam kamar ataupun apartemennya seharian penuh, jika dirinya tidak sakit."Aku gak bisa kaya gini terus, semua kartu di blok Papa, gak kerja, gak ngapa-ngapain. Masa ganteng-ganteng jadi orang gila" lirihnya dalam hati sambil bercermin di kamar mandi.Alby pun kembali dengan ucapan Aldo seminggu yang lalu, ia langsung mengambil handphonenya lalu menghubungi Aldo."Apa, by? pagi-pagi udah nelpon aja. Gue baru bangun nih" ucap Aldo belum sepenuhnya sadar dari tidurnya."Mana kontak cewek yang lo tawarin ke gue seminggu yang lalu" pinta Alby to the point.Aldo malah tertawa, "Serius lo mau?""Ya serius lah, emangnya kenapa?" tanya Alby, "Gue mau nikah kontrak aja, sebelum gue jadi gila gara-gara gak ada kerjaan, semua kartu gue di blokir, padahal semua itu bukan dari bokap" jelas Alby.Lagi-lagi Aldo menertawakannya. "Oke, oke, nanti gue kasih. Tapi tunggu, gue juga harus ngomong dulu ke orangnya. Istilahnya minta ijin dulu lah" ucap Aldo."Yaudah sana, Jangan lama-lama!" tegas Alby lalu mematikan telponnya secara tiba-tiba.Alby sangat tidak sabar menunggu kabar dari Aldo, setiap handphonenya berdering. Ia selalu berpikir kalau Aldo mengirimkan sebuah pesan berisi nomor handphone wanita yang Aldo tawarkan.Saat handphonenya kembali berdering, Alby terlihat malas menerima telpon dari Papanya. Ia tahu pasti Papanya akan menanyakan tentang pernikahannya lagi."Gak tau anaknya lagi stress apa?" gerutu Alby, lalu mengangkat telponnya."Kamu kemana aja? bukannya seminggu ini tidak bekerja? Mama menanyakan kamu, kenapa kamu tidak pulang kesini" Hartana terus bertanya-tanya."Alby lagi mempersiapkan diri untuk membawa calon istri Alby ke hadapan Mama dan Papa" jawab Alby dengan lantang.Hartana tersenyum mendengar ucapan itu, rasanya ingin segera memberitahu istrinya, tetapi saat itu Amara sedang berada di dalam kamar mandi.Padahal, Alby pun tidak tau Aldo benar-benar meminta izin atau hanya alasan saja kepadanya. Yang jelas, saat ini Alby tidak tau harus menjawab apa dengan semua pertanyaan Papanya."Yaudah, Papa Mama tunggu kamu dirumah ya. Jangan lama-lama" ucap Hartana dengan wajah yang perasaan yang bahagia.Setelah Amara keluar dari kamar mandi, Hartana pun menceritakan kalau Alby akan segera membawa calon istrinya kehadapan mereka.Setelah telponnya berakhir, Alby menerima sebuah pesan dari Aldo, dan ternyata. Aldo mengirimkan sebuah nomor telpon kepadanya."Terus gue harus bilang apa?" balas Alby.Tak lama, Aldo kembali membalas pesannya. "Ya itu lo mau ngapain, masa harus gue ajarin, udah gede juga"Lalu Alby menyimpan nomor tersebut dan memberikan nama "Wanita Kontrak". Tetapi dirinya bingung harus memulai dari mana dan harus mengatakan apa pada wanita itu.Alby sudah mengetik, "Hai, Aku teman Aldo" tetapi ia hapus lagi, dan mengirimkan pesan "Malam ini ketemu, yuk" kepada wanita tersebut.Wanita itu bernama Cyra, ia pun langsung membalas pesannya "Dimana, jam berapa?""Di cafe milikita, jam delapan" balas Alby.Cafe milikita adalah cafe tempat biasa Alby dan kedua sahabatnya kumpul, ia sengaja mengajaknya kesana karena ia tidak mau repot-repot mencari tempat baru hanya untuk bertemu dan berkenalan dengan wanita baru.Alby pun tidak menyiapkan pakaian rapih untuk bertemu dengan Cyra. Menurutnya, memakai pakaian biasa, cukup untuknya melihat respon wanita tersebut.Sebelum pergi, Alby menatap dirinya sendiri didalam cermin. Melihat dirinya begitu tidak bergairah untuk berkenalan malam ini, tetapi dirinya tidak bisa menunda ini lebih lama lagi. Karena ia sudah merasa sangat stres dan bosan berada didalam kamar seharian.Alby sampai lokasi dengan tepat waktu, begitu juga dengan Cyra. Tetapi mereka tidak langsung bertemu, karena Alby memesan kopi dan Cyra memilih untuk pergi ke toilet.Selesai dari toilet, Cyra pun kembali melangkahkan kakinya menuju kedalam cafe untuk mencari keberadaan Alby.Saat melihat Alby dari kejauhan, Cyra pun tersenyum menyeringai lalu menghampiri dirinya. "Alby, ya?" ucap Cyra memanggil nama Alby.Cyra sudah meminta foto Alby saat Aldo memberitahunya, jadi tidaklah sulit untuknya mencari Alby walaupun ini adalah pertama kalinya mereka bertemu.Saat Alby melirik ke arahnya, Alby pun terdiam menatapnya. Tidak menyangka kalau wanita yang di kenalkan oleh Aldo memang memiliki paras yang cantik."Duduklah" ucap Alby mempersilahkannya untuk duduk di hadapannya.Cyra pun duduk dengan manis di hadapan Alby, ia pun terus memandangnya tanpa mengedipkan mata.Baru saja duduk, ia langsung disodorkan kopi pilihan Alby. "Itu kopi kesukaanku" ucap Alby. Cyra menatap segelas cangkir kopi hitam, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah Alby, menatapnya dengan heran. Mengapa dirinya dipesankan kopi kesukaan Alby, bukan diminta untuk memilih kopi kesukaannya sendiri. "Oke, jadi kita mau apa kesini?" tanya Cyra."Aku mau langsung bicara pada intinya saja ya. Aku tau kamu dari Aldo, semoga aja kamu bisa di ajak kerja sama ya" ucap Alby, menatapnya dengan serius. "Apa kamu mau, kalau aku ajak nikah kontrak? dalam kontrak itu, akan tertulis kalau setelah kita menikah satu tahun, kita akan bercerai, dan tidak ada anak di antara kita" jelasnya. Cyra pun menatapnya dengan sangat serius, telinganya mendengar dengan jelas apa yang Alby katakan. Tanpa berpikir panjang, ia pun menjawabnya. "Ayo, kapan kita akan bertemu dengan keluarga kita masing-masing" tanyanya. Spontan Alby pun terkejut mendengarnya, baru kali ini ia menemukan wanita seperti dia. "Apa
"Kita memang nikah kontrak, tapi semua dilakukan secara real. Ayo turun!" ajak Cyra membuka pintu mobil Alby. Dengan terpaksa, Alby pun turun dari mobilnya dan menemui kedua orang tua Cyra. Kali ini, Cyra lebih agresif dibandingkan dirinya saat mengajak Cyra menemui orang tuanya. Cyra terus menggenggam tangan Alby, sampai mereka bertemu dengan kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang makan. "Ma, Pa kenalin. Pacar Cyra yang selama ini Cyra sembunyikan dari kalian" ucapnya dengan tegas. "Oh, dia yang selalu ajak kamu pergi tengah malam?" tanya mamanya. Kali ini Alby terkejut karena ia tidak tau apa-apa tentang masalahnya pergi keluar malam bersama siapa. Ia pun bingung harus berkata apa, sebelumnya Cyra tidak mengatakan apapun kepadanya. "Itu tidak penting, yang terpenting aku akan segera menikah dengannya. Minggu depan" ucapnya. Spontan, keduanya pun tersedak makanan masing-masing karena mendengar ucapan Cyra. Pasalnya mereka memiliki perjanjian dengan seseorang yang memberi
Dengan tidak sadar, Cyra tersenyum menatap wajah Alby dan melanjutkan tindakannya sehingga Alby terbangun dan terkejut. "Astaga, Cyra" Bukannya menghentikannya, Cyra malah membuka bajunya dihadapan Alby. Kedua matanya terbelalak melihat pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat. Selama ini, ia hanya melihat layar komputer dan tumpukan berkas di ruang kerjanya. Cyra membuat Alby tidak bisa melakukan apa-apa selain diam, padahal Alby sangat ingat dengan perjanjian mereka. Tetapi Alby malah membiarkannya, sampai mereka melakukan hubungan badan tanpa menggunakan pengaman.Sinar matahari mulai masuk kedalam kamar Cyra, melalui jendela yang sengaja Alby buka sebelum ia keluar dari kamar itu.Saat Cyra terbangun, ia sudah memakai piyama dan dirinya sama sekali tidak mengingat kejadian semalam. "Ko aku disini" dengan mata yang menatap dinding kamarnya. Cyra langsung beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kama
"Jangan bilang kamu hamil anak orang lain, dan aku yang diminta untuk bertanggung jawab!" tegasnya membuat Cyra langsung menatap wajahnya.Nafasnya terhenti, Cyra merasa dirinya sangat rendah di mata Alby. "Aku tidak serendah itu Alby! bisa saja kamu masuk kedalam kamarku saat aku mabuk dan aku tidak sadar hal itu terjadi" Alby terdiam, ia merasa Cyra mengetahui itu tetapi ia tetap berusaha menyangkalnya. "Kapan? kapan aku masuk ke kamar kamu. Walaupun kita satu apartemen, apa aku pernah masuk kamar sembarangan? lagipula masih banyak wanita diluar sana yang bisa aku tiduri. Untuk apa meniduri mu, kita menikah hanya karena kontrak. Kamu lupa? mengobrol saja jarang, apalagi masuk ke kamar orang sembarangan" Cyra menatapnya dengan penuh amarah, lalu ia pun kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Alby pun menjadi tidak fokus menonton pertandingan bolanya setelah mendengar kabar Cyra hamil. "Bisa saja sebelum malam itu terjadi dia pernah tidur bersama laki-laki lain" pikirnya te
Baru saja, Alby keluar dari kantornya dan bergegas pulang ke sebuah apartemen, tempat ia tinggal. Tiba-tiba saja, ia mendapatkan telpon dari Papanya, Hartana. Handphonenya terus berdering, tetapi Alby tidak mengangkat telpon itu sama sekali. Ia sengaja tidak menerima telponnya dan memilih untuk membiarkan berdering berkali-kali, karena saat ini ia sedang malas berbicara dengan siapapun. Hartana pun terus menelponnya, sampai akhirnya Alby pun menyerah dan terpaksa menerima telpon itu."Iya, Pa. Kenapa? Alby lagi dijalan, baru pulang dari kantor" "Pulang ke rumah ya by, sekarang! Mama mau bicara sama kamu" ucap Hartana."Gak di telpon aja, Pa. Bicaranya? Alby capek banget hari ini" tolaknya. "Gak bisa! pulang ke rumah sekarang. Papa, dan Mama tunggu kamu disini!" tegas Hartana. "Oke, Alby kesana sekarang juga. Ya sudah Alby matikan telponnya ya, Pa" Dengan muka malas sambil menghela nafas, Alby pun mematikan telponnya. Ia memutar setir mobilnya dan berbalik arah menuju rumah orang