Dengan tidak sadar, Cyra tersenyum menatap wajah Alby dan melanjutkan tindakannya sehingga Alby terbangun dan terkejut.
"Astaga, Cyra"Bukannya menghentikannya, Cyra malah membuka bajunya dihadapan Alby.Kedua matanya terbelalak melihat pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat. Selama ini, ia hanya melihat layar komputer dan tumpukan berkas di ruang kerjanya.Cyra membuat Alby tidak bisa melakukan apa-apa selain diam, padahal Alby sangat ingat dengan perjanjian mereka. Tetapi Alby malah membiarkannya, sampai mereka melakukan hubungan badan tanpa menggunakan pengaman.Sinar matahari mulai masuk kedalam kamar Cyra, melalui jendela yang sengaja Alby buka sebelum ia keluar dari kamar itu.Saat Cyra terbangun, ia sudah memakai piyama dan dirinya sama sekali tidak mengingat kejadian semalam."Ko aku disini" dengan mata yang menatap dinding kamarnya.Cyra langsung beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Saat menyalakan shower nya, Cyra merasa sedikit lengket di area selangkangannya."Apa aku mimpi basah?" pikirnya, lalu membersihkannya menggunakan air shower yang sudah menyala.Selesai mandi, Cyra kembali melakukan aktifitasnya sama seperti Alby saat ini yang sudah berada di ruang meeting bersama beberapa staff di kantornya."Kita akhiri meeting hari ini, semoga kalian bisa melakukan semuanya dengan baik ya" ucap Alby menutup meetingnya.Tak lama handphone Alby berdering, layar handphonenya menunjukkan kalau ada telpon masuk dari Hartana. Selesai menerima telpon dari Papanya, Alby pun menghela nafas panjang, sambil menatap layar handphonenya yang masih menyala.Alby pikir setelah menikah, tidak akan ada lagi permintaan apapun dari kedua orang tuanya. Tapi ia salah, malam ini pun Alby diminta untuk mengajak Cyra kerumahnya makan malam bersama.Cyra yang sedang sibuk langsung menunda pekerjaannya ketika melihat telpon dari Alby. "Iya, ada apa?""Malem ini kamu kemana?" dengan nada datar."Mungkin ke tempat biasa, kumpul sama temen-temen. Kenapa?""Oh, gak bisa ditunda dulu?""Bisa sih, emangnya ada apa?""Papa Mama ngajak kita makan malam bersama dirumahnya malam ini""Ya udah, oke""Bisa?" tanyanya lagi."Iyaa, bisa""Baguslah, jam tujuh kita berangkat""Oke. Ya udah aku lanjut kerja ya"Mereka berdua kembali melanjutkan pekerjaannya masing-masing, sampai akhirnya mereka berdua pulang.Saat tiba diapartemen, Alby dan Cyra masuk kedalam kamar masing-masing. Alby sama sekali tidak memikirkan malam yang sudah mereka lewati bersama semalam, ia menganggap itu semua hanya angin lewat. Bahkan Cyra sendiri tidak ingat apa-apa setelah mabuk.Mengingat malam ini akan makan malam bersama dengan kedua orang tua Alby, Cyra langsung menyiapkan pakaiannya dan bersiap-siap.Satu jam kemudian, Alby keluar dari kamarnya dan memberitahu Cyra. "Aku tunggu di ruang tv, jangan lama" teriaknya.Untung saja Cyra sudah siap, ia langsung keluar menghampiri Alby.Alby sedikit terkejut dan terdiam memandang kecantikan Cyra malam ini, Cyra memang terlihat sangat cantik dari sebelumnya."Ayo, aku udah siap"Alby pun tersadar dan menganggukkan kepalanya, mereka berdua berjalan bersama tanpa bergandengan tangan. Saat tiba dirumah mewah Hartana, barulah mereka berdua terlihat sangat mesra layaknya suami istri yang baru saja menikah.Hartana dan Amara sangat senang melihat anaknya, mereka berdua semakin tidak sabar untuk segera memiliki cucu.(satu bulan kemudian)Suara ketukan pintu terdengar dari dalam ruangan Cyra, ia pun mempersilahkan orang itu untuk masuk."Kenapa vi?" tanya Cyra menatap seorang wanita yang baru saja melangkah masuk."Maaf bu, saya hanya ingin mengingatkan. Besok akan ada klien kita dari Surabaya, untuk fitting baju dan bajunya sudah saya siapkan diruang fitting" jelasnya."Hah, memangnya besok? bukannya akhir bulan ya dia bilang?" ucap Cyra dengan wajah heran, ia sangat lupa kalau saat ini sudah tanggal 28."Iya bu, bukannya sekarang sudah memasuki akhir bulan ya" ucap Silvi, karyawannya, mengingatkan Cyra.Lalu Cyra pun melihat tanggal di handphonenya. Seketika dirinya terdiam mengingat tanggal haid terakhirnya bulan lalu."Oke, insya allah saya tidak lupa. Makasih infonya ya, vi" ucap Cyra kembali melihat kalender di handphonenya setelah Silvi keluar dari ruangannya.Jantungnya mulai berdebar kencang, pikirannya pun mulai tidak tenang. "Bulan kemarin itu aku terakhir haid tanggal 2 deh kalo gak salah, sekarang udah tanggal 28 aku belum haid juga? berarti aku telat haid dong? aku kenapa, ya? perasaan aku gak tidur sama siapapun" bertanya-tanya pada dirinya sendiri dalam hati sambil menggigit jari telunjuk.Perasaanya mulai tidak karuan, Cyra kembali menyalakan handphonenya dan mencari kontak Alby, tetapi setelah mengetik beberapa kata, Cyra kembali menghapusnya."Gak mungkin juga dia masuk ke kamar aku" gumamnya menyimpan kembali handphonenya. "Tapi kalo sampe iya dia pernah masuk ke kamar, terus tidur. Apa iya, kontrak satu tahun ini jadi selamanya?" pikirnya.Saat sampai di apartemen, dan Alby sedang menonton acara sepak bola. Cyra melewatinya begitu saja dengan langkah kaki yang tergesa-gesa. Alby sedikit heran melihatnya, tetapi ia tidak bertanya apa-apa.Tiba di kamar mandi, Cyra mengeluarkan alat tes kehamilannya dan segera menggunakannya. Tangannya mulai bergetar memegang alat tes itu, ia sangat takut kalau hasilnya akan menyatakan dirinya hamil.Begitu garis merah dua terlihat jelas, Cyra merasakan hatinya seperti di belah, jantungnya pun mulai berdebar kencang. Ia tidak tahu harus bagaimana, bahkan ia tidak ingat telah tidur bersama siapa.Berkali-kali dirinya menelan ludah, Cyra sangat tidak percaya dengan hasilnya itu, ia kembali mengeluarkan alat tes yang kedua.Tetapi setelah menunggu beberapa detik, alat itu pun menunjukkan hasil yang sama. Kedua lulutnya mulai melemas, perasaannya pun tidak karuan, ia terus menatap wajahnya sendiri melalui cermin.Setelah beberapa menit berada di kamar mandi, Cyra pun memberanikan diri untuk keluar dan menghampiri Alby. Padahal sebelumnya, mereka jarang sekali berkomunikasi secara langsung, kecuali di depan orang tua mereka berdua."By, apa mungkin bisa kalau perjanjian satu tahun itu malah menjadi selamanya?" ucap Cyra, membuat Alby langsung melirik ke arahnya."Maksudnya?" tanya Alby dengan mengerutkan kedua dahinya."Aku hamil" ucap Cyra dengan perasaannya yang masih bingung kenapa dirinya hamil."Apa? Hamil?" kedua matanya terbelalak mendengar kalau Cyra hamil. Tiba-tiba, ia kembali mengingat dimana dirinya dan Cyra melakukan hubungan badan di saat Cyra dalam keadaan mabuk, bahkan saat itu Alby sangat ingat kalau dirinya tidak memakai pengaman.Dengan perlahan, Cyra menganggukkan kepalanya dua kali, ia pun tidak mampu menatap wajah Alby.Alby menelan ludahnya, dan berpikir kalau Cyra sadar dengan apa yang sudah mereka lakukan satu bulan lalu. "Apa iya dia hamil anakku? Satu tahun untuk selamanya? tidak, tidak, itu tidak mungkin terjadi. Perjanjian tetaplah perjanjian" gumamnya dalam hati."Jangan bilang kamu hamil anak orang lain, dan aku yang diminta untuk bertanggung jawab!" tegasnya membuat Cyra langsung menatap wajahnya.Nafasnya terhenti, Cyra merasa dirinya sangat rendah di mata Alby. "Aku tidak serendah itu Alby! bisa saja kamu masuk kedalam kamarku saat aku mabuk dan aku tidak sadar hal itu terjadi" Alby terdiam, ia merasa Cyra mengetahui itu tetapi ia tetap berusaha menyangkalnya. "Kapan? kapan aku masuk ke kamar kamu. Walaupun kita satu apartemen, apa aku pernah masuk kamar sembarangan? lagipula masih banyak wanita diluar sana yang bisa aku tiduri. Untuk apa meniduri mu, kita menikah hanya karena kontrak. Kamu lupa? mengobrol saja jarang, apalagi masuk ke kamar orang sembarangan" Cyra menatapnya dengan penuh amarah, lalu ia pun kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Alby pun menjadi tidak fokus menonton pertandingan bolanya setelah mendengar kabar Cyra hamil. "Bisa saja sebelum malam itu terjadi dia pernah tidur bersama laki-laki lain" pikirnya te
Baru saja, Alby keluar dari kantornya dan bergegas pulang ke sebuah apartemen, tempat ia tinggal. Tiba-tiba saja, ia mendapatkan telpon dari Papanya, Hartana. Handphonenya terus berdering, tetapi Alby tidak mengangkat telpon itu sama sekali. Ia sengaja tidak menerima telponnya dan memilih untuk membiarkan berdering berkali-kali, karena saat ini ia sedang malas berbicara dengan siapapun. Hartana pun terus menelponnya, sampai akhirnya Alby pun menyerah dan terpaksa menerima telpon itu."Iya, Pa. Kenapa? Alby lagi dijalan, baru pulang dari kantor" "Pulang ke rumah ya by, sekarang! Mama mau bicara sama kamu" ucap Hartana."Gak di telpon aja, Pa. Bicaranya? Alby capek banget hari ini" tolaknya. "Gak bisa! pulang ke rumah sekarang. Papa, dan Mama tunggu kamu disini!" tegas Hartana. "Oke, Alby kesana sekarang juga. Ya sudah Alby matikan telponnya ya, Pa" Dengan muka malas sambil menghela nafas, Alby pun mematikan telponnya. Ia memutar setir mobilnya dan berbalik arah menuju rumah orang
Alby tetap terdiam sambil memikirkan ucapan Aldo, dia mulai merasa tertarik dengan sarannya untuk menikah kontrak."Boleh juga sih sarannya, nanti gue pikir-pikir lagi deh. Kalo bisa cariin yang lebih bagusan" ucap Alby. "Itu udah bagus loh, anaknya cantik, pinter, mandiri. Minusnya ya cuma satu, masih suka keluyuran malam" jelas Aldo."Kalau mencari wanita untuk di jadikan istri, jangan yang suka keluar malam. Pasti dia banyak temen cowoknya, emang lo mau nikah sama cewek yang friendly ke semua cowok. Itu sih saran aja dari gue" ucap Eric memberi saran pada Alby dan Aldo."Loh, ini kan cuma buat nikah kontrak buat buktiin ke nyokap bokap nya Alby, kalo Alby juga mau nikah" tepis Aldo sedikit tidak suka dengan saran Eric. "Iya, ini mah gue cuma kasih saran aja buat lo berdua yang belum nikah. Sebrengsek-brengseknya kita, pasti gak mau kan kalo kerjaannya nikah cere nikah cere" jawab Eric. "Iya juga sih, terus gimana? mending nikah kontrak apa jangan?" tanya Alby. "Terserah lo, kan
Baru saja duduk, ia langsung disodorkan kopi pilihan Alby. "Itu kopi kesukaanku" ucap Alby. Cyra menatap segelas cangkir kopi hitam, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah Alby, menatapnya dengan heran. Mengapa dirinya dipesankan kopi kesukaan Alby, bukan diminta untuk memilih kopi kesukaannya sendiri. "Oke, jadi kita mau apa kesini?" tanya Cyra."Aku mau langsung bicara pada intinya saja ya. Aku tau kamu dari Aldo, semoga aja kamu bisa di ajak kerja sama ya" ucap Alby, menatapnya dengan serius. "Apa kamu mau, kalau aku ajak nikah kontrak? dalam kontrak itu, akan tertulis kalau setelah kita menikah satu tahun, kita akan bercerai, dan tidak ada anak di antara kita" jelasnya. Cyra pun menatapnya dengan sangat serius, telinganya mendengar dengan jelas apa yang Alby katakan. Tanpa berpikir panjang, ia pun menjawabnya. "Ayo, kapan kita akan bertemu dengan keluarga kita masing-masing" tanyanya. Spontan Alby pun terkejut mendengarnya, baru kali ini ia menemukan wanita seperti dia. "Apa
"Kita memang nikah kontrak, tapi semua dilakukan secara real. Ayo turun!" ajak Cyra membuka pintu mobil Alby. Dengan terpaksa, Alby pun turun dari mobilnya dan menemui kedua orang tua Cyra. Kali ini, Cyra lebih agresif dibandingkan dirinya saat mengajak Cyra menemui orang tuanya. Cyra terus menggenggam tangan Alby, sampai mereka bertemu dengan kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang makan. "Ma, Pa kenalin. Pacar Cyra yang selama ini Cyra sembunyikan dari kalian" ucapnya dengan tegas. "Oh, dia yang selalu ajak kamu pergi tengah malam?" tanya mamanya. Kali ini Alby terkejut karena ia tidak tau apa-apa tentang masalahnya pergi keluar malam bersama siapa. Ia pun bingung harus berkata apa, sebelumnya Cyra tidak mengatakan apapun kepadanya. "Itu tidak penting, yang terpenting aku akan segera menikah dengannya. Minggu depan" ucapnya. Spontan, keduanya pun tersedak makanan masing-masing karena mendengar ucapan Cyra. Pasalnya mereka memiliki perjanjian dengan seseorang yang memberi
"Jangan bilang kamu hamil anak orang lain, dan aku yang diminta untuk bertanggung jawab!" tegasnya membuat Cyra langsung menatap wajahnya.Nafasnya terhenti, Cyra merasa dirinya sangat rendah di mata Alby. "Aku tidak serendah itu Alby! bisa saja kamu masuk kedalam kamarku saat aku mabuk dan aku tidak sadar hal itu terjadi" Alby terdiam, ia merasa Cyra mengetahui itu tetapi ia tetap berusaha menyangkalnya. "Kapan? kapan aku masuk ke kamar kamu. Walaupun kita satu apartemen, apa aku pernah masuk kamar sembarangan? lagipula masih banyak wanita diluar sana yang bisa aku tiduri. Untuk apa meniduri mu, kita menikah hanya karena kontrak. Kamu lupa? mengobrol saja jarang, apalagi masuk ke kamar orang sembarangan" Cyra menatapnya dengan penuh amarah, lalu ia pun kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Alby pun menjadi tidak fokus menonton pertandingan bolanya setelah mendengar kabar Cyra hamil. "Bisa saja sebelum malam itu terjadi dia pernah tidur bersama laki-laki lain" pikirnya te
Dengan tidak sadar, Cyra tersenyum menatap wajah Alby dan melanjutkan tindakannya sehingga Alby terbangun dan terkejut. "Astaga, Cyra" Bukannya menghentikannya, Cyra malah membuka bajunya dihadapan Alby. Kedua matanya terbelalak melihat pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat. Selama ini, ia hanya melihat layar komputer dan tumpukan berkas di ruang kerjanya. Cyra membuat Alby tidak bisa melakukan apa-apa selain diam, padahal Alby sangat ingat dengan perjanjian mereka. Tetapi Alby malah membiarkannya, sampai mereka melakukan hubungan badan tanpa menggunakan pengaman.Sinar matahari mulai masuk kedalam kamar Cyra, melalui jendela yang sengaja Alby buka sebelum ia keluar dari kamar itu.Saat Cyra terbangun, ia sudah memakai piyama dan dirinya sama sekali tidak mengingat kejadian semalam. "Ko aku disini" dengan mata yang menatap dinding kamarnya. Cyra langsung beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kama
"Kita memang nikah kontrak, tapi semua dilakukan secara real. Ayo turun!" ajak Cyra membuka pintu mobil Alby. Dengan terpaksa, Alby pun turun dari mobilnya dan menemui kedua orang tua Cyra. Kali ini, Cyra lebih agresif dibandingkan dirinya saat mengajak Cyra menemui orang tuanya. Cyra terus menggenggam tangan Alby, sampai mereka bertemu dengan kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang makan. "Ma, Pa kenalin. Pacar Cyra yang selama ini Cyra sembunyikan dari kalian" ucapnya dengan tegas. "Oh, dia yang selalu ajak kamu pergi tengah malam?" tanya mamanya. Kali ini Alby terkejut karena ia tidak tau apa-apa tentang masalahnya pergi keluar malam bersama siapa. Ia pun bingung harus berkata apa, sebelumnya Cyra tidak mengatakan apapun kepadanya. "Itu tidak penting, yang terpenting aku akan segera menikah dengannya. Minggu depan" ucapnya. Spontan, keduanya pun tersedak makanan masing-masing karena mendengar ucapan Cyra. Pasalnya mereka memiliki perjanjian dengan seseorang yang memberi
Baru saja duduk, ia langsung disodorkan kopi pilihan Alby. "Itu kopi kesukaanku" ucap Alby. Cyra menatap segelas cangkir kopi hitam, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah Alby, menatapnya dengan heran. Mengapa dirinya dipesankan kopi kesukaan Alby, bukan diminta untuk memilih kopi kesukaannya sendiri. "Oke, jadi kita mau apa kesini?" tanya Cyra."Aku mau langsung bicara pada intinya saja ya. Aku tau kamu dari Aldo, semoga aja kamu bisa di ajak kerja sama ya" ucap Alby, menatapnya dengan serius. "Apa kamu mau, kalau aku ajak nikah kontrak? dalam kontrak itu, akan tertulis kalau setelah kita menikah satu tahun, kita akan bercerai, dan tidak ada anak di antara kita" jelasnya. Cyra pun menatapnya dengan sangat serius, telinganya mendengar dengan jelas apa yang Alby katakan. Tanpa berpikir panjang, ia pun menjawabnya. "Ayo, kapan kita akan bertemu dengan keluarga kita masing-masing" tanyanya. Spontan Alby pun terkejut mendengarnya, baru kali ini ia menemukan wanita seperti dia. "Apa
Alby tetap terdiam sambil memikirkan ucapan Aldo, dia mulai merasa tertarik dengan sarannya untuk menikah kontrak."Boleh juga sih sarannya, nanti gue pikir-pikir lagi deh. Kalo bisa cariin yang lebih bagusan" ucap Alby. "Itu udah bagus loh, anaknya cantik, pinter, mandiri. Minusnya ya cuma satu, masih suka keluyuran malam" jelas Aldo."Kalau mencari wanita untuk di jadikan istri, jangan yang suka keluar malam. Pasti dia banyak temen cowoknya, emang lo mau nikah sama cewek yang friendly ke semua cowok. Itu sih saran aja dari gue" ucap Eric memberi saran pada Alby dan Aldo."Loh, ini kan cuma buat nikah kontrak buat buktiin ke nyokap bokap nya Alby, kalo Alby juga mau nikah" tepis Aldo sedikit tidak suka dengan saran Eric. "Iya, ini mah gue cuma kasih saran aja buat lo berdua yang belum nikah. Sebrengsek-brengseknya kita, pasti gak mau kan kalo kerjaannya nikah cere nikah cere" jawab Eric. "Iya juga sih, terus gimana? mending nikah kontrak apa jangan?" tanya Alby. "Terserah lo, kan
Baru saja, Alby keluar dari kantornya dan bergegas pulang ke sebuah apartemen, tempat ia tinggal. Tiba-tiba saja, ia mendapatkan telpon dari Papanya, Hartana. Handphonenya terus berdering, tetapi Alby tidak mengangkat telpon itu sama sekali. Ia sengaja tidak menerima telponnya dan memilih untuk membiarkan berdering berkali-kali, karena saat ini ia sedang malas berbicara dengan siapapun. Hartana pun terus menelponnya, sampai akhirnya Alby pun menyerah dan terpaksa menerima telpon itu."Iya, Pa. Kenapa? Alby lagi dijalan, baru pulang dari kantor" "Pulang ke rumah ya by, sekarang! Mama mau bicara sama kamu" ucap Hartana."Gak di telpon aja, Pa. Bicaranya? Alby capek banget hari ini" tolaknya. "Gak bisa! pulang ke rumah sekarang. Papa, dan Mama tunggu kamu disini!" tegas Hartana. "Oke, Alby kesana sekarang juga. Ya sudah Alby matikan telponnya ya, Pa" Dengan muka malas sambil menghela nafas, Alby pun mematikan telponnya. Ia memutar setir mobilnya dan berbalik arah menuju rumah orang