"Jangan bilang kamu hamil anak orang lain, dan aku yang diminta untuk bertanggung jawab!" tegasnya membuat Cyra langsung menatap wajahnya.
Nafasnya terhenti, Cyra merasa dirinya sangat rendah di mata Alby. "Aku tidak serendah itu Alby! bisa saja kamu masuk kedalam kamarku saat aku mabuk dan aku tidak sadar hal itu terjadi"Alby terdiam, ia merasa Cyra mengetahui itu tetapi ia tetap berusaha menyangkalnya. "Kapan? kapan aku masuk ke kamar kamu. Walaupun kita satu apartemen, apa aku pernah masuk kamar sembarangan? lagipula masih banyak wanita diluar sana yang bisa aku tiduri. Untuk apa meniduri mu, kita menikah hanya karena kontrak. Kamu lupa? mengobrol saja jarang, apalagi masuk ke kamar orang sembarangan"Cyra menatapnya dengan penuh amarah, lalu ia pun kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Alby pun menjadi tidak fokus menonton pertandingan bolanya setelah mendengar kabar Cyra hamil."Bisa saja sebelum malam itu terjadi dia pernah tidur bersama laki-laki lain" pikirnya terus meyakinkan dirinya sendiri, kalau Cyra hamil bukan karenanya.Tak lama, Alby mematikan televisi dan memilih pergi keluar dari apartemennya untuk bertemu dengan kedua sahabatnya.Selama duduk bersama Eric dan Aldo, Alby terlihat diam dan tidak banyak bicara. Keduanya memang merasa tidak aneh, karena biasanya pun Alby seperti itu."Masih ditekuk aja itu muka, kenapa si? kan udah ada Cyra, kerjaan juga udah balik" celetuk Aldo pada Alby."Apaan si, Cyra di bawa-bawa" protes Alby tidak mau mendengar nama Cyra."Eh gimana? rasanya nikah? enak gak?" sambung Eric menanyakannya sembari bercanda."Lo lagi, ngapain si pertanyaannya gak ada yang lain apa? kan kalian sendiri tau. Gue nikah bukan karena cinta, tapi karena keterpaksaan, lagian Cyra juga bukan orang yang gue suka" jelas Alby, lalu meneguk secangkir kopinya."Terus belum gituan juga?" tanya Aldo dengan tatapan serius.Alby terdiam, dia merasa di ingatkan kembali. Tetapi dirinya tidak ingin mengatakan yang sebenarnya. "Ya belum lah, ngobrol aja jarang. Udah napa, pertanyaannya jangan itu itu mulu. Ngomongin kerjaan aja lah biar seru""Ini kan bagian dari kerjaan kita, iya kan ric" ucap Aldo menepuk pundak Eric, lalu ia pun tersenyum menyeringai. "Lagian, jangan terlalu benci sama seseorang, nanti kalo lo suka duluan gimana sama Cyra. Cyra itu baik tau, cuma ya kebiasaanya aja yang gak baik""Oh lo suka sama Cyra? ya udah, silahkan ambil. Gue masih bisa cari yang lain" jawab Alby.Aldo pun tertawa, "Serius lo? oke, tunggu aja nanti juga ada lo yang nyesel"Eric ikut tertawa melihat dua Al yang selalu berseteru setiap bertemu. "Udah udah, kita lihat aja satu tahun kedepan sembari mengembangkan usaha kita masing-masing. Eh Btw, hari ini siapa yang menang? gue belum selesai nonton tadi""Jangan tanya gue, gue gak nonton" jawab Aldo.Alby mengeluarkan handphonenya, lalu melanjutkan menontonnya dari handphone bersama Aldo dan Eric.***Pagi telah tiba, Alby berpapasan dengan Cyra yang sedang duduk di meja makan. Mereka tidak saling menyapa satu sama lain, Alby datang hanya mengambil segelas air minum, lalu pergi untuk berangkat bekerja.Kedua mata Cyra terus mengikuti kemana langkah kaki Alby pergi, sampai Alby menutup pintunya."Kalo gue tau siapa Bapak dari anak ini, gue juga gak bakalan minta pertanggung jawaban lo. Sayangnya aja gue gak inget sama sekali." gerutunya dalam hati.Setelah selesai memakan roti, tiba-tiba Cyra mengingat malam dimana dirinya pergi bersama Alby dan ia meminum banyak alkohol. Tetapi setelah itu, ia tidak mengingat apapun, yang ia ingat hanyalah saat terbangun sudah berada di kamar dengan pakaian yang berbeda dari awal ia pakai."Gue harus pergi ke dokter untuk memastikan, gue beneran hamil atau testpack nya aja yang eror." gumamnya lalu mengambil tas dan membawanya pergi keluar dari kamar apartemen.Sebelum pergi ke dokter, Cyra pergi ke butiknya terlebih dahulu untuk memenuhi janji pertemuan dengan klien nya hari ini.Cyra benar-benar tidak fokus bekerja, ia menyerahkan semuanya kepada asistennya di butik. Tetapi dirinya tetap mendampinginya sampai semuanya selesai."Vi, gak ada janji temu lagi kan hari ini? saya mau pulang cepat hari ini, soalnya ada yang harus saya urus diluar." sambil menenteng tasnya."Kalau di jadwal tidak ada, bu" jawabnya setelah mengecek jadwal Cyra di butik."Oke, saya pulang duluan ya. Kalo ada apa-apa telpon aja atau chat""Siap, bu" jawabnya tersenyum dengan ramah.Cyra pun melangkahkan kakinya keluar dari butik, lalu masuk kedalam mobil pribadi yang selalu menemani kemanapun ia pergi.Sambil mengendarai mobilnya, pikirannya terus mengingat apa yang sudah ia lakukan bersama Alby dimalam itu. Sampai akhirnya, mobilnya terparkir didepan rumah sakit.Cyra langsung mendaftarkan dirinya sendiri untuk menemui dokter kandungan. Kebetulan saja, hari ini tidak banyak pasien yang mendaftar ke dokter kandungan. Dengan cepat, nama Cyra pun di panggil untuk masuk kedalam ruangan."Siang Ibu Cyra, silahkan duduk. Ibu mau pemeriksaan kehamilan ya?" Ucap Dokter dengan ramah menyambut kedatangannya."Siang dok, iya dok. Kebetulan saya juga bawa hasil testpack semalam." Cyra mengeluarkan dua testpack nya."Baik, mari kita ke tempat tidur. Hari pertama terakhir haidnya ingat bu?""Tanggal dua bulan kemarin, dok. Tapi saya baru menikah tanggal lima belas nya. Apa saya hamil diluar nikah?"Hati Cyra semakin tidak tenang, berkali-kali ia menelan ludahnya sendiri dan berusaha menenangkan hatinya. Ia benar-benar dipenuhi rasa takut.Baru saja, Alby keluar dari kantornya dan bergegas pulang ke sebuah apartemen, tempat ia tinggal. Tiba-tiba saja, ia mendapatkan telpon dari Papanya, Hartana. Handphonenya terus berdering, tetapi Alby tidak mengangkat telpon itu sama sekali. Ia sengaja tidak menerima telponnya dan memilih untuk membiarkan berdering berkali-kali, karena saat ini ia sedang malas berbicara dengan siapapun. Hartana pun terus menelponnya, sampai akhirnya Alby pun menyerah dan terpaksa menerima telpon itu."Iya, Pa. Kenapa? Alby lagi dijalan, baru pulang dari kantor" "Pulang ke rumah ya by, sekarang! Mama mau bicara sama kamu" ucap Hartana."Gak di telpon aja, Pa. Bicaranya? Alby capek banget hari ini" tolaknya. "Gak bisa! pulang ke rumah sekarang. Papa, dan Mama tunggu kamu disini!" tegas Hartana. "Oke, Alby kesana sekarang juga. Ya sudah Alby matikan telponnya ya, Pa" Dengan muka malas sambil menghela nafas, Alby pun mematikan telponnya. Ia memutar setir mobilnya dan berbalik arah menuju rumah orang
Alby tetap terdiam sambil memikirkan ucapan Aldo, dia mulai merasa tertarik dengan sarannya untuk menikah kontrak."Boleh juga sih sarannya, nanti gue pikir-pikir lagi deh. Kalo bisa cariin yang lebih bagusan" ucap Alby. "Itu udah bagus loh, anaknya cantik, pinter, mandiri. Minusnya ya cuma satu, masih suka keluyuran malam" jelas Aldo."Kalau mencari wanita untuk di jadikan istri, jangan yang suka keluar malam. Pasti dia banyak temen cowoknya, emang lo mau nikah sama cewek yang friendly ke semua cowok. Itu sih saran aja dari gue" ucap Eric memberi saran pada Alby dan Aldo."Loh, ini kan cuma buat nikah kontrak buat buktiin ke nyokap bokap nya Alby, kalo Alby juga mau nikah" tepis Aldo sedikit tidak suka dengan saran Eric. "Iya, ini mah gue cuma kasih saran aja buat lo berdua yang belum nikah. Sebrengsek-brengseknya kita, pasti gak mau kan kalo kerjaannya nikah cere nikah cere" jawab Eric. "Iya juga sih, terus gimana? mending nikah kontrak apa jangan?" tanya Alby. "Terserah lo, kan
Baru saja duduk, ia langsung disodorkan kopi pilihan Alby. "Itu kopi kesukaanku" ucap Alby. Cyra menatap segelas cangkir kopi hitam, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah Alby, menatapnya dengan heran. Mengapa dirinya dipesankan kopi kesukaan Alby, bukan diminta untuk memilih kopi kesukaannya sendiri. "Oke, jadi kita mau apa kesini?" tanya Cyra."Aku mau langsung bicara pada intinya saja ya. Aku tau kamu dari Aldo, semoga aja kamu bisa di ajak kerja sama ya" ucap Alby, menatapnya dengan serius. "Apa kamu mau, kalau aku ajak nikah kontrak? dalam kontrak itu, akan tertulis kalau setelah kita menikah satu tahun, kita akan bercerai, dan tidak ada anak di antara kita" jelasnya. Cyra pun menatapnya dengan sangat serius, telinganya mendengar dengan jelas apa yang Alby katakan. Tanpa berpikir panjang, ia pun menjawabnya. "Ayo, kapan kita akan bertemu dengan keluarga kita masing-masing" tanyanya. Spontan Alby pun terkejut mendengarnya, baru kali ini ia menemukan wanita seperti dia. "Apa
"Kita memang nikah kontrak, tapi semua dilakukan secara real. Ayo turun!" ajak Cyra membuka pintu mobil Alby. Dengan terpaksa, Alby pun turun dari mobilnya dan menemui kedua orang tua Cyra. Kali ini, Cyra lebih agresif dibandingkan dirinya saat mengajak Cyra menemui orang tuanya. Cyra terus menggenggam tangan Alby, sampai mereka bertemu dengan kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang makan. "Ma, Pa kenalin. Pacar Cyra yang selama ini Cyra sembunyikan dari kalian" ucapnya dengan tegas. "Oh, dia yang selalu ajak kamu pergi tengah malam?" tanya mamanya. Kali ini Alby terkejut karena ia tidak tau apa-apa tentang masalahnya pergi keluar malam bersama siapa. Ia pun bingung harus berkata apa, sebelumnya Cyra tidak mengatakan apapun kepadanya. "Itu tidak penting, yang terpenting aku akan segera menikah dengannya. Minggu depan" ucapnya. Spontan, keduanya pun tersedak makanan masing-masing karena mendengar ucapan Cyra. Pasalnya mereka memiliki perjanjian dengan seseorang yang memberi
Dengan tidak sadar, Cyra tersenyum menatap wajah Alby dan melanjutkan tindakannya sehingga Alby terbangun dan terkejut. "Astaga, Cyra" Bukannya menghentikannya, Cyra malah membuka bajunya dihadapan Alby. Kedua matanya terbelalak melihat pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat. Selama ini, ia hanya melihat layar komputer dan tumpukan berkas di ruang kerjanya. Cyra membuat Alby tidak bisa melakukan apa-apa selain diam, padahal Alby sangat ingat dengan perjanjian mereka. Tetapi Alby malah membiarkannya, sampai mereka melakukan hubungan badan tanpa menggunakan pengaman.Sinar matahari mulai masuk kedalam kamar Cyra, melalui jendela yang sengaja Alby buka sebelum ia keluar dari kamar itu.Saat Cyra terbangun, ia sudah memakai piyama dan dirinya sama sekali tidak mengingat kejadian semalam. "Ko aku disini" dengan mata yang menatap dinding kamarnya. Cyra langsung beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kama
"Jangan bilang kamu hamil anak orang lain, dan aku yang diminta untuk bertanggung jawab!" tegasnya membuat Cyra langsung menatap wajahnya.Nafasnya terhenti, Cyra merasa dirinya sangat rendah di mata Alby. "Aku tidak serendah itu Alby! bisa saja kamu masuk kedalam kamarku saat aku mabuk dan aku tidak sadar hal itu terjadi" Alby terdiam, ia merasa Cyra mengetahui itu tetapi ia tetap berusaha menyangkalnya. "Kapan? kapan aku masuk ke kamar kamu. Walaupun kita satu apartemen, apa aku pernah masuk kamar sembarangan? lagipula masih banyak wanita diluar sana yang bisa aku tiduri. Untuk apa meniduri mu, kita menikah hanya karena kontrak. Kamu lupa? mengobrol saja jarang, apalagi masuk ke kamar orang sembarangan" Cyra menatapnya dengan penuh amarah, lalu ia pun kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Alby pun menjadi tidak fokus menonton pertandingan bolanya setelah mendengar kabar Cyra hamil. "Bisa saja sebelum malam itu terjadi dia pernah tidur bersama laki-laki lain" pikirnya te
Dengan tidak sadar, Cyra tersenyum menatap wajah Alby dan melanjutkan tindakannya sehingga Alby terbangun dan terkejut. "Astaga, Cyra" Bukannya menghentikannya, Cyra malah membuka bajunya dihadapan Alby. Kedua matanya terbelalak melihat pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat. Selama ini, ia hanya melihat layar komputer dan tumpukan berkas di ruang kerjanya. Cyra membuat Alby tidak bisa melakukan apa-apa selain diam, padahal Alby sangat ingat dengan perjanjian mereka. Tetapi Alby malah membiarkannya, sampai mereka melakukan hubungan badan tanpa menggunakan pengaman.Sinar matahari mulai masuk kedalam kamar Cyra, melalui jendela yang sengaja Alby buka sebelum ia keluar dari kamar itu.Saat Cyra terbangun, ia sudah memakai piyama dan dirinya sama sekali tidak mengingat kejadian semalam. "Ko aku disini" dengan mata yang menatap dinding kamarnya. Cyra langsung beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kama
"Kita memang nikah kontrak, tapi semua dilakukan secara real. Ayo turun!" ajak Cyra membuka pintu mobil Alby. Dengan terpaksa, Alby pun turun dari mobilnya dan menemui kedua orang tua Cyra. Kali ini, Cyra lebih agresif dibandingkan dirinya saat mengajak Cyra menemui orang tuanya. Cyra terus menggenggam tangan Alby, sampai mereka bertemu dengan kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang makan. "Ma, Pa kenalin. Pacar Cyra yang selama ini Cyra sembunyikan dari kalian" ucapnya dengan tegas. "Oh, dia yang selalu ajak kamu pergi tengah malam?" tanya mamanya. Kali ini Alby terkejut karena ia tidak tau apa-apa tentang masalahnya pergi keluar malam bersama siapa. Ia pun bingung harus berkata apa, sebelumnya Cyra tidak mengatakan apapun kepadanya. "Itu tidak penting, yang terpenting aku akan segera menikah dengannya. Minggu depan" ucapnya. Spontan, keduanya pun tersedak makanan masing-masing karena mendengar ucapan Cyra. Pasalnya mereka memiliki perjanjian dengan seseorang yang memberi
Baru saja duduk, ia langsung disodorkan kopi pilihan Alby. "Itu kopi kesukaanku" ucap Alby. Cyra menatap segelas cangkir kopi hitam, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah Alby, menatapnya dengan heran. Mengapa dirinya dipesankan kopi kesukaan Alby, bukan diminta untuk memilih kopi kesukaannya sendiri. "Oke, jadi kita mau apa kesini?" tanya Cyra."Aku mau langsung bicara pada intinya saja ya. Aku tau kamu dari Aldo, semoga aja kamu bisa di ajak kerja sama ya" ucap Alby, menatapnya dengan serius. "Apa kamu mau, kalau aku ajak nikah kontrak? dalam kontrak itu, akan tertulis kalau setelah kita menikah satu tahun, kita akan bercerai, dan tidak ada anak di antara kita" jelasnya. Cyra pun menatapnya dengan sangat serius, telinganya mendengar dengan jelas apa yang Alby katakan. Tanpa berpikir panjang, ia pun menjawabnya. "Ayo, kapan kita akan bertemu dengan keluarga kita masing-masing" tanyanya. Spontan Alby pun terkejut mendengarnya, baru kali ini ia menemukan wanita seperti dia. "Apa
Alby tetap terdiam sambil memikirkan ucapan Aldo, dia mulai merasa tertarik dengan sarannya untuk menikah kontrak."Boleh juga sih sarannya, nanti gue pikir-pikir lagi deh. Kalo bisa cariin yang lebih bagusan" ucap Alby. "Itu udah bagus loh, anaknya cantik, pinter, mandiri. Minusnya ya cuma satu, masih suka keluyuran malam" jelas Aldo."Kalau mencari wanita untuk di jadikan istri, jangan yang suka keluar malam. Pasti dia banyak temen cowoknya, emang lo mau nikah sama cewek yang friendly ke semua cowok. Itu sih saran aja dari gue" ucap Eric memberi saran pada Alby dan Aldo."Loh, ini kan cuma buat nikah kontrak buat buktiin ke nyokap bokap nya Alby, kalo Alby juga mau nikah" tepis Aldo sedikit tidak suka dengan saran Eric. "Iya, ini mah gue cuma kasih saran aja buat lo berdua yang belum nikah. Sebrengsek-brengseknya kita, pasti gak mau kan kalo kerjaannya nikah cere nikah cere" jawab Eric. "Iya juga sih, terus gimana? mending nikah kontrak apa jangan?" tanya Alby. "Terserah lo, kan
Baru saja, Alby keluar dari kantornya dan bergegas pulang ke sebuah apartemen, tempat ia tinggal. Tiba-tiba saja, ia mendapatkan telpon dari Papanya, Hartana. Handphonenya terus berdering, tetapi Alby tidak mengangkat telpon itu sama sekali. Ia sengaja tidak menerima telponnya dan memilih untuk membiarkan berdering berkali-kali, karena saat ini ia sedang malas berbicara dengan siapapun. Hartana pun terus menelponnya, sampai akhirnya Alby pun menyerah dan terpaksa menerima telpon itu."Iya, Pa. Kenapa? Alby lagi dijalan, baru pulang dari kantor" "Pulang ke rumah ya by, sekarang! Mama mau bicara sama kamu" ucap Hartana."Gak di telpon aja, Pa. Bicaranya? Alby capek banget hari ini" tolaknya. "Gak bisa! pulang ke rumah sekarang. Papa, dan Mama tunggu kamu disini!" tegas Hartana. "Oke, Alby kesana sekarang juga. Ya sudah Alby matikan telponnya ya, Pa" Dengan muka malas sambil menghela nafas, Alby pun mematikan telponnya. Ia memutar setir mobilnya dan berbalik arah menuju rumah orang