Home / Urban / Sang Tuan Muda Sejati / Bab 113. Kabar Mencengangkan!

Share

Bab 113. Kabar Mencengangkan!

Author: Ayunina Sharlyn
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Tuan! Tuan Besar!!" Vemy berteriak kaget saat masuk ke kamar Herman.

Dia melihat Herman tergeletak dengan tubuh tegang dan gemetar. Wajahnya merah dan tampak dia tersengal-sengal berusaha bernapas.

"Ya Tuhan! Tuan, kenapa begini!?" Vemy cepat-cepat mendekat ke ranjang.

Dengan panik, Vemy membantu Herman memakaiu alat bantuan pernapasan. Tangannya gemetar karena terkejut luar biasa. Dia juga dengan cepat menghubungi Helios. Tetapi sayang, Helios tidak menerima panggilan Vemy.

"Aduh, Tuan Muda sibuk kayaknya ... Ya Tuhan ... tolong ... Ah, Tuan Halim." Vemy beralih menghubungi Halim.

Beberapa kali, akhirnya panggilan Vemy terjawab. Dengan tergopoh dan cemas, Vemy memberi kabar. Tentu saja Halim sangat terkejut mendapat kabar kalau Herman drop begitu cepat. Belum sampai dua jam sebelumnya Halim meninggalkan mansion, dan tiba-tiba mendapat kabar ini?

Halim meminta Vemy menemani Herman, sedangkan Halim segera menghubungi dr. Luki. Dokter langsung menitahkan agar Herman dibawa ke rum
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 114. Tanyakan pada Ibumu

    Hati Violetta berdesir. Dia telah menulis pesan pada pria tampan blasteran Perancis Indonesia yang dia kenal sebagai papanya, tetapi yang selalu tidak mau mempedulikannya. Violetta berhati-hati menuangkan isi hatinya, agar dapat membujuk pria itu menerimanya. Bagaimanapun, Violetta adalah putrinya. Yang terjadi antara dia dengan Siska, seburuk apapun, tidak semestinya mengalihkan pria itu dari tanggung jawab bahwa dia punya Violetta di dalam hidupnya. Bahkan, sekalipun dia telah punya keluarga baru dan bahagia bersama mereka."Hhuuffhhh ..." Violetta mengembuskan napas panjang, lalu membaca ulang pesan yang siap dia kirimkan.*Dear Daddy,It's been so long I don't contact you, I don't say hello and hope to know how are you doing. I am so sorry for that.Kali ini aku memberanikan diri menghubungi papa. Ada banyak kejadian yang aku alami dan aku benar-benar butuh papa. Jika aku katakan, please, look at me. I really need you the most right now.Di rumah, semua semakin berat. Aku benar-

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 115. Lebih Baik Kamu Mati!

    Siska berjalan tergesa-gesa menuju ke kamar di mana Herman dirawat. Cuma satu yang Siska mau katakan pada pria itu, Herman adalah pria munafik. Kebencian Herman padq Siska dan Raditya yang membuat konglomerat itu membuat rekayasa sangat apik terkait Helios sebagai Tuan Muda Hartawan. Dari awal Siska tidak percaya jika Helios adalah anak Herman, hingga doa mulai yakin, lalu mencari cara agar Helios dan Violetta bisa jadian. Ternyata, Herman melakukan kebohongan besar. Benar-benar kejam pria itu pada Siska.Kamar Herman tinggal beberapa meter lagi. Siska makin mempercepat langkah kakinya. Siska sudah tidak sabar ingin meluapkan kemarahannya pada Herman.Pintu kamar Herman tertutup. Dengan cepat Siska mendorong hingga pintu terbuka. Bagus sekali. Herman di dalam sendirian, berbaring lemah di atas ranjang pasien."Ah, senang sekali aku bisa melihatmu di sini, Herman!" Dengan senyum sinis Siska melangkah masuk, mendekat ke sisi ranjang.Tentu saja Herman sangat kaget melihat tiba-tiba Sisk

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 116. Jawaban Mengejutkan dari Siska

    "Aku puas! Puas sekali melihat Herman tak berdaya. Sedikit lagi, sedikit lagi dia pasti mati! Aku harus menerornya. Kalau dia makin tertekan, sudah pasti jantungnya tidak akan mampu bertahan lagi. Tidak lama lagi, semua kesombongan pria tua itu akan habis." Siska bicara sendiri sambil memandang wajahnya di cermin.Melihat Herman terkapar hampir tak bisa bergerak di atas ranjang, sungguh pemandangan menyenangkan untuk Siska. Kali ini dia harus berhasil menyingkirkan Herman. Siapa yang menduga, rekayasa kisah si Tuan Muda, buatan Herman sendiri yang menghancurkan dia."Kamu kira kamu akan hidup selamanya? Hah, manusia sombong pasti ada ujungnya. Dan ujungnya kehancuran paling menyakitkan. Selamat menikmati kematian yang segera datang, Herman." Senyum kemenangan dan juga diiringi kebencian pada Herman terpampang jelas di wajah cantik Siska."Mama!" Siska berbalik, tampak Violetta di depan pintu kamarnya. Terlihat gadis itu lesu dengan mata masih sembab. "Ada apa?" tanya Siska sembari me

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 117. Permintaan Herman

    Violetta memegang dadanya dan mengembuskan napas berat. Kenyataan yang dia hadapi sama sekali menyakitkan. Dia harus mendengar kisah dirinya dari orang lain. Mamanya selama ini berusaha menutupi karena ingin mengubur aib yang dia buat."Tuan Pieter sangat baik. Dia sangat sayang Nyonya dan Non Vio." Harun meneruskan.Violetta mengangguk. Tidak mungkin dia lupa. Meskipun samar, kenangan akan padanya masih tersimpan. Yang dia ingat papanya suka tersenyum dan ramah. Pelukannya kuat dan menenangkan. "Kenapa papa pergi kalau dia menerima aku dan mama, tidak peduli bagaimana latar belakang aku ada?" tanya Violetta.Harun memejamkan mata. Dia seolah-olah mengumpulkan ingatan. Mungkin lebih tepatnya, dia menyiapkan kalimat yang tepat untuk dia ungkapkan."Nyonya kembali pada dunianya. Tuan Pieter sedih dan kecewa." Jawaban itu diucapkan tenang sekali.Violetta seketika mengerti. Ibunya pasti punya pria lain. Pieter tentu saja merasa dikhianati. Dia menerima aib Siska, bahkan mengakui Violetta

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 118. Tangis Pilu Violetta

    Helios kembali ke mansion. Masuk ke rumah besar, semua terasa berbeda. Biasanya rasa nyaman berada di rumah yang memenuhi hati Helios. Tetapi dengan semua yang terjadi, rasa asing, seperti saat awal dia datang yang datang mendarat di hatinya.Dengan lesu, Helios naik ke kamarnya. Di tangga dia bertemu dengan pelayan yang sedang membersihkan rumah. Pelayan itu menanyakan kabar Herman. Ada raut kesedihan juga di wajah si pelayan."Semoga Tuan Besar kembali sehat dan cepat pulang," kata pelayan itu setelah mendengar kabar dari Helios."Ya, Bu. Semoga saja." Helios menjawab sambil melanjutkan langkah menuju kamarnya.Masuk ruang besar itu, Helios makin resah. Ada rasa kehilangan yang besar tiba-tiba menyusup. Kamar itu, tempat pertama yang dia lihat saat berada di rumah besar itu, sebagai korban penculikan. Kamar itu juga saksi segala rasa dan pergumulan hati Helios menjalani hari-hari sebagai Tuan Muda.Helios mengangkat kaki dan berjalan menuju balkon. Dia kangen ternyata berada di sana

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 119. Hari yang Dinanti

    Helios meraih kedua tangan Violetta. Dia mau memastikan kalau dia membawa Violetta, dia akan berjuang agar mereka bahagia bersama."Pasti ga mudah. Yang kita hadapi semua belum pasti. Tapi aku yakin ada jalan. Jika kita tetap saling sayang, semua bisa kita lewati," kata Helios.Ini saat penenutuan yang tidak mudah. Tetapi Helios bertekad akan tetap di samping Violetta. "Oke. Kita pergi. Kita akan ke mana saja bersama. Tapi janji, Hel, apapun yang terjadi kamu ga akan menjauh." Violetta mempererat pegangan tangan mereka."Aku janji. Kita akan tetap bersama, apapun yang terjadi."Ucapan Helios membuat hati Violetta campur aduk. Benar, dia memang ingin pergi. Tidak terkira, dia akan pergi dengan pria yang dia sebut 'hero' di hidupnya. Jalan sudah terbuka, Violetta tidak akan sendirian di luar mansion."Kapan kita berangkat?" Violetta bertanya dengan jantung masih berdetak cepat."Tuan Besar masih dalam pantauan dokter. Masih belum lolos masa kritis. Jika dia mendengar aku pergi, aku kua

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 120. Jantung Hampir Berhenti

    Violetta memegang erat pinggir jendela mobil. Dia masih tidak percaya dengan yang Helios katakan. Mereka harus segera berangkat atau mereka akan terlambat."Vio, pasti ada yang gawat. Aku ga mungkin pergi. Jika terjadi sesuatu dengan Tuan Besar, aku akan menyesal seumur hidup!" Helios memberikan alasan."Hel, tapi kita sudah mengatur semua, kita-""Aku ga mungkin ga ke sana, Vio. Kondisi Tuan Besar pasti gawat!" sahut Helios dengan tatapan panik.Terpaksa, Violetta melepas tangannya dan mundur beberapa langkah. Matanya terlihat kesal, tapi juga bingung."Fine. Pergilah!" Violetta berdiri dengan kedua tangan meremas ujung kaos yang dia pakai. Dada Violetta dengan cepat terasa berat. Dia menatap Helios tak berkedip. Kenapa jadi begini?"Aku pasti kembali. Kita pasti sama-sama. Aku ga akan ingkar." Helios memandang Violetta dengan perasaan campur aduk. Semua sudah dia atur dengan rapi, tapi kenapa seperti ini? Helios hampir yakin Tuhan memang menginginkan dia dan Violetta bersama. Lalu

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 121. Aku Tetap Akan Pergi

    "Jadi seperti itu yang terjadi, Helios. Aku, aku sendiri tidak pernah tahu ... aku bahkan tidak ingat Ririn." Herman mengakhiri cerita bagaimana dia bisa bertemu dengan ibu Helios."Arinda Krisnanti." Dalam hati Helios berucap. Helios tidak pernah tahu jika ibunya pernah dipanggil dengan nama Ririn. Selama ibunya masih ada, semua orang memanggil dia Arin. Mendengar semua yang Herman tuturkan, Helios masih merasa semua seperti mimpi. Mimpi yang kesekian di hidupnya yang dia tahu tidak akan terbangun lagi."Semakin aku ingat hari-hari itu, empat hari dengan Ririn, aku bisa ingat Ririn gadis yang baik. Sangat sopan dan jujur. Ya Tuhan, bagaimana bisa dia menyembunyikan kamu dariku?" Helios tidak tahu bisa bicara apa. Kisah rekayasa yang Herman buat ternyata tidak benar-benar dusta. Sedikit berbeda, tapi tetap benar Helios lahir dari hubungan gelap. Meskipun tanpa disengaja, tak pernah diharapkan. "Aku bingung pagi itu, tidak ingat apa yang terjadi dengan jelas malam sebelumnya. Tiba-t

Latest chapter

  • Sang Tuan Muda Sejati   Extra Moment - Part 2

    Pesawat mendarat dengan lancar di kota tujuan. Satu per satu penumpang turun dari pesawat. Di antara mereka tampak Helios dan Violetta. dan satu lagi yang ikut dengan mereka, Herman. Juga didampingi satu pelayan yang akan membantu keperluan Herman jika diperlukan. Berempat mereka mendarat di kota kelahiran Helios, Semarang. Tetapi mungkin lebih tepat dikatakan kota kelahiran Ardiandana Krisnadi. Hari itu, apa yang Helios rencanakan akhirnya bisa dia wujudkan. Dia datang ke Semarang untuk berziarah ke makam ibunya. Dia sudah bertemu ayah kandungnya, yang ternyata pria kaya raya dan baik hati. Bahkan saat ibu Helios mengandung kala itu, Herman masih seorang pengusaha muda yang baru meniti karir. "Apa yang kamu rasakan, Hel?" Violetta bertanya pelan di dekat Helios sementara mereka sedang menuju ke hotel untuk beristirahat setelah meninggalkan bandara. "Penuh. Rasanya campur-campur, di sini." Helios memegang dadanya. " Lebih satu tahun aku pergi. Kembali melewati jalan-jalan ini, semu

  • Sang Tuan Muda Sejati   Extra Moment - Part 1

    "Hel! Helios!" Helios tersentak mendengar panggilan keras itu. Dia segera bangun dan duduk. Tampak Violetta berlari menghampiri Helios yang masih belum hilang dari rasa kaget.Violetta naik ke ranjang, duduk di depan Helios. Mata Violetta menatap dengan berbinar pada Helios yang akhirnya mendapatkan kesadaran sepenuhnya."Ada apa?" tanya Helios."Kita ketemu papa hari ini," kata Violetta penuh semangat tapi juga tegang."Papa?" Helios melotot. "Papa nyusul ke sini? Ini bulan madu kita.""Bukan. Salah." Violetta menggeleng-geleng dengan keras. "Bukan Papa Herman. Papaku.""Papa kamu?" Helios kembali harus memberi waktu loading pada otaknya."Ahh, Pieter. Papaku waktu aku kecil." Kembali Violetta menjelaskan."Ooh, oke ..." Helios mengerti yang Violetta maksud. "Serius dia mau ketemu kamu?""Ya." Kali ini Violetta mengangguk dengan tegas. "Awalnya aku ga yakin, tapi ternyata dia mau. Makan siang di resto ... ini ..." Violetta menunjukkan nama dan lokasi tempat Violetta akan bertemu Pie

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 133. Finally, Tuan Muda

    "Kenapa? Kenapa kamu melihat aku seperti melihat orang aneh?" ujar Herman sambil memandang Helios lagi."Papa restui aku dan Violetta?" Berdetak lebih kuat jantung Helios ketika mengucapkan itu."Vio, mendekatlah kemari." Sekali lagi Helios meminta Violetta datang di sampingnya.Dengan tatapan bingung, Violetta melangkah mendekati Herman."Kamu sungguh-sungguh sayang anakku?" tanya Herman.Pertanyaan itu diucapkan lembut, tidak ada nada sinis atau tidak suka. Benar-benar pertanyaan yang memang ingin tahu yang sebenarnya.Violetta hampir tidak mampu menahan air matanya. Segala kemelut di dadanya seolah-olah perlahan terurai.Helios yang ada di seberang Herman, memperhatikan Violetta. Menunggu jawaban gadis itu."Ya, Om. Aku sayang Helios." Suara lembut Violetta akhirnya terdengar. "Buat anakku bahagia di hidupnya. Kamu bisa?" tanya Herman lagi, dengan nada suara yang sama.Pertanyaan itu langsung membuat air mata Violetta tak bisa dibendung. Dia menutup wajah dengan kedua tangannya. Di

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 132. Gertakan Tuan Besar

    Dua pasang mata di depan Herman menatap padanya. Sudah pasti Helios dan Violette menunggu kalimat berikut yang akan Herman ucapkan. Tetapi muncul sedikit cemas, kalau sampai emosi Herman naik, jantungnya bisa bermasalah lagi."Aku sudah mendapatkan penyelesaian dari semua kemelut yang selama ini membuat hidupku terasa sangat rumit dan menekan." Lebih tegas Herman bicara, meskipun tetap terdengar tenang. "Maksud Papa?" Helios menegakkan punggung. Dadanya tiba-tiba berdegup kuat. Yang dia takutkan jika Herman tidak akan menerima Violetta di mansion karena Siska sudah tidak ada lagi sebagai anak angkat keluarga Hartawan. "Masalahku yang utama adalah aku perlu penerus untuk keluargaku. Aku ini sudah tua dan sakit-sakitan." Herman kembali melanjutkan menikmati makanannya. Helios dan Violetta memperhatikan setiap gerakan Herman. Herman mengangkat wajahnya, dan mengarahkan pandangan pada Violetta. Lalu dia menoleh ke arah belakangnya. Ada pelayan pengganti Erma berdiri beberapa meter di

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 131. Semua Sudah Selesai

    Herman menanyakan Violetta. Ini benar-benar kejutan. Helios menaikkan kedua alisnya menatap Herman."Aku lihat dia sedang sedih, Helios. Di mana dia?" Herman menegaskan lagi.Helios semakin terkejut. Dari mana Herman tahu jika Violetta sedang bersedih? Tapi memang itu kenyataannya."Aku telpon dia. Aku akan minta dia ke sini." Helios mengeluarkan ponsel dan mencari nomor kontak Violetta.Dering panggilan Helios beberapa kali, tetapi tidak ada respon. Helios mencoba lagi, hingga kali ketiga baru Violetta menerima panggilannya."Hel ... mama ... mama sdh pergi, Hel ..." Terbata-bata sambil menangis Violetta berkata."Apa?" Refleks kata itu yang Helios ucapkan."Hel ... aku, aku ..."Helios menatap Herman. Ini kesedihan yang Herman maksud. Herman tahu kalau Violetta sedang sedih."Pa, aku temui Vio." Helios berkata dengan pandangan datar, sedikit nanar.Victor memperhatikan ekspresi yang tiba-tiba berbeda."Ya, pergilah." Herman mengangguk.Helios mendekati Victor dan berbisik,"Tante Sis

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 130. Selamat Jalan, Selamat Datang

    Violetta masuk kamar Siska. Wanita itu kembali menggunakan alat bantu pernapasan dan kondisinya tiba-tiba sangat lemah. Namun, kesadarannya masih ada. Dia memandang Violetta dan mengulurkan tangan kirinya yang gemetar.Violetta mendekat dan memegang tangan kiri Siska. Hatinya sangat sedih. Melihat ibunya berjuang untuk bernapas, Violetta tidak tega."Kamu ... Vio ..." Siska memaksa diri bicara.Violetta mendekat ke dekat wajah Siska agar bisa mendengar yang Siska katakan."Baha ... gia ... Jangan ... ja ... ngan, se ... dih." Semakin pelan terdengar tapi masih dapat Violetta tangkap.Mendengar itu begitu saja air mata meluncur di mata Violetta. Dia mengangkat muka dan memandang Siska. Mata Siska terus menatap pada Violetta. Lemah dan redup, sayu dan semakin berat."Mama, aku pasti bahagia. Aku janji." Violetta berkata sambil berusaha menahan diri agar tidak menangis.Mata Siska tampa makin berat. Senyum kecil di ujung bibirnya. Sedang napasnya semakin berat. Dia mulai tersengal-sengal

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 129. Klarifikasi Tuan Muda Hartawan

    Halim dan Victor bertindak. Niat Helios ingin meluruskan postingan Siska segera mereka tanggapi. Halim membantu Helios menata apa-apa yang perlu Helios katakan di publik dan bagian mana yang cukup menjadi konsumsi pribadi saja.Sedangkan Victor, dia memanggil tiga media yang cukup dikenal dan kredibel untuk ikut membuat video ketika Helios membuat pernyataan. Ini sengaja dilakukan, langsung dengan media, bukan video yang siap ditayangkan setelah lewat proses editing dan lain-lain.Tetap sangat dibatasi berapa dari pers yang bisa datang, karena lokasi dilakukan di rumah sakit. Dua hari persiapan maka rencana dijalankan. Saat memulai Helios sangat tegang. Violetta, Halim, dan Victor juga sama."Hel, good luck. Thanks for all." Violetta mengatakan itu sepenuh hati dan juga menyemangati Helios.Helios mengangguk lalu berjalan ke kursi yang disiapkan untuknya. Pengambilan gambar dilakukan di taman yang tidak jauh dari tempat Herman dirawat."Hari ini, meskipun bukan yang aku inginkan, aku

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 128. Napas Terakhir

    Helios dengan cepat berdiri. Violetta menatap padanya dengan mata berkaca-kaca. Helios melangkah mendekat. Seketika tangis Violetta pecah. Dalam dekapan Helios, gadis itu melepas penat yang begitu menekan dirinya."God, thank you, You bring her back." Lirih Helios bicara. Dengan kuat dia peluk Violetta. Helios mau membuat Violetta tenang, yakin, Helios akan mendukung dan mendampingi dirinya. Pelukan ini yang Violetta butuhkan. Pelukan cinta tulus untuknya. Apapun keadaannya, cinta itu akan tetap ada. Tanpa tujuan lain, tanpa motivasi apa-apa, selain karena sayang."Terima kasih kamu mau balik. Terima kasih, Vio." Lembut sekali Helios bicara. Terasa rasa lega yang begitu besar dari nada suara Helios.Victor memandang keduanya. Begitu rumit yang terjadi di sekeliling mereka. Cinta mereka diuji berulang kali dengan banyak hal yang jika dipikir tidak harus mereka lalui. Mengingat kisah cintanya sendiri dengan Donita, yang Helios dan Violetta hadapi masih lebih berat."Aku mau lihat mama

  • Sang Tuan Muda Sejati   Bab 127. Tidak Tahu Lagi

    Violetta menoleh ke arah gerbang menuju pesawat. Petugas menunggu dengan senyum ramah. Para penumpang satu per satu masuk ke sana.Violetta berdiri. Dia menarik napas dalam. Ada perasaan campur aduk di dada. Dia akan pergi atau kembali. Hatinya bergelut luar biasa. Violetta hanya ingin tenang, lelah dengan semua carut marut yang menekan hidupnya. Setiap berurusan dengan ibunya, hanya luka dan pedih yang dia dapatkan. Jika dia pergi, semua akan selesai. Tapi, apakah dia sejahat itu sebagai anak? Lalu, Helios? Apakah Violetta juga tega membiarkan Helios menghadapi semua sendiri?"Vio, please ..." Terdengar sendu suara Helios. "Aku sayang kamu. Aku mau kita sama-sama. Aku janji akan bilang papa kalau aku akan-"Klik. Violetta mematikan panggilan Helios. Dia masukkan ponsel ke dalam tas, lalu berjalan cepat meninggalkan ruang tunggu dan pergi keluar. Violetta mencari taksi. Dia akan kembali. Dia tidak akan membiarkan Helios menyelesaikan kekacauan yang dibuat oleh ibunya.Bagaimanapun, s

DMCA.com Protection Status