Share

Bab 109. Isi Hati Tuan Muda

Herman tidak menyahut. Dia memandang Helios, menarik napas dalam dan panjang. Mungkin kata-kata dr. Luki benar. Dia harus mendengar suara hati Helios.

"Pa ... Papa ..." Helios memulai dengan sengaja memanggil Herman.

Hati Helios bergemuruh. Apa yang dia katakan, dia tahu bisa akan jadi bencana bagi Herman. Tetapi, tidak ada gunanya dia terus menghindar. Mungkin juga, ini perjuangan yang harus Helios lakukan seperti yang Violetta ucapkan.

"Orang yang pertama aku panggil papa dengan sadar ..." Helios menghela napas.

Herman yang semula melihat ke langit-langit kamar, menoleh pada Helios. Dia menunggu apa yang Helios mau ungkapkan sebenarnya.

"... adalah Tuan Besar." Helios melanjutkan. "Aku tak pernah tahu siapa ayahku. Membayangkan punya ayah, aku bahkan tidak mau lagi. Karena tidak akan ada seorang ayah untukku."

Herman tidak berkedip. Dia masih menunggu.

"Saat aku dipaksa jadi Tuan Muda, aku bingung. Semua tidak masuk akal. Tapi, menjalaninya, semakin mengenal Tuan Besar, aku bersyu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status