Setelah kecelakaan lima tahun lalu, Gilang memiliki kemampuan untuk menganalisis grafik saham dengan cepat. Namun, ia terpaksa menyembunyikannya dan berpura-pura bodoh untuk melindungi dirinya dari keserakahan sang kakak yang ingin menguasai perusahaan keluarga mereka. Bahkan, Gilang tetap bersandiwara di depan Saras--istri yang dipilih sang kakak--sembari membangun kerajaan bisnisnya diam-diam. Sayangnya, sang mertua begitu kejam dan tamak, hingga pria itu mau tidak mau mengakhiri sandiwaranya. Lantas, bagaimana nasib Gilang setelah penyamarannya terbongkar?
View More"Dasar tidak waras! Apa yang bisa Kamu berikan untuk putriku?!"
Abra Gumilang hanya diam membisu usai mendapatkan hardikan dari ibu mertuanya.Sepertinya, wanita di hadapannya ini sudah tak bisa menahan kekesalannya yang dipendam sebulan ini. Setelah Gilang menikahi Saras, wanita itu pikir Keluarga Gumilang akan terus memberikan dana padanya dan bukan hanya menghapus utang-utangnya selama ini. Sayangnya, ia tak tahu bahwa menantunya ini benar-benar sesuai “gosip yang beredar”.Gilang tampak pemalas dan bodoh. Ia tidak menunjukkan minat yang besar dalam hal pekerjaan atau pendidikan. Seolah … dia memiliki “dunianya” sendiri."Jawab, Gilang! Setidaknya, Kamu bekerja dan menafkahi Saras, layaknya seorang suami yang baik!" tambah wanita paruh baya di hadapannya."Gilang sudah kerja kok, Ma," sahut pria itu membela diri. Namun, wajahnya tampak datar.Hal ini jelas membuat Diana semakin geram."Kerja apa? Cuma makan dan tidur saja di rumah! Kamu tidak bisa membantu apa-apa! Bahkan, pintu kamar mandi yang rusak, kamu biarkan begitu saja!" teriak Diana frustasi, “Setidaknya, cobalah sedikit berguna!”"Kalau begitu, Gilang bisa belajar, Ma."Mendengar ucapan pria itu, Diana menggeleng frustasi. "Belajar? Kamu sudah terlalu tua untuk belajar! Apa gunanya kamu kalau tidak bisa melakukan apapun untuk keluarga ini? Kamu hanya menjadi beban!"Hinaan-hinaan terus dilontarkan Diana.Namun, Gilang tak menunjukkan rasa sakit hati. Ia justru memiringkan kepalanya, mendengar dan memperhatikan bagaimana raut wajah mama mertuanya yang sangat kesal."Kan, Mama Diana sendiri yang ajak Gilang ke sini?" ucapnya, polos.Mata Diana membelalak. Perkataan Gilang jelas membuat wanita itu semakin murka. "Dasar sampah tidak berguna! Kalau begini terus, keluarga ini akan hancur karena kamu! Lebih baik, kamu kembali ke keluarga Gumilang sana!" maki wanita itu.Meski demikian, ia sadar bahwa dirinya tidak bisa melakukan apa-apa.Gilang menjadi menantunya agar utangnya lunas. Selain itu, Keluarga Gumilang juga berjanji menjadikan Saras, putrinya, bekerja sebagai manager di GA group yang dipegang oleh Ibra–kakak gilang. Oleh sebab itu, Diana langsung menyetujui usul dari Ibra. Hanya saja, ia tak menyangka kelakuan menantunya ini sangat parah!“Kasar.”Ucapan Gilang menyadarkan wanita itu dari lamunannya.Ditatapnya tajam sang menantu yang entah mengapa semakin lama tampak seperti seorang idiot. “Sebaiknya, kamu ke kamarmu saja sekarang! Aku muak melihat mukamu.”Pria itu tampak mengangguk dan menuruti perintah Diana.Ia tak menyadari bahwa dalam diam, wanita itu tengah membatin. 'Aku harus membuat rencana supaya Saras bisa bercerai dari suaminya yang tidak berguna ini!' tekadnya."Kenapa kamu tampak kesal?"Suara seorang pria muda yang baru saja datang–membuat Diana seketika menoleh.Anehnya, wajah wanita itu sontak berubah. Dia tampak berpura-pura imut. "Eh, Sayang. Itu, suaminya Saras! Aku sudah stress menghadapinya."Pria itu tampak tak terkejut. Sebaliknya, dia justru tersenyum dengan misterius, kemudian meminta pada Diana supaya lebih mendekat padanya."Sini, aku kasih tahu cara menghadapinya," bisiknya di dekat telinga Diana.Senyum wanita itu mengembang mendengar rencana-rencana yang dilontarkan “berondong peliharaannya” untuk menyingkirkan Gilang."Terima kasih, Sayang! Kamu memang jenius."****“Luar biasa! Mas Gilang benar-benar jenius!”Gilang tersenyum tipis.Begitu sampai di kamar–sesuai perintah sang mertua–, ia kebetulan mendapatkan telepon dari Ryan. Partner bisnis rahasianya itu melaporkan ada sedikit masalah yang terjadi.Untungnya, dapat diselesaikan dengan mudah olehnya dengan “kemampuannya”.“Kamu berlebihan,” ucap pria itu santai.“Saya serius, Mas!” balas Ryan cepat, “saya merasa beruntung karena bisa bekerja dengan Mas.”Selepas kecelakaan yang dialami Gilang lima tahun lalu, semua orang akhirnya mengenalnya sebagai seorang laki-laki pemalas dan bodoh.Tapi, hanya Ryan yang tahu sebenarnya.Selama tiga tahun terakhir, Gilang meminjam identitasnya dan berhasil membangun kerajaan bisnisnya sendiri–tanpa embel-embel “Keluarga Gemilang”.Pria itu juga menyembunyikan kelebihannya yang didapat setelah kecelakaan, yakni bisa melihat grafik saham secara detail. Bahkan, Gilang bisa melihat pergerakan saham untuk dua minggu ke depannya.Ini semacam kekuatan Forecast yang berguna untuk memperkirakan informasi yang bersifat prediktif dalam menentukan arah di masa depan dengan menggunakan data historis sebagai patokan.“Santai, Ryan. Yang jelas, kamu harus tetap berjalan sesuai trek yang saya tentukan,” perintah Gilang, “pastikan tidak ada yang tahu hal ini karena nyawa saya dan kamu akan terancam.”Ryan tanpa sadar mengangguk. Ia teringat bahwa nyawa Gilang akan terancam oleh sang kakak yang membencinya.Seketika, ia merasa iba pada Gilang. Dengan kemampuannya, pria itu bisa saja dielukan banyak orang. Namun, ia terpaksa menahan diri saat dihina.Diam-diam, Ryan berjanji akan melindungi atasannya itu meski harus bertaruh nyawa. Lagi pula, Gilang tidak hanya menyelamatkannya dari gerombolan preman yang menyerang. Ia bahkan membiayai operasi mata ibunya yang buta akibat kecelakaan.“Apa ada lagi? Jika tidak, kamu bisa memberikan laporan secara berkala, seperti biasa,” ucap Gilang menyadarkannya dari lamunan.“Tidak ada. Saya akan kirim ke email Anda.”Tut!Gilang tersenyum tipis. Aplikasi ponsel miliknya terlihat hanya berisi aplikasi game, sehingga tidak pernah dicek oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, termasuk sang kakak atau bahkan sang istri.Padahal, dalam emailnya, seringkali ia menerima laporan dan membahasnya dengan Ryan."Gilang! Abra Gumilang!"Teriakan mertua mengagetkan Gilang. Ada apa lagi dengan wanita itu?Tok tok tok!Karena tidak ada respon darinya, suara ketukan pintu kamar terdengar semakin keras."Gilang! Keluar kamu dari kamar! Bantu buang sampah, sekarang!"Dengan tidak sabar, Diana memanggil dan mengetuk pintu kamar Gilang lagi.Pria itu sontak menghela napas. Setiap Saras pergi bekerja, Diana tidak akan pernah melepaskannya dari “pekerjaan-pekerjaan rumah”Ceklek!Pintu pun ia buka.Kembali, ia “bertingkah bodoh”"Apa, Ma?""Sini cepetan, dasar pemalas!"Dengan malas dan mengaruk-garuk pelipisnya, Gilang pun keluar dari kamar dengan tangannya yang ditarik oleh Diana.Sekarang, pria itu yakin jika telinganya tidak akan selamat dari jeweran mertuanya–seperti biasa.Kini, tibalah keduanya di teras depan.Hanya saja, seorang pria muda yang akhir-akhir ini sering datang tampak juga berada di sana. Dengan santai, ia menikmati kopi dan kue yang disuguhkan di atas meja."Sini kamu!"Gilang mendekat dengan wajah datar, kemudian pria muda itu meminta pada Gilang duduk di lantai. "Duduk!"Sesuai perintah, Gilang pun duduk tepat di tempat yang ditunjuk oleh pria muda tersebut.Di sisi lain, Diana sudah terkekeh geli melihat wajah menantunya yang benar-benar tampak bodoh dengan tidak memberikan perlawanan."Menantu bodohmu ini, seperti robot yang bisa diperintah. Aku akan membuatnya menghibur kita jika kamu izinkan, Sayang.""Hai, tekan dada bagian jantungnya!" seru penjaga, pada napi yang berikan bantuan pertama."Egh! Eh, tetap gak bisa, pak!" teriak napi tersebut, merasa putus asa.Napi-napi lainnya berusaha memberikan pertolongan pertama pada Mario, tetapi sayangnya, kondisinya sudah terlalu parah.Meskipun upaya mereka lakukan sebaik mungkin, Mario akhirnya meregang nyawa dalam keadaan yang menyedihkan. Suasana sel berubah menjadi hening dan penuh duka cita.Pagi harinya, berita kematian Mario telah menyebar ke seluruh lapas. Para napi terkejut dan bingung dengan kejadian tersebut. Beberapa berbisik-bisik dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Gak nyangka," kata napi yang memiliki kamar di seberangnya Mario."Tapi, apakah tidak ada yang mencurigakan sebelumnya?" tanya yang lain."Apa? Sepertinya tidak ada. Mario, bersikap seperti biasanya tidak ada yang terlihat aneh." Napi yang kebetulan satu ruangan dengan Mario, memberikan jawaban.Beberapa dari mereka mencoba mendekati Rico, yang
"Hai, Bos Mario. Saya mendengar Anda cukup terkenal di dunia ini," sapa Rico, yang mencoba mendekati Mario."Heh, siapa yang memberi tahu tentang itu, bocah?" sahut Mario dengan nada sombong."Oh, banyak orang di sini. Mereka bilang Anda punya reputasi yang hebat," terang Rico yang mulai berakting.Kekasih Diana itu memang sengaja menyanjung Mario, agar pria itu percaya padanya. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah melakukan rencana yang sudah dibuat oleh Gilang untuknya.Gilang harus berhati-hati, karena rencananya melibatkan tindakan ilegal dan berbahaya. Langkah ini bisa memiliki konsekuensi serius, termasuk hukuman pidana bagi Gilang sendiri jika dia ketahuan terlibat dalam rencana tersebut.Tapi Gilang juga yakin jika Rico mampu melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan untuk balas dendam pada Mario."Hm, tergantung perspektif orang sih. Bagaimana denganmu, bocah? Bagaimana kau bisa di sini?" Mario bertanya pada Rico."Hahaha ... Sama seperti banyak dari kita di sini, terjebak
"Mama!" Setu Saras, melihat keadaan mamanya yang tidak sadarkan diri."Sayang?" Rico ikutan panik.Situasi semakin rumit. Rico yang memberikan keputusan penting dalam hubungan percintaannya, membuat Diana terkejut dan akhirnya kehilangan kesadaran.Gilang dan Saras saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Diana yang seperti ini, namun mereka tetap berusaha untuk menangani situasi dengan bijak.Mereka segera memanggil bantuan dan berusaha meredakan keadaan. Semua ini tidak mudah, tetapi mereka harus bersikap tenang dan bijaksana untuk menghadapi masalah ini.Setelah beberapa saat, Diana akhirnya sadar. Gilang dan Saras masih berusaha menjaga ketenangan."Mama Diana? Mama Diana?" panggil Gilang, mencoba menyadarkan Mama mertuanya."Ma, bangun, Ma!" lirih suara Saras, dengan menekan-nekan telapak tangan mamanya."Kita bawa ke rumah sakit, saja!" ajak Gilang, mengingat kondisi Diana.Saras hanya mengangguk lemah, masih terlihat terpukul
"Hai, sayang. Uluh-uluh ... Mama kangen sama kamu dan Rafi," ungkap Diana, Begitu tiba di rumah Gilang. Wanita itu datang keesokan harinya, setelah mendapatkan undangan dari Gilang kemarin. Diana dan kekasihnya datang ke rumah Gilang, sesuai dengan permintaan dari Gilang."Apa kabar, Ma? Bagaimana keadaan, Mama? Sudah benar-benar sehat?" tanya Saras."Emh ... Mama__""Ma, urusan dengan keluarga korban bagaimana? Mereka tidak mempermasalahkan lagi, kan?"Saras langsung mengajukan beberapa pertanyaan secara bersamaan, tidak memberikan kesempatan pada mamanya untuk menjawabnya satu persatu terlebih dahulu."Mari, kita duduk dulu! Aku juga ingin berbincang-bincang dengan kalian berdua," terang Gilang, mengajak kedua orang yang baru saja datang untuk duduk di ruang tamu."Tentang apa?" Kekasih Diana mengajukan pertanyaan - seperti merasakan tidak nyaman."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berbincang-bincang saja," terang Gilang menjelaskan agar Rico tidak curiga.Diana melirik ke arah Sa
"Sayang, mmmhhh ... aku ingin mencari tahu lebih mengenai kekasih muda mama. Aku merasa curiga dengan niatnya mau bersama dengan mama," terang Gilang."Ya, mas. Mungkin sebaiknya kita mencari tahu lebih lanjut agar tidak ada masalah di kemudian hari," jawab Saras, yang tidak pernah setuju dengan kelakuan mamanya.Mereka kemudian bekerja sama untuk mencari informasi mengenai kekasih muda Diana, untuk memastikan bahwa tidak ada yang akan merugikan mama mertuanya dalam hubungan tersebut.Mereka berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentang kekasih muda Diana. Ternyata, pria tersebut memang seorang model yang cukup sukses. Namun, Gilang masih merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Sayang, aku masih merasa curiga. Mungkin sebaiknya aku bicara langsung dengan mama Diana, atau bagaimana ya?" Gilang meminta pendapat isterinya."Iya, mas. Aku rasa itu adalah langkah yang baik," ujar Saras setelah berpikir.Gilang kemudian menghubungi Diana dan meminta untuk bertemu dengan kekasih mudan
"Saat ini tim sedang melakukan riset pasar potensial, Mas. Kami akan segera menyusun strategi untuk memasuki pasar baru." Akhirnya Ryan memberikan jawaban."Bagus, Ryan. Pastikan kita memiliki rencana yang matang sebelum melangkah lebih jauh," puji Gilang dengan menepuk Bunda asistennya tersebut."Saya akan memastikan semuanya terencana dengan baik, Mas." Ryan mengangguk patuh.Begitulah Ryan, yang selalu melakukan tugas dari Gilang tanpa banyak protes. Ia akan berusaha untuk melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.Gilang juga tidak pernah ragu, apalagi kecewa dengan kinerja Ryan selama ini. Asistennya itu adalah orang yang sangat setia dan jujur. Jadi, tentunya Gilang selalu bisa menjadikan Ryan sebagai andalannya."Bagus, Ryan. Teruskan kerja kerasmu. Kita harus terus berkembang dan menghadapi setiap tantangan dengan baik." Gilang berbicara dengan nada bangga."Tentu, Mas. Saya dan tim, siap untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini." Ryan menggangguk - memastikan.Gilang
"Hm, kita harus mencari tahu apa motif di balik ini. Apakah ada pihak lain yang memang ingin mencelakai Ibra atau mungkin ada konflik internal di dalam lapas?" Gilang mengangguk setuju dengan pertanyaan Ryan yang tadi."Saya akan meminta tim keamanan lapas untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Semua harus dipastikan tidak adanya ancaman serius terhadap Ibra." Ryan menambahkan.Gilang dan Ryan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan teliti dan mengambil langkah-langkah tegas untuk melindungi Ibra, meskipun itu di dalam lapas.Setelah berdiskusi dengan Ryan, Gilang juga memutuskan untuk menghubungi pihak kepolisian untuk memberikan informasi tambahan dan meminta bantuan dalam penyelidikan kasus makanan dan minuman beracun di dalam lapas.Sementara itu, Ryan akan segera mengatur pertemuan dengan ahli untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan di lapas sudah diperketat. Mereka juga akan melakukan audit internal untuk memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfa
"Halo, siapa ini?" tanya Gilang, saat ada nomor tak dikenal menghubungi ponselnya."Halo, maaf. Saya dari Lapas ingin memberitahukan bahwa kakak Anda, Ibra, sedang mengalami kondisi kesehatan yang memburuk. Kami akan segera membawanya ke rumah sakit." Orang di seberang, menjawab dengan memberikan kabar."Apa? Bagaimana bisa ini terjadi? Segera berikan alamat rumah sakitnya, saya akan datang secepatnya."Gilang sigap saat mendengar jawaban tersebut. Ia tidak mau jika terjadi sesuatu pada kakaknya, meskipun selama ini Ibra tidak pernah bersikap baik padanya.Karena kabar ini juga tiba-tiba, Gilang tidak ada persiapan apapun. Tapi ia memutuskan untuk segera pergi ke rumah sakit dan menemui kakaknya.Tapi sekarang ini pria itu tidak lagi memiliki keluarga lain, selain kakaknya itu - di luar keluarga kecilnya yang sekarang."Baik, alamatnya adalah rumah sakit pemerintah, yang ada di seberang lapas. Mohon segera datang," pinta orang tersebut."Terima kasih, saya akan segera menuju ke sana."
Gilang tiba di kantor lagi bersama dengan Ryan. Ia menggerutu dengan kegagalannya bertemu klien dari Meksiko, tapi justru nona Tan yang datang.Pria itu masih ingat betul bagaimana Nona Tan yang menyapanya dengan senyum yang memiliki arti tersembunyi."Selamat bertemu lagi, Tuan Gumilang. Maaf jika datang tiba-tiba. Saya melihat kalian, dan ...""Ya, itu benar. Tapi sepertinya pertemuan itu gagal terlaksana," sahut Gilang tersenyum kecut."Sayang sekali. Mungkin saya bisa membantu Anda mengatasi masalah ini. Saya memiliki beberapa kontak dengan pengusaha Eropa atau Amerika, yang mungkin bisa membantu." Nona Tan justru memberikan penawaran.Ryan melihat dengan tidak suka, sebab ia tahu jika Gilang juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran Nona Tan di antara mereka berdua saat seperti ini.Gilang sendiri terlihat jelas jika sedang kesal. Ia tidak pernah menyangka jika bertemunya kali ini akan gagal bahkan terasa seperti sedang terkena sial, sebab bertemu dengan Nona Tan juga."Ini sungg
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments