Share

Bab 2. Penyiksaan

last update Last Updated: 2023-07-12 16:12:14

Diana mengangguk setuju, kemudian pria muda tersebut menyulut rokok dengan santainya.

"Hisap!" perintah pria tersebut dengan memaksa Gilang untuk menghisap rokok yang baru saja ia nyalakan.

Gilang patuh, tapi tak lama kemudian...

"Uhuk uhuk uhuk!"

Gilang terbatuk karena tidak terbiasa dengan asap rokok.

Dia memang tidak pernah merokok, karena tidak tahan dengan asap nikotin yang terkandung di dalam rokok tersebut.

"Hahaha..."

Diana dan kekasihnya tertawa lepas.

Tidak ada rasa kasihan di wajah mereka berdua, bahkan Diana juga diam saja di saat pria muda tersebut menjadikan punggung tangan Gilang sebagai asbak.

"Argh ..." pekik Gilang kesakitan.

Rokok yang masih menyala itu mati saat ditekan ke punggung tangan Gilang. Kini, punggung tangannya melepuh karena terbakar.

"Hahaha ... Ternyata memang mengasyikkan, melihatnya kesakitan dan menderita seperti itu. Kau hebat, Surya."

Diana tampak puas, seakan-akan melihat sebuah pertunjukan sirkus.

"Bagaimana jika kita mandikan dia dengan air kran itu, kemudian menjemurnya di jalan?" tanya Surya–memberi usul lagi untuk mengerjai sang menantu.

Mendengar percakapan santai antara mertua dan kekasih mudanya itu, Gilang menahan emosi.

Tangannya tampak mengepal. 'Dasar manusia-manusia penjilat. Aku pastikan kalian akan membayar semua ini! Kalian tidak akan pernah bisa melupakannya, meskipun ingin!' batin Gilang.

Di sisi lain, Diana tampak tak masalah.

Ia sendiri memang ingin meminta Saras segera menceraikan Gilang. Lagi pula, utangnya pada keluarga Gemilang sudah lunas begitu pernikahan diadakan.

Lebih baik, ia mencarikan calon suami Saras berikutnya. Yang jelas, jangan sampai seperti Gilang lagi!

"Ayo Sayang, tunggu apa lagi?!" ajak Surya bersemangat–menyadarkan wanita itu dari lamunannya.

Seketika, Diana pun berdiri.

Ditariknya tangan Gilang, lalu memaksa menantunya itu untuk berdiri.

Tak lama, tubuh menantunya itu–ia semprot dengan air kran yang ada di halaman rumah.

"Ma, huuu ... Gilang udah mandi. Kenapa mesti dimandiin lagi? Ini juga masih pakai baju," rengek Gilang. Pria itu pura-pura ingin membuka baju, tapi segera dipelototi oleh Diana.

Di sisi lain, Surya tersenyum miring. "Aku pastikan kamu akan mendapatkan perhatian khusus dari orang-orang setelah selesai mandi. Dengan demikian, Saras akan malu sehingga tidak ingin melihatmu lagi!"

Pria itu ingin sekali mengerjai Gilang agar orang-orang di sekitar mengolok-ngolok dirinya sebagai orang gila.

Bila Saras menemukan ini usai pulang kerja, perempuan yang tidak pernah mencintai suaminya itu–jelas akan putus asa dan lelah.

Voila, Saras pasti akan langsung menceraikan Gilang dan dapat dinikahi oleh pengusaha sukses yang gosipnya adalah rekan kerja dari “Ryan”, pengusaha yang dijuluki jenius abad ini. Membayangkan bahwa akan ada koneksi besar lewat keluarga kekasihnya, Surya tertawa bahagia. Ia pasti akan kecipratan kekayaan yang luar biasa!

"Sayang, kamu yakin jika rencana kita ini bisa berhasil?" tanya Diana mendadak. Terlihat, ia mulai ragu.

"Tenang saja, Cinta. Aku pastikan ini berhasil!" jawab pria itu penuh percaya diri.

Sejurus kemudian, Surya mengambil seember air got di parit. Ia kemudian mengguyurkannya pada Gilang.

Hal ini jelas membuat Gilang ingin muntah, tapi ia mengingatkan diri untuk harus bisa menahan diri.

Jika tidak, rencana yang selama ini dibangun akan gagal.

'Sialan ini orang! Brengsek!' Makian tersebut hanya bisa dilontarkan Gilang dalam hati. Dia tidak mungkin mengucapkannya secara langsung dihadapan Diana dan Surya.

Namun, tak lama terdengar suara tepuk tangan dan tawa riuh di sekelilingnya.

Plokk! Plokk! Plokk!

"Orang gila! orang gila!"

Anak-anak kecil yang kebetulan lewat di depan rumah–bersorak-sorak mengolok-olok Gilang.

"Ughh ... bau!"

"Huuu ..."

Harga diri Gilang jelas jatuh. Hal ini membuat pria itu mengepalkan tangannya kuat agar emosinya tidak meledak dan balik balas memaki anak-anak tersebut.

Diliriknya sang ibu mertua. Semua ini adalah salahnya!

Bruk!

Beberapa anak mulai melempar batu atau kertas, bahkan sampah ke arah Gilang!

Namun, ia hanya diam tanpa ekspresi.

Melihat keteguham Gilang, Diana tampak kesal.

"Dasar menantu sampah! Cuih!" makinya bersama yang lain.

Bahkan, ia meludahi sang menantu.

Setelah puas menikmati permainan yang dilakukannya dengan Surya, Diana kembali menyeret Gilang untuk masuk ke dalam lagi.

"Ma, apa-apaan ini?"

Saras yang baru saja keluar dari taksi bertanya heran. Ia baru saja pulang kantor, tetapi menemukan pemandangan yang luar biasa mengejutkan!

Sementara itu, Diana dan Surya tersenyum. Rencana mereka berhasil. Saras pasti muak melihat penampilan suaminya yang tidak berguna.

"Kalau saja bukan untuk melunasi hutang, Mama gak rela kamu nikah sama sampah ini, Saras! Kamu adalah anakku yang cantik, masa iya dapat suami kayak gini!"

Diana berteriak menjawab pertanyaan anaknya, berpura-pura tersakiti. Wanita itu seolah lupa bahwa dirinya bahkan sampai mengancam Saras saat itu.

"Sabar, Sayang. Sabar,” ucap Surya lembut, “malu dilihat banyak orang."

Keduanya berpura-pura peduli pada Saras.

Padahal, tangan Surya kini menempelkan puntung rokoknya lagi ke punggung tangan Gilang yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk.

"Tapi Mama sudah keterlaluan! Apa yang kalian lakukan pada Mas Gilang?" tanya Saras dengan amarahnya.

"Kamu memanggil sampah ini, Mas? Jangan buat Mama muntah, Saras!"

Diana tampak merasa jijik.

Tapi, Surya justru tersenyum miring. Ia merasa puas bahwa rencananya berhasil. Memang inilah yang ingin dia saksikan.

Istri mana yang mau melihat suaminya seperti orang gila dan tak mampu melawan sama sekali?

"Mas. Mas Gilang kenapa tidak melawan?" tanya Saras menarik tangan Gilang yang tadi dipegang mamanya.

Saras sendiri sebenarnya jijik dan ingin muntah, dengan bau dan badan Gilang kotor. Hanya saja, biar bagaimanapun, pria ini masih berstatus suaminya.

Ia berharap Gilang dapat melawan, tetapi pria itu masih saja diam.

"Kamu lihat sendiri, Saras?! Gilang justru mandi dengan air comberan di depan. Banyak anak-anak yang menyorakinya gila, bahkan mau mengaraknya keliling perumahan. Memalukan!"

Diana berekspresi marah sekaligus jijik.

"Saras, sebaiknya kamu menceraikan suami sampah ini. Terima tawaran Mama, ya? Kamu pasti akan bahagia saat menikah dengan pria pilihan mama," tambahnya lagi.

Segala cara wanita itu akan lakukan agar anaknya itu setuju.

Hanya saja, Saras justru menatap wajah Diana penuh luka. "Mama, kenapa Mama selalu mengatur pernikahan Saras? Dulu, Mama meminta Saras menerima Mas Gilang karena Mama tidak bisa membayar hutang. Saras sudah menerima dijadikan sebagai alat pembayaran hutang Mama, dan sekarang Mama masih saja tidak puas membuat Saras menderita?"

Pertanyaan ini membuat siapa saja yang ikut mendengarnya merasa sedih, termasuk Gilang.

Dia tahu kalau Saras menerimanya dengan terpaksa. Tapi, wanita itu tidak pernah memperlakukannya dengan buruk.

Rencana Diana kali ini keterlaluan.

Gilang merasa tidak bisa menahan diri. Sayangnya, waktunya belum tepat untuk mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya.

“Saras, maaf. Aku pastikan kamu tak akan menderita seperti ini lagi,” batin pria itu diam-diam mengepalkan tangan.

Related chapters

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 3. Dibela

    "Saras! Kamu jangan melawan Mama. Justru, pernikahan yang berikutnya ini akan membuatmu bahagia. Dia seorang pengusaha muda, bukan sampah seperti suamimu ini!" bentak Diana penuh emosi.Telunjuknya bahkan mengarah ke Gilang.Namun, tak seperti yang diharapkan–Saras justru tampak menggeleng lemah. "Apalagi motif yang Mama berikan atas pernikahan kali ini? Apa Mama punya utang lagi?"Ia seketika mengingat semua yang sudah dilakukan mamanya saat rencana pernikahan dirinya dengan Gilang. Dia sudah mengorbankan perasaan dan menekan egonya sendiri demi mamanya. Tapi, kini dengan entengnya, mamanya justru membuatnya semakin merasa terluka dengan membuat rencana pernikahan lagi. Apakah mamanya pikir dia ini objek yang bisa ditukar dengan uang?Plakkk!Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipi putih Saras."Dasar anak tidak tahu diuntung! Apa kamu pikir, biaya hidup itu murah?" tanya sang mama memaki.Gilang menahan amarahnya. Wajahnya merah padam. Hanya saja, itu semua tak terlihat karena te

    Last Updated : 2023-07-12
  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 4. Rencana Baru

    Sementara itu, di teras depan, Surya kembali bertanya pada Diana–mengenai rencana mereka selanjutnya, "Bagaimana?""Sebaiknya kamu pulang saja dulu, ya? Aku akan membujuk Saras lagi supaya menyetujuinya."Diana tampak berpikir keras. Sepertinya, ia harus menggunakan cara yang sama, yaitu memaksa Saras untuk segera menikah dengan Mario."Tapi, jangan lupa nanti suruh calon menantuku itu mentransfer uang ke rekeningku, ya! Aku butuh uang untuk perawatan bulan ini." Diana berkata lagi.CupSurya segera mengecup bibir kekasihnya itu. "Tenang saja, Sayang. Mario pasti memberimu uang yang banyak, apalagi dia itu kan seorang pengusaha yang sukses. Aku saja mengajukan kerjasama dengannya untuk proyek yang akan datang."Diana tersenyum lebar mendengar perkataan kekasihnya, kemudian mencium bibir Surya yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 bulan terakhir ini.Kini keduanya saling berciuman tanpa rasa malu, padahal berada di teras depan rumah yang tentunya bisa dilihat dari jalanan depan.Tapi

    Last Updated : 2023-07-12
  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 5. Penglihatan Baru

    Kini Saras membantu Gilang memakai kaos setelah selesai mandi.Secara tidak sengaja, Gilang justru menyentuh tangan istrinya.Mendadak kepala Gilang berdenyut kemudian mendapat sebuah penglihatan atau gambaran tentang keadaan Saras yang tidak sadarkan diri di sebuah kamar hotel.'Apa ini?' tanya Gilang dalam hati.Ada seorang pria yang tidak dikenalnya, berada di dalam kamar yang sama dengan Saras.Gilang bingung dengan penglihatannya ini, karena biasanya forecast yang dia miliki tidak bisa melihat masa depan. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dialaminya.Bagaimana mungkin ia bisa melihat gambaran masa depan Saras dengan begitu jelas?Apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya di kamar hotel itu?Semua pertanyaan dari hasil penglihatannya ini menghantui pikirannya, membuat Gilang akhirnya tidak bisa tidur semalaman.'Bukan grafik? Kenapa tiba-tiba saja aku bisa melihat bagaimana keadaan di masa depan?' batin Gilang bertanya.'Tapi, kenapa Saras dengan pria lain? Siapa dia? At

    Last Updated : 2023-07-13
  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 6. Mulai

    Malam harinya, Saras tampak mempersiapkan diri untuk pergi ke acara makan malam.Dia sedang duduk menyisir rambutnya lagi, di depan cermin rias."Mas, Saras diajak mama sebentar," ucapnya menyadari Gilang yang hanya diam dan bengong melihat ke arah dirinya.Perempuan itu tak menyadari bahwa sebenarnya sang suami tengah meneliti lebih lanjut “penglihatannya”."Pergi? Ikuuutt ... aku ikuuutt, ya?"Akhirnya, Gilang mencoba untuk merengek agar diajak pergi. Dia merasa tidak tenang saat mendengar perkataan Saras, yang akan pergi karena ajakan mamanya.Saras terdiam sebentar memperhatikan suaminya.Karena wajah Gilang yang memelas, Saras tidak tega membiarkan Gilang sendirian di rumah. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya."Aku, bicara sama mama dulu ya? Mas Gilang, ganti baju dulu!"Gilang cepat menganggukkan kepalanya saat Saras pamit. Dia harus bisa bersandiwara, supaya Saras tidak meninggalkan dirinya sendiri di rumah.Begitu juga dengan Saras.Dia harus bisa menyakinkan mamanya, agar b

    Last Updated : 2023-07-27
  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 7. Malam yang Luar Biasa

    Menyadari apa yang akan terjadi, Gilang cepat menggeser gelas-gelas yang berisi minuman jus sehingga gelas yang berisi obat tadi tertukar tanpa sepengetahuan waiters."Maaf, hehehe ..."Gilang, mengucapkan permintaan maafnya kepada waiters, dengan sikap yang aneh.Waiters hanya mengangguk tanpa peduli apapun kemudian pergi menuju meja Mario, lalu memberikan pesanannya.Dia tidak curiga jika gelas jus yang dibawa bukan gelas yang berisi obat, sedangkan yang jus bercampur dengan obat justru ada di nampan yang lain.Di tempat duduknya, Saras tampak gelisah.Dia sudah tidak nyaman ada di tempat pesta yang tidak jelas seperti ini, akhirnya mengajak sang suami pulang. "Mas Gilang, kita pulang sekarang, yuk!" ajaknya dengan berbisik.Diana, yang mendengar ajakan tersebut tentu saja marah. "Apa? Kita baru saja datang, kamu tidak punya sopan santun!""Benar kata mamamu, Saras. Kenapa terburu-buru? Acaranya baru saja dimulai," timpal Surya—mencari muka dengan dukungannya terhadap Diana."Jangan

    Last Updated : 2023-07-28
  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 8. Awal Pembalasan

    Sehari setelah semua kekacauan yang terjadi malam itu, Diana merasa sangat malu untuk menghubungi Mario.Dia tidak punya keberanian untuk melanjutkan rencana perjodohan Saras dengan pengusaha muda tersebut.Sementara itu, di kantornya, Mario sedang marah. Tiba-tiba dia menggebrak meja kerjanya, membuat Surya yang saat ini berada di ruang kerjanya terkejut.Brakkk"Sialan! Benar-benar sial!" umpat Mario geram, "Semua rencana untuk Saras, sudah hancur!""Hm, maaf Mario. Tapi aku sudah mencoba untuk merayu Diana, dan katanya dia malu atas kejadian malam itu. Itulah sebabnya, dia ragu melanjutkan rencana yang kemarin." Surya, memberitahu alasan Diana.Mario terdiam sejenak untuk berpikir.Dia sudah terlanjur terpesona dengan kecantikan dan kemolekan Saras. Jadi, ia jelas masih menginginkan perempuan itu.Akhirnya, Mario meminta kepada Surya memberitahu Diana, untuk melanjutkan rencana mereka dengan imbalan yang lebih."Bilang sama pacar tuamu itu! Aku, akan memberikan uang 1 M. Ada satu

    Last Updated : 2023-07-28
  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 9. Masuk Perangkap

    Mario duduk di meja kerjanya dengan ekspresi wajah yang tegang. Matanya membelalak saat ia melihat layar komputernya yang menampilkan grafik saham perusahaannya yang terus merosot. Alisnya mengernyit, dan ia menggigit bibirnya dengan gerakan kasar."Ini tidak mungkin! Bagaimana bisa saham kami jatuh seperti ini?" tanya pria itu kebingungan.Sambil memegang kepala dengan satu tangan, Mario mengetuk-ngetukkan jari-jarinya di meja dengan keras, mencerminkan tingkat stres yang tinggi."Mengapa investor kehilangan kepercayaan pada kami?"Ekspresi wajah pria tersebut mencerminkan kekhawatiran dan kekecewaan yang mendalam karena dia menyadari bahwa situasi ini bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaannya, yang telah dia bangun dengan susah payah."Saya telah bekerja keras untuk membangun perusahaan ini, dan sekarang semuanya hancur!"Tanpa sadar, Mario mulai mengepalkan tangannya kuat, hingga kuku-kuku jari tangan menancap di telapak tangan-membuat tetesan darah mulai menitik diatas meja kerj

    Last Updated : 2023-08-02
  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 10. Penglihatan Lain

    "Sejauh ini kita sudah berhasil di planning B, Mas Gilang. Tinggal planning C dan itu tidak lama lagi."Ryan melaporkan hasil pertemuannya dengan Mario, bahwa pria tersebut sudah setuju menjual saham dan menerima investasi darinya.Sesuai dengan rencana, Ryan masuk ke perusahaan Mario sebagai investor.Semuanya sudah mereka planning-setelah dikuasai Gilang dengan bantuan Ryan, mereka akan membuat Mario hingga jatuh miskin dan tidak semena-mena lagi."Bagus. Tetap pantau secara langsung perkembangan yang ada. Jika ada sesuatu yang dia putuskan tanpa meminta pertimbangan darimu, beri peringatan!"Gilang memberikan jawaban dengan tegas. Saat ini mereka terhubung melalui telepon."Siap, Mas Gilang!" jawab Ryan patuh."Pokoknya buat dia semakin merasa tertekan dan tidak bisa bebas," ungkap Gilang, menginginkan kejatuhan Mario."Pasti! Sesuai dengan arahan Mas Gilang," tegas Ryan.Mereka berdua masih berbicara melalui telepon, membicarakan rencana selanjutnya."Terima kasih atas bantuannya,

    Last Updated : 2023-08-02

Latest chapter

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 133. Tidak bisa diremehkan

    "Hai, tekan dada bagian jantungnya!" seru penjaga, pada napi yang berikan bantuan pertama."Egh! Eh, tetap gak bisa, pak!" teriak napi tersebut, merasa putus asa.Napi-napi lainnya berusaha memberikan pertolongan pertama pada Mario, tetapi sayangnya, kondisinya sudah terlalu parah.Meskipun upaya mereka lakukan sebaik mungkin, Mario akhirnya meregang nyawa dalam keadaan yang menyedihkan. Suasana sel berubah menjadi hening dan penuh duka cita.Pagi harinya, berita kematian Mario telah menyebar ke seluruh lapas. Para napi terkejut dan bingung dengan kejadian tersebut. Beberapa berbisik-bisik dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Gak nyangka," kata napi yang memiliki kamar di seberangnya Mario."Tapi, apakah tidak ada yang mencurigakan sebelumnya?" tanya yang lain."Apa? Sepertinya tidak ada. Mario, bersikap seperti biasanya tidak ada yang terlihat aneh." Napi yang kebetulan satu ruangan dengan Mario, memberikan jawaban.Beberapa dari mereka mencoba mendekati Rico, yang

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 132. Rencana Tersembunyi

    "Hai, Bos Mario. Saya mendengar Anda cukup terkenal di dunia ini," sapa Rico, yang mencoba mendekati Mario."Heh, siapa yang memberi tahu tentang itu, bocah?" sahut Mario dengan nada sombong."Oh, banyak orang di sini. Mereka bilang Anda punya reputasi yang hebat," terang Rico yang mulai berakting.Kekasih Diana itu memang sengaja menyanjung Mario, agar pria itu percaya padanya. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah melakukan rencana yang sudah dibuat oleh Gilang untuknya.Gilang harus berhati-hati, karena rencananya melibatkan tindakan ilegal dan berbahaya. Langkah ini bisa memiliki konsekuensi serius, termasuk hukuman pidana bagi Gilang sendiri jika dia ketahuan terlibat dalam rencana tersebut.Tapi Gilang juga yakin jika Rico mampu melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan untuk balas dendam pada Mario."Hm, tergantung perspektif orang sih. Bagaimana denganmu, bocah? Bagaimana kau bisa di sini?" Mario bertanya pada Rico."Hahaha ... Sama seperti banyak dari kita di sini, terjebak

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 131. Harus mau

    "Mama!" Setu Saras, melihat keadaan mamanya yang tidak sadarkan diri."Sayang?" Rico ikutan panik.Situasi semakin rumit. Rico yang memberikan keputusan penting dalam hubungan percintaannya, membuat Diana terkejut dan akhirnya kehilangan kesadaran.Gilang dan Saras saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Diana yang seperti ini, namun mereka tetap berusaha untuk menangani situasi dengan bijak.Mereka segera memanggil bantuan dan berusaha meredakan keadaan. Semua ini tidak mudah, tetapi mereka harus bersikap tenang dan bijaksana untuk menghadapi masalah ini.Setelah beberapa saat, Diana akhirnya sadar. Gilang dan Saras masih berusaha menjaga ketenangan."Mama Diana? Mama Diana?" panggil Gilang, mencoba menyadarkan Mama mertuanya."Ma, bangun, Ma!" lirih suara Saras, dengan menekan-nekan telapak tangan mamanya."Kita bawa ke rumah sakit, saja!" ajak Gilang, mengingat kondisi Diana.Saras hanya mengangguk lemah, masih terlihat terpukul

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 130. Sebaiknya Berpisah

    "Hai, sayang. Uluh-uluh ... Mama kangen sama kamu dan Rafi," ungkap Diana, Begitu tiba di rumah Gilang. Wanita itu datang keesokan harinya, setelah mendapatkan undangan dari Gilang kemarin. Diana dan kekasihnya datang ke rumah Gilang, sesuai dengan permintaan dari Gilang."Apa kabar, Ma? Bagaimana keadaan, Mama? Sudah benar-benar sehat?" tanya Saras."Emh ... Mama__""Ma, urusan dengan keluarga korban bagaimana? Mereka tidak mempermasalahkan lagi, kan?"Saras langsung mengajukan beberapa pertanyaan secara bersamaan, tidak memberikan kesempatan pada mamanya untuk menjawabnya satu persatu terlebih dahulu."Mari, kita duduk dulu! Aku juga ingin berbincang-bincang dengan kalian berdua," terang Gilang, mengajak kedua orang yang baru saja datang untuk duduk di ruang tamu."Tentang apa?" Kekasih Diana mengajukan pertanyaan - seperti merasakan tidak nyaman."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berbincang-bincang saja," terang Gilang menjelaskan agar Rico tidak curiga.Diana melirik ke arah Sa

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 129. Ternyata Musuh

    "Sayang, mmmhhh ... aku ingin mencari tahu lebih mengenai kekasih muda mama. Aku merasa curiga dengan niatnya mau bersama dengan mama," terang Gilang."Ya, mas. Mungkin sebaiknya kita mencari tahu lebih lanjut agar tidak ada masalah di kemudian hari," jawab Saras, yang tidak pernah setuju dengan kelakuan mamanya.Mereka kemudian bekerja sama untuk mencari informasi mengenai kekasih muda Diana, untuk memastikan bahwa tidak ada yang akan merugikan mama mertuanya dalam hubungan tersebut.Mereka berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentang kekasih muda Diana. Ternyata, pria tersebut memang seorang model yang cukup sukses. Namun, Gilang masih merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Sayang, aku masih merasa curiga. Mungkin sebaiknya aku bicara langsung dengan mama Diana, atau bagaimana ya?" Gilang meminta pendapat isterinya."Iya, mas. Aku rasa itu adalah langkah yang baik," ujar Saras setelah berpikir.Gilang kemudian menghubungi Diana dan meminta untuk bertemu dengan kekasih mudan

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 128. Curiga

    "Saat ini tim sedang melakukan riset pasar potensial, Mas. Kami akan segera menyusun strategi untuk memasuki pasar baru." Akhirnya Ryan memberikan jawaban."Bagus, Ryan. Pastikan kita memiliki rencana yang matang sebelum melangkah lebih jauh," puji Gilang dengan menepuk Bunda asistennya tersebut."Saya akan memastikan semuanya terencana dengan baik, Mas." Ryan mengangguk patuh.Begitulah Ryan, yang selalu melakukan tugas dari Gilang tanpa banyak protes. Ia akan berusaha untuk melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.Gilang juga tidak pernah ragu, apalagi kecewa dengan kinerja Ryan selama ini. Asistennya itu adalah orang yang sangat setia dan jujur. Jadi, tentunya Gilang selalu bisa menjadikan Ryan sebagai andalannya."Bagus, Ryan. Teruskan kerja kerasmu. Kita harus terus berkembang dan menghadapi setiap tantangan dengan baik." Gilang berbicara dengan nada bangga."Tentu, Mas. Saya dan tim, siap untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini." Ryan menggangguk - memastikan.Gilang

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 127. Ekspansi

    "Hm, kita harus mencari tahu apa motif di balik ini. Apakah ada pihak lain yang memang ingin mencelakai Ibra atau mungkin ada konflik internal di dalam lapas?" Gilang mengangguk setuju dengan pertanyaan Ryan yang tadi."Saya akan meminta tim keamanan lapas untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Semua harus dipastikan tidak adanya ancaman serius terhadap Ibra." Ryan menambahkan.Gilang dan Ryan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan teliti dan mengambil langkah-langkah tegas untuk melindungi Ibra, meskipun itu di dalam lapas.Setelah berdiskusi dengan Ryan, Gilang juga memutuskan untuk menghubungi pihak kepolisian untuk memberikan informasi tambahan dan meminta bantuan dalam penyelidikan kasus makanan dan minuman beracun di dalam lapas.Sementara itu, Ryan akan segera mengatur pertemuan dengan ahli untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan di lapas sudah diperketat. Mereka juga akan melakukan audit internal untuk memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfa

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 126. Prediksi

    "Halo, siapa ini?" tanya Gilang, saat ada nomor tak dikenal menghubungi ponselnya."Halo, maaf. Saya dari Lapas ingin memberitahukan bahwa kakak Anda, Ibra, sedang mengalami kondisi kesehatan yang memburuk. Kami akan segera membawanya ke rumah sakit." Orang di seberang, menjawab dengan memberikan kabar."Apa? Bagaimana bisa ini terjadi? Segera berikan alamat rumah sakitnya, saya akan datang secepatnya."Gilang sigap saat mendengar jawaban tersebut. Ia tidak mau jika terjadi sesuatu pada kakaknya, meskipun selama ini Ibra tidak pernah bersikap baik padanya.Karena kabar ini juga tiba-tiba, Gilang tidak ada persiapan apapun. Tapi ia memutuskan untuk segera pergi ke rumah sakit dan menemui kakaknya.Tapi sekarang ini pria itu tidak lagi memiliki keluarga lain, selain kakaknya itu - di luar keluarga kecilnya yang sekarang."Baik, alamatnya adalah rumah sakit pemerintah, yang ada di seberang lapas. Mohon segera datang," pinta orang tersebut."Terima kasih, saya akan segera menuju ke sana."

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 125. Kekasih Baru

    Gilang tiba di kantor lagi bersama dengan Ryan. Ia menggerutu dengan kegagalannya bertemu klien dari Meksiko, tapi justru nona Tan yang datang.Pria itu masih ingat betul bagaimana Nona Tan yang menyapanya dengan senyum yang memiliki arti tersembunyi."Selamat bertemu lagi, Tuan Gumilang. Maaf jika datang tiba-tiba. Saya melihat kalian, dan ...""Ya, itu benar. Tapi sepertinya pertemuan itu gagal terlaksana," sahut Gilang tersenyum kecut."Sayang sekali. Mungkin saya bisa membantu Anda mengatasi masalah ini. Saya memiliki beberapa kontak dengan pengusaha Eropa atau Amerika, yang mungkin bisa membantu." Nona Tan justru memberikan penawaran.Ryan melihat dengan tidak suka, sebab ia tahu jika Gilang juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran Nona Tan di antara mereka berdua saat seperti ini.Gilang sendiri terlihat jelas jika sedang kesal. Ia tidak pernah menyangka jika bertemunya kali ini akan gagal bahkan terasa seperti sedang terkena sial, sebab bertemu dengan Nona Tan juga."Ini sungg

DMCA.com Protection Status