Share

Sang Pewaris yang Terbuang
Sang Pewaris yang Terbuang
Author: Taehyunie05

Bab 001 : Hinaan

Bab 001 : Hinaan

"Terry, ini gaji milikmu,"

Terry yang sedang melamun di sudut ruangan tersentak kaget saat namanya dipanggil. Matanya mengerjap selama beberapa saat, mengumpulkan kembali fokus yang sempat terburai. Dengan cepat, ia berjalan menghampiri Jake, manager di tempatnya bekerja.

Terry mengambil amplop dari tangan Jake dengan perasaan senang. Senyuman tipis terukir di bibirnya. Ia segera memasukkan amplop itu ke dalam saku celananya yang lusuh.

"Terima kasih, tuan Jake,"

"Sama sama," Jake tersenyum tipis. Ia menepuk bahu Terry dengan cukup keras. Membuat Terry yang akan pulang menghentikan langkahnya.

"Ada apa lagi, tuan Jake?" Tanya Terry sopan. "Apa anda membutuhkan sesuatu?"

"Tidak. Aku hanya ingin mengingatkan. Jangan lupa untuk pekerjaan tambahan nanti malam." Jake menjeda sejenak ucapannya dan menyenggol lengan Terry seperti kawan lama.

" Sekedar informasi, Aku rasa kau akan dipromosikan oleh bos kita untuk menjadi pegawai tetap,"

Wajah Terry terlihat terkejut mendengarnya. Matanya yang runcing terlihat membulat. Alisnya terlihat naik dengan mulut setengah terbuka. 

"Benarkah?"

"Ya, tentu saja," Jake menjawab dengan santai. 

"Aku sudah berdiskusi dengan bos kita. Dan katanya, kau adalah kandidat paling kuat untuk menjadi pegawai tetap di toko ini. Menurut bos kita, kau adalah pegawai yang rajin dan cekatan,"

Hatinya membuncah penuh kebahagiaan. Terry merasa perutnya terasa geli seperti ada kupu kupu yang berterbangan. Dadanya terasa begitu ringan dengan rasa senang yang membuncah. Sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyuman lebar. 

"Ah, terima kasih, Tuan Jake. Aku tidak tahu harus berkata apa,"

"Sama sama. Tingkatan saja kinerjamu sebagai pegawai di toko ini agar kau bisa mendapatkan gaji yang lebih baik. Apa kau bisa melakukannya?"

"Bisa, tuan!"

"Kalau begitu baguslah. Sekarang kau bisa pulang. Maaf mengganggu waktu istirahatmu,"

Terry menganggukkan kepala dan menunduk sedikit sebagai tanda hormat. Ia segera pergi ke lokernya yang berada di ruangan belakang, dekat dengan dapur. Terry ingin mengganti baju kerjanya dengan kemeja biasa.

Setidaknya, Terry punya pekerjaan tetap dan tidak akan memusingkan uang yang kurang. Karena gaji dari pegawai training tentu sangat berbeda dengan pegawai tetap. Selisihnya saja bisa sampai lebih dari setengahnya.

Setelah mengganti baju, Terry membuka amplop yang tadi ia simpan di sakunya. Jarinya menghitung lembaran uang yang ada di sana.

"$200," gumamnya pelan. Ia mengeluarkan dompet lusuh dari kantung celana belakangnya. Dan mengeluarkan lembaran lain yang ada di sana.

"Sudah pas $1000, setidaknya, aku bisa membeli higheels dan gaun cantik untuk Meghan," 

Terry bisa membayangkan senyuman lebar istrinya saat ia membawakan beberapa hadiah mahal yang ia istrinya inginkan. 

Dalam bayangannya, Meghan akan memekik senang dengan suara imutnya, memeluknya dengan manja, menyediakan makanan kesukaannya dan berakhir dengan kegiatan yang menyenangkan di atas ranjang, hal yang selama ini ia Idamkan.

"Aku tidak sabar melihat reaksi Meghan. Aku harus bergegas membeli barang barang itu,"

Setelah selesai mengganti bajunya, Terry meninggalkan restoran tempatnya bekerja untuk membeli hadiah untuk istrinya. Selama perjalanan, mulutnya tak henti bersenandung kecil dengan perasaan bahagia 

Ketika sampai di sebuah toko yang terkenal di kotanya, Terry melangkah masuk ke dalam tanpa basa basi. Ia pun segera menghampiri salah satu pegawai yang ada di sana.

"Permisi,"

Pegawai perempuan berambut pirang itu menoleh dan menghentikan kegiatannya yang sedang mengobrol dengan rekannya. Ia melihat Terry dari atas sampai bawah, tengah memindainya tanpa terkecuali. 

"Oh maaf. Toko kami tidak menerima pengemis, Tuan."

Terry merasa tersinggung dengan perkataan wanita itu. Pengemis? Apa maksudnya?

"Maaf, aku bukan pengemis. Aku ingin membeli dress dan higheels untuk istriku," ujar Terry tegas.

Wanita itu membulatkan matanya, terlihat terkejut. "Tuan, anda yakin ingin membeli kedua barang itu di toko ini?"

Senyuman yang terpatri di wajah Terry pun memudar, bergantian menjadi rasa bingung. "Tentu saja. Kenapa kau menanyakan itu?"

Perempuan berambut pirang itu menyunggingkan senyuman mengejek dengan tatapan mata sinis ke arah Terry. "Tentu saja saya menanyakan hal itu. Maksudku, apa kau sanggup membayarnya?"

"Apa maksudmu?"

"Tuan, dari penampilanmu saja, aku tak yakin kau akan bisa membayarnya. Apalagi harga satu dress yang ada di toko ini lebih dari $500," suara perempuan berambut pirang itu terdengar sarkas, yang mana berhasil membuat ego Terry merasa terusik.

Perkataan wanita itu membuat harga dirinya terkoyak. Hanya karena ia berpenampilan lusuh, wanita itu menganggapnya tak bisa membayarnya dan meremehkannya?

Oh, Terry merasa dadanya terasa sesak sekarang. Dadanya naik turun dengan cepat, dengan tangan yang terkepal kuat. Ia ingin berteriak dan memaki wanita itu. 

Disisi lain, Terry tak ingin menimbulkan keributan yang tak perlu. Terlebih lawan bicaranya adalah seorang wanita. Jadi, ia menghela napas kasar sebagi solusi.

"Aku mampu membayarnya. Makanya aku datang kemari." Terry berkata dengan nada menahan emosi. "Keluarkan saja semua model yang sedang tren di musim ini,"

"Kalau begitu ikuti aku,"

Perempuan berambut pirang itu segera berjalan dengan langkah lebar ke arah ruangan lain. Terry mengikuti dari arah belakang, mengabaikan orang orang yang berbisik ke arahnya dengan tatapan mengejek. Terry sadar jika penampilannya berbeda dari mereka. Tapi ia tak peduli.

Begitu sampai di ruangan lain, Terry berdecak kagum. Gaun gaun seksi dan juga Trendi di musim panas ini sungguh memikat matanya. Ia bisa membayangkan jika Meghan menggunakan salah satu dari gaun ini, pasti istrinya akan terlihat cantik sekali.

"Silahkan anda pilih. Jika sudah, tolong bayar ke kasir dengan uang cash ataupun kartu debit," 

"Baiklah."

Wanita itu segera pergi dari hadapannya. Terry pun melihat lihat setiap koleksi yang terpajang di sini. Ada satu buah gaun yang menarik hatinya. Yaitu dress selutut berwarna biru muda dengan hiasan bunga di ujung lengannya. Terry melihat tag harga yang tertulis di sana. 

"$800," pria itu meringis saat melihat harganya. "Kalau membeli gaun ini, aku tak akan bisa membeli higheels untuk Meghan." Gumamnya pelan.

Ia melirik ke arah lain, berharap mendapatkan gaun yang lebih murah namun dengan kualitas yang sama. Hanya saja, sejauh apapun Terry mencari, ia tak menemukannya. 

"Kurasa aku harus menggunakan tabunganku untuk membeli higheels nya," sahutnya pelan sembari merogoh uang yang ada di kantung kemeja lusuhnya senilai $300, lalu menyatukannya dengan uang yang ada di dompetnya. 

Terry mengambil gaun biru muda itu, lengkap dengan higheels berwarna senada dan segera membayarnya ke kasir.

"Totalnya $1300" ujar kasir itu dengan nada ketus.

Terry merogoh dompet lusuhnya dan segera membayar semuanya. Ia meringis kecil saat melihat jika isi dompetnya benar benar sudah kosong. Uangnya benar benar habis untuk membeli hadiah untuk Meghan.

"Terima kasih,"

Terry mengambil paper bag itu dan berjalan ke arah rumah. Meskipun uangnya habis, tapi ia bisa mendapatkan barang mahal ini. Ini semua demi wanita yang ia cintai. Terry tak sabar bertemu Meghan sekarang.

Rumah Terry tak terlalu jauh dari toko itu. Hanya membutuhkan waktu 10 menit dengan jalan kaki melewati gang kecil. Kebetulan, Terry dan Meghan tinggal di apartemen murah di pinggir kota.

"Sayang, aku pulang," 

Terry masuk ke dalam apartemen, melepas sepatunya yang lusuh untuk ditaruh ke rak yang ada di sisi pintu. Akan tetapi, dirinya tertegun saat melihat ada dua sepatu lain yang ada di sana. 

"Sepatu milik siapa ini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status